"Kamu pikir pelatih bisa menyelamatkanmu?!!" bentak seorang anak lainnya. Dia ingin memukul anak di depannya tapi Earth lebih cepat. Dia menahan tangan anak tersebut dan berdecak. Semua anak lainnya terkejut melihat kehadiran Earth. Earth muncul tiba-tiba tanpa suara.
"Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku?" tanya Earth dingin. Semua anak lainnya terdiam dan beringsut ke belakang si anak komisaris.
"Pak lepaskan. Anda menyakiti saya!" pinta anak disampingnya. Earth menarik tangan anak tersebut kuat hingga wajah mereka begitu dekat. Anak tersebut terkejut dan pucat "Ka-kami tidak melakukan apapun Pak. Kami hanya mengobrol" ujarnya ketakutan. Earth terlihat menakutkan dengan wajah dingingnya.
Earth memalingkan wajahnya dan menatap anak yang menempel di dinding "Kamu! Ceritakan apa yang terjadi" tuntutnya. Semua anak menatap ke arah anak yang ditunjuk Earth. Anak tersebut terdiam sesaat dan memandang temannya satu persatu. Dia terdiam sesaat sebelum membuka suara "Kami hanya kesini untuk merokok" jawabnya
Earth bisa mendengar beberapa anak bernafas lega. Dia menatap lekat anak tersebut tapi sepertinya anak tersebut memilih untuk diam. Earth berdecak dan melepaskan genggaman tangannya dengan tiba-tiba, membuat anak disebelahnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Anak tersebut terduduk tapi dia segera bangkit dan kembali berdiri. Earth berjalan ke tengah mereka dan menatap mereka satu persatu.
"Melanggar jam malam dan merokok!" bentaknya "kalian sudah tahu apa hukuman kalian bukan?" tanyanya.
"Siap Pak!" teriak mereka satu persatu.
Earth berdecak dan menatap jam tangannya "lalu tunggu apa lagi" teriaknya kesal. Semua anak berlari ke lapangan setelah mendengar aba-abanya. Earth menyaksikan mereka semua berlari lima puluh putaran di lapangan bola basket. Dia melihat bagaimana seseorang dari mereka terus memegang perutnya sambil berlari. Walau begitu dia tetap menyelesaikan lima puluh putarannya.
"Sekarang kembali ke kamar kalian. Jika ada yang masih berkeliaran, Bapak akan mengurangi nilai kalian" bentaknya. Semua anak berteriak mengerti dan secepat kilat menghilang dari hadapan Earth.
"Tunggu" ujar Earth sambil menahan tangan seseorang. Anak tersebut menatap Earth bingung.
"Ikut denganku" ujar Earth sambil menarik anak tersebut. Anak tersebut menatap Earth bingung tapi dia tidak berani menentang kemauan seniornya. Dia mengikuti Earth hingga ke dalam asrama. Dia berdiri mematung ketika dia melihat Earth hendak membawanya masuk ke kamarnya.
"Pak" protesnya sambil mencoba melarikan diri. Earth menatap bocah didepannya yang terlihat panik. Dia menatap anak tersebut dari atas hingga bawah lalu tersenyum jahil.
"Kenapa? Apa kamu takut?" tanyanya sambil mendekat pada anak tersebut. Anak tersebut bergerak menjauh tapi pada akhirnya dia tersudut ke dinding.
"Sa-saya harus kembali ke ka-kamar" jawabnya gugup sambil menunduk. Earth bisa melihat telinga anak didepannya memerah ketika dia mendekatkan wajahnya. Earth tahu rumor soal tatonya sudah beredar hingga ke juniornya. Tapi seperti biasa dia tidak peduli. Dia bahkan menikmatinya. Dia suka melihat reaksi orang terhadapnya.
Earth berdecak dan mengusap kepala junior didepannya "kamu bisa kembali setelah mengobati lukamu" ujarnya sambil menarik tangan anak tersebut. Dia tidak peduli dengan tatapan terkejut anak tersebut dan tetap menyeretnya masuk.
"buka bajumu" ujar Earth ketika mereka sudah berada didalam kamarnya.
"Eh!!" anak tersebut terkejut dan memegang erat kaosnya. Earth berdecak ketika melihat reaksi junior didepannya. Reaksinya membuat Earth semakin ingin menggodanya. Dia berjalan mendekat padanya. Anak tersebut berjalan menjauhi Earth hingga dia tersudut di samping tempat tidur Earth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Internal Affairs
FanfictionManakah yang akan mereka pilih di antara cinta, keluarga, negara, dan kewajiban? Karakter milik chiffon_cake dan Ide cerita berasal dari film Internal Affairs milik Max and Felix Chong. I do not own the photos (If you do not want your photo to be in...
Empat
Mulai dari awal