50. Phone Calls

Mulai dari awal
                                    

"Na..." kata gue. Untuk yang kesekiannya gue nangis. Lemah banget gue kenapa sih? Kenapa sedikit-sedikit nangis?

"Duh Lana... no no, please don't cry or I might ended up crying with you."

Mau Nana udah bilang ke gue jangan nangis juga, gue malah nangis. Dan tangisan gue ini makin kenceng disetiap detiknya.

Jaehyun yang duduk disebelah gue hanya bisa mengelus punggung gue, sambil sesekali mengelus kepala gue dan bahkan sampai menghapus air mata gue yang terus-terusan keluar ini.

"Na, gue kangen Lucas. Lucas gak putus kan sama gue?"

"Nggak Lana, dia gak ada bilang ke gue kalau dia putus sama lo. Dia cuma ngebiarin lo menghabiskan waktu sama sahabat lo yang udah nyakitin lo dulu."

Untung gak gue loud speaker telfonnya, kalau gue taruh dalam mode loud speaker nanti Jaehyun bisa denger. Bahaya kalau dia denger.

"Kalau putus gimana?"

"Cari yang baru."

"NANA!!!"

"Svetlana maafin gue dong huhuhu tapi gue lagi nahan diri biar gak ikut nangis."

"Lo ketemu sama dia dulu gak di Paris?"

"Dia dateng ke kantor gue tadi pagi sekitar jam 8an. Terus dia cerita, terus dia balik ke Hongkong."

Pengen rasanya gue susul Lucas ke Hongkong. Tapi gak mungkin kan gue ninggalin Jaehyun? Apa Jaehyun gue ajak aja dulu gitu ke Hongkong sebelum kita pergi keliling dunia? Ah tapi masa gitu sih? Masa gue ketemuan dulu sama pacar gue sebelum gue pergi jalan-jalan sama cowok lain?

"Na menurut lo, gimana?

"Maksudnya? Lo gak spesifik ngomongnya. Coba ngomong yang jelas."

Nangis gue udah mulai mereda sekarang, efek Jaehyun ngelus-elus punggung gue juga kayaknya.

"Apa gue susul ke Hongkong?"

"Sendirian?"

"Sama Jaehyun."

"Janganlah pinter. Lo kan udah tau dia gak rela ngeliat lo sama Jaehyun, tapi dia masih berusaha untuk menguntungkan kedua belah pihak yaitu lo dan Jaehyun."

"Tapi disini Lucas gak untung."

"Kalau dalam cinta segitiga emang harus ada satu pihak yang dirugikan, Lana. Gak mungkin tiga-tiganya untung."

"Jadi gue mending gimana?"

"Ikutin kata-katanya Lucas sebelum dia pergi aja. Lo juga tau sendiri kan dia gak pernah main sama kata-katanya. Kalau dia bilang A ya lo lakuin A jangan malahan ngelakuin B."

Incase kalian belum tau, Lucas is a man of his word. Kata-kata yang keluar dari mulut dia bisa menjanjikan semua dan gak ada satupun yang bohong. Dia emang gak pernah main sama kata-kata, karena dia menganggap setiap kata itu mengandung bebannya sendiri jadi harus hati-hati kalau berucap.

Gue bilang terima kasih dan say goodbye dulu sama Nana sebelum gue menutup telfonnya. Kalau Lucas maunya kayak gitu, oke akan gue lakuin.

Karena kemarin keadaan lagi gak baik-baik, gue belum sempet bilang ke Anna kalau gue pergi ke London. Walaupun Lucas udah bilang sih, kan dia yang bilang ke Anna untuk nyiapin pesawat jet gue. Anna udah nelfonin dan kirim gue beberapa pesan lewat What's App tapi belum gue balas. Telfonnya pun gue decline terus.

Anna is calling...

Baru aja orangnya diomongin. Udah nelfon lagi dia. Apa dia tau kalau dia lagi diomongin?

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang