"I'm fine."

"Kalau bukan Om yang cepat menanggapi kejadian itu pasti kamu sudah di skorsing. Atau kamu mau pindah kampus supaya tidak diganggu lagi sama lelaki itu?"

"Enggak perlu, aku baik-baik aja."

"El, Om cuman khawatir sama kamu. Gak mau kamu sampai kenapa-napa. Paham?"

Elana mengangguk paham. "Iya, paham. Hanya tinggal beberapa bulan lagi aku juga akan lulus dari kampus itu."

Tangan pria itu menepuk punggung tangan Elana, memberi semangat dan energi positif kepadanya. "Om percaya sama kemampuan kamu."

"Om, jangan memaksa aku untuk mengurus hotel karena itu menyakitkan. Om tahu itu kan?" Giliran Elana yang berbicara serius sekarang.

Pria itu berpikir sebentar sampai akhirnya menghela napas panjang sekali lagi. "Baiklah, mulai sekarang Om janji tidak akan memaksa kamu untuk ikut mengurus hotel. Kamu boleh melakukan apa yang kamu inginkan, tapi kalau memang jalan kamu sudah buntu, kamu tau kan harus ke mana?"

"Iya, Om, makasih," respons Elana.

Pria itu mengeluarkan kunci mobil berlogo kuda yang sedang melompat. Hal tersebut membuat Elana mengernyitkan dahinya.

"Om beli mobil baru?" tanya Elana heran, pasalnya pria itu baru saja membeli mobil sebulan lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Om beli mobil baru?" tanya Elana heran, pasalnya pria itu baru saja membeli mobil sebulan lalu.

"For you." Kunci mobil itu diberikan langsung ke tangan Elana.

"Ferarri?"

"Ferarri Portofino warna kuning, warna kesukaan kamu. Karena mobil ini langka, jadi Om susah payah mendapatkannya. Kalau kamu nolak keterlaluan banget, El." Belum apa-apa pria itu seakan sudah tahu bahwa pemberiannya akan ditolak mentah-mentah oleh Elana.

"Ini berlebihan," kilah Elana.

"Om tidak suka banyak orang di kampus merendahkan kamu, El. Terima atau buang saja mobilnya. Itu juga hasil keuntungan dari hotel kita, terserah kamu." Sebuah strategi yang bagus untuk menghindari penolakan, pria itu memang benar-benar memahami isi otak Elana.

Sekarang giliran Elana yang menghela napas panjang. "Oke, terima kasih, Om." Elana berucap pasrah.

Pria itu tersenyum puas dan melirik arloji di tangannya. "Waktu makan siang sudah habis, El, Om mau langsung ke kantor. Kamu mau ke mana habis ini?"

"Pulang."

"Okey. Mobil itu di parkir depan tempat latihan kamu... see you." Sebelum benar-benar meninggalkan Elana, pria itu sempat mengecup puncak kepala Elana.

SECRETUM OF ELANA || JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang