Sekretaris Shin

Mulai dari awal
                                    

"Dia mungkin memang anakmu, tetapi ia sudah hidup denganku hampir sepuluh tahun, aku berjuang mati-matian demi dirinya, dia tujuanku bertahan hidup selama ini Hyung, jangan pisahkan aku dengan Kyeolkyung." Seungcheol mendengus.

"Hanya sementara Han, lagi pula aku berencana membawanya ke negara yang bisa mendukung penyembuhannya." ucap Seungcheol.

"Kemana?"

"Jerman." Jeonghan memijat kening.

"Sangat jauh..." desisnya. Seungcheol mendecak.

"Han, sudah kubilang tidak ada pilihan lain, dia akan kembali melawanku dan membawa Kyeolkyung, kau juga tidak menginginkan itu kan?" Seungcheol mengguncang pundak Jeonghan. Jeonghan melepaskan tangan Seungcheol.

"Kurasa itu hanya ketakutanmu, kau bahkan belum berbicara dengannya, bisa saja ia hanya ingin menjenguk cucunya?" Jeonghan berusaha positif. Seungcheol menggeleng.

"Dia itu setan, dia membawa banyak orang." kata Seungcheol lagi.

"Kalau dia ingin membawa pergi Kyeolkyung kenapa tidak di lakukannya sejak kemarin?" Seungcheol diam. Perkataan Jeonghan ada benarnya. Bahu Seungcheol mulai melemas.

"Jika ia muncul lagi, cobalah berbicara dengannya... bicarakan dulu dengan baik, terkadang rasa takut bisa mengelabui pikiran sehat kita." Balik Jeonghan yang menyentuh bahunya.

Seungcheol pun menghela napas. "Baiklah akan ku coba." ucapnya pasrah. Jeonghan memberinya senyuman lembut.

"Apa itu? Kelihatannya enak..." Kyeolkyung menopang dagunya pada pinggiran ranjang. Seungcheol dan Jeonghan menoleh padanya. Kyeolkyung sudah bangun rupanya.

"Kau mau?" tawar Jeonghan. Kyeolkyung mengangguk.

"Gosok gigi dulu, ayo appa bantu." Seungcheol bangkit dan menggendong Kyeolkyung ke kamar mandi.

. . .

"Hati-hati, kau mesti perhatikan sekitar, kita akan berada di wilayahnya." Ucap Jisoo bak jenderal perang. Jeonghan tidak tahan untuk tidak tertawa. Jisoo meliriknya kesal. "Aku Serius!" seru Jisoo kesal lalu mendengus. Jeonghan segera menutup mulut tetapi masih cekikikan.

"Maaf-maaf, habisnya nada bicaramu lucu," Kata Jeonghan dihadiahi pelotototan alias tatapan maut. Jeonghan meneggakkan punggung dan berdeham. "Jangan khawatir, aku ini mantan preman pasar, ingat itu." Kata Jeonghan bangga. Jisoo melengos.

"Pencopet tepatnya." Sahut Jisoo santai.

"Kau mengungkitnya lagi!" Balas Jeonghan yang memberinya tatapan maut. Jisoo langsung pura-pura tidak mendengar. Setirnya berbelok pada gedung kantor anak perusahaan Manwon Grup, tempat lahirnya berbagai macam produk kosmetik yang nama merknya sudah sangat terkenal, Labila. Jeonghan segera turun, beberapa pegawai Labila- mayoritas wanita langsung menjerit melihat Jeonghan masuk ke gedung kantor diiringi oleh Jisoo dan beberapa asisten di belakangnya. Jeonghan tersenyum sopan juga membungkuk menyapa beberapa di antara mereka.

Perwakilan dari kantor menggiring mereka ke studio. Hari ini Jeonghan akan melakukan pemotretan pertamanya untuk iklan lipstik Labila. Make up artis dan stylist segera mengubah dandanan Jeonghan sesuai konsep yang ditetapkan. Jisoo ikut menengok dandanan Jeonghan.

"Bukankah bibirmu terlalu merah?" tanya Jisoo.

"Warna lipstiknya memang begitu, lagipula itukan yang harus di tonjolkan?" Jeonghan berdiri dari kursi rias. Ia memanyun-manyunkan bibirnya. "Bukankah aku jadi tambah seksi?" tanyanya mengedipkan sebelah mata. Wajah Jisoo sudah semerah lipstik yang dipakainya. Jisoo segera memalingkan wajah sambil mengusap-usap tengkuk.

LoveHateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang