GL 13 - Ramadhan Tiba

Mulai dari awal
                                    

Jika bukan pada-Nya kamu meminta diteguhkan lalu pada siapa lagi kamu akan meminta pertolongan?

• • •

"Assalamu'alaikum kesayangannya Bunda," sapa Qian riang ketika kelas pertamanya di mulai.

Murid-muridnya yang menggemaskan itu langsung duduk rapi di tempat. Meninggalkan aktivitas mereka yang sebelum Qian masuk sedang sibuk bermain bersama yang lainnya. Sifat menghormati ini memang diterapkan di sekolah ini agar nantinya mereka terbiasa saat menjajaki sekolah tingkat atas lainnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawaban bernada itu membuat Qian tersenyum di depan kelas.

"Masya Allah," gumam Qian dengan senyumnya. "Kesayangannya Bunda hari ini ada yang puasa gak, yaaa ...,?" tanya suara lembut itu seraya menatap satu per satu murid-muridnya dengan netra yang berbinar hangat. Tak membuat satu pun di antara bocah itu terintimidasi dengan tatapan bersahabatnya. Membuat Qian menjadi guru idola para murid yang masih balita tersebut.

Mendengar pertanyaan Qian, sebagian dari mereka mengangkat tangan kanannya. Setengahnya lagi hanya menunduk malu dengan semburat merah jambu di pipi bulat mereka yang lucu. Qian terkekeh pelan seraya mengangguk mengerti.

"Alhamdulillah, pintar semua ini kesayangannya Bunda." Qian bertepuk tangan diikuti oleh murid-muridnya riang. "Eum, Bunda mau tanya, ada yang tahu gak buka puasa itu jam berapa?" tanya Qian lagi.

"Jam sepuluh, Bunda!"

"Ih, bukan! Kata Mama-ku jam sembilan tahu."

"Jam sebelassssss!"

"Salah semua. Kata Ibu-ku habis shalat Dzuhul. Iya, kan, Bunda?"

Jawaban beragam itu semakin melebarkan senyum Qian di depan mereka. Sangat membahagiakan jika bertemu dengan murid-muridnya seperti ini. Karena anak-anak kecil itu mampu menemtramkan setiap gundah di hati.

"Kalau kata Mama, buka puasanya pas adzan maghlib, Bunda." Hingga suara jernih yang sangat familiar di telinga Qian itu kembali mengalihkan tatapannya. Netra berbinar gadis berkhimar hijau daun itu menatapnya polos dan tersenyum lucu. Qian tersenyum dan mengusap pucuk kepala Arael bangga karena jawaban bocah itu.

"Jadi ..." Suara Qian kembali terdengar. Membuat beberapa murid yang agak berdebat tentang jawaban mereka menoleh padanya. "Semua jawabannya sudah bagus, tetapi kurang tepat. Anak-anak Bunda yang ganteng dan cantik ini buka puasanya beda-beda, ya?" candanya yang dijawab tawa oleh semua muridnya.

"Karena semuanya masih kecil, jadi buka puasanya boleh di jam sembilan, jam sepuluh, sebelas atau habis Dzuhur." Ucapan Qian membuat netra mereka berbinar dan senang. "Tapi jawaban yang paling tepat hari ini adalah jawabannya ... Ael!" Qian menatap gadis kecil yang duduk di kursi depan barisan kedua dari pintu.

"Tepuk tangan dulu, dong, buat Ael-nya, Nak," pinta Qian pada yang lain yang disambut gemuruh di kelas tersebut. Arael sendiri sudah tertawa-tawa lucu mendengar suara riuh dari teman-temannya.

Setelah itu kelas kembali dilanjutkan. Qian mengajak mereka membuat topi bundar yang semua bahannya sudah ia siapkan. Murid-murid lucunya itu hanya perlu menempelkan bahan-bahan yang sudah ada. Kelas menjadi berisik, tetapi tidak mengurangi rasa bahagia Qian yang melihat setiap muridnya aktif. Selalu ada lantunan do'a dalam hatinya untuk mereka yang sangat disayanginya.

Semoga Allah memudahkan langkah kalian selalu, ya, sayang. Supaya bisa menjadi anak-anak yang hebat nantinya.

Selain do'a orang tua ada do'a para pahlawan tanpa tanda jasa yang tak ternilai harganya. Maka berdo'alah pula untuk guru-guru yang telah membagikan ilmunya padamu. Sebab tanpa mereka semua, kita akan tetap berada di zaman jahiliyah yang membelenggu.

Greatest Love ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang