"Mengapa kau mengeluarkan mobil kesayanganmu? Biasanya kita menggunakan taksi untuk pengejaran." Stan berkata sambil terus mengemudi menuju alamat yang ku berikan.
"Tidak, kita tidak bisa membahayakan nyawa sang supir. Seharusnya kau mengerti satu hal sekarang, meraka tidak ragu-ragu dalam usaha untuk membunuhku." Jack berkata sambil mengamati kanan dan kiri.
"Yah kurasa kau benar." Stan berkata sambil membelokkan mobil nissan hitam itu ke daerah perumahan tua di pinggir kota.
"Tunggu–hentikan mobilnya! Kubilang hentikan mobilnya sekarang!" Jack berteriak sambil memelototi sesuatu. Sesuatu yang ia pandang lekat-lekat. Sesuatu yang membuat wajahnya terkejut setengah mati. Pria itu baru saja bersepeda melewati mereke dan berbelok ke sebuah gang kecil. Pria itu menghilang dengan cepat. "Sial–pacu mobilnya. Segera pergi menuju alamat yang tadi kecepatan penuh!" Jack berkata dengan wajah panik, dia memandang lurus ke depan sambil menggigit ujung ibu jarinya menandakan adanya perasaan cemas yang luar biasa.
Tak lama kemudian mobil nissan yang di pacu oleh kedua pemuda itu sampai di sebuah rumah bergaya minimalis. Terparkir sebuah motor di garasi menandakan sang pemilik tidak pergi kemana pun. Jack berlari masuk meninggalkan temannya yang masih berada di kursi pengemudi. Jack mencoba untuk membuka pintu rumah itu dan tidak terkunci. Jack menghambur masuk yang diikuti oleh rekannya Stan. Ketika mereka memasuki rumah itu kedua pasang mata mereka tertuju kepada sesuatu. Sesuatu yang membuat wajah Jack menegang.
"Kita terlambat. Sial–mata rantai yang kukumpulkan kembali terpencar." Jack berkata dengan geram. Pria itu menatap ke sebuah mayat yang ia kenali benar sebagai opsir Dunts.
"Ada yang ingin membungkamnya, ia kan?" Stan berkata sambil mengarahkan DSLR miliknya dan mulai memotret. "Kurasa kita harus melakukan penyelidikan dari awal." Stan mulai berjalan mendekati mayat itu.
"Kau benar. Dia mengacaukan jejaknya dengan membuat jejak baru, kita hanya perlu mencari–ahh sudah kutemukan." Jack berbicara sambil memandangi sebuah peti yang telah terbuka, berisi uang dollar yang memenuhi kotak. "Kurasa ada yang baru mendapatkan pembayaran disini." Jack memandang ke perapian tepat di atasnya ada sebuah kotak berisi pistol dengan peredam suaranya sekaligus. "Bingo. Kita dapat jackpot." Stan mengalihkan pandangan pada temannya yang tengah memainkan pistol itu dengan sarung tangan putih yang dikenakannya agar tidak meninggalkan sidik jari.
"Aku juga dapat sesuatu. Orang ini diracun sekitar 3 jam yang lalu dan mati sekitar 45 menit yang lalu, tubuhnya sangat kaku karena efek dari racun yang dia terima." Stan berkata sambil menatap temannya sambil tersenyum puas.
"Tetrotodoxin. Racun yang berkali-kali lipat lebih kuat dari sianida dan jauh lebih efektif dari polonium-210. Apalagi seluruh racun ini bisa di dapat dengan cara alami." Jack melanjutkan kata-kata temannya.
"Tapi bagaimana dia membunuh pria ini, aku tidak menemukan adanya semacam peluru beracun atau yang lainnya." Stan berkata sambil memotret tubuh mayat itu lebih dekat lagi.
"Kemampuan observasimu yang masih kurang kawan. Semuanya sudah berada dalam pengamatanku. Beberapa langkah lagi dan kita akan mendapatkan penjahat kita. Kau bisa memotret seluruh tempat kejadian. Aku akan memanggil polisi." Jack berkata sambil menuju keluar dengan telepon genggamnya.
Jack menekan beberapa nomor hingga akhirnya telepon genggam itu tersambung pada kapten Steve.
"Ada apa tuan Jack?" suara daru ujung telepon memulai pembicaraan.
"Hmm–bagaimana menyampaikannya ya? Begini opsir Dunts dibunuh." Jack berkata dengan suara datar.
"Apa!? Bagaimana mungkin? Siapa pelakunya?" kapten Steve berkata dengan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Observer {HIATUS}
AdventureTindak kriminal terjadi di seluruh penjuru dunia setiap harinya. Munculnya jutaan petugas penegak hukum dan seluruh sistem dalam dunia penyelidikan tidak mengurangi tindak kejahatan yang ada. Seorang detektif konsultan bernama Jack Gordon lebih memp...
Kasus 1 : Kirimian Kematian
Mulai dari awal