Rangkaian Kata

Mulai dari awal
                                    

Nindy melangkahkan kakinya memasuki kelas 9.4. Sedikit terkejut, juga takut karena ada Ozan juga teman-temannya yang sedang saling melempar candaan. Tubuh Nindy seketika kaku.

"Mau kemana Nin?" Tanya Zakky menurunkan kakinya dari atas meja.

"Eh, hm, gu-gue mau,"

"Slow, kita juga gak akan makan lo kali Nin! Btw, jangan lupa PJ nya!" Timpal Rendy yang mendapat sorakan setuju dari yang lain. Lalu semuanya tertawa.

Nindy hanya tersenyum kecil menanggapi, lalu mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang tidak ikut tertawa. Ozan.

Lelaki itu hanya sibuk memainkan ponselnya. Wajahnya dingin. Tak berekspresi. Memperlihatkan bahwa ia adalah salah satu makhluk Tuhan yang bisa dibilang sempurna. Setiap lekuk wajahnya terasa tak ada kekurangan. Walaupun sebenarnya ia sama saja seperti makhluk-Nya yang lain.

Tatapan Nindy masih melekat di titik itu. Ia tidak ingin merusak saat-saat yang mungkin nanti akan Nindy rindukan. Apalagi, waktunya pasti akan lebih banyak bersama Ian.

"Eh, Nin!" Ian menepuk bahu Nindy pelan. Namun berhasil membuat Nindy terkejut.

Nindy memutar kepalanya menatap ke arah Ian. Zakky dan yang lainnya pun sama. Dan Nindy yakin, Ozan juga sedang menatap ke arahnya juga Ian.

"Aku tadi ke kelas kamu, cuma gak ada, jadi kesini," Ucap Ian sedikit merangkul bahu Nindy. Membuat tubuh Nindy seketika panas dingin. Ntah maksud apa Ian melakukan hal ini di depan Ozan juga teman-temannya. Yang pasti, berhasil membuat Nindy bergetar tak karuan. "Nanti pulang aku anter kamu,"

"Eh," Nindy sedikit terkejut. Bingung harus menjawab apa karena Ian telah mengganti kata 'Gue-lo' menjadi 'Aku-kamu'. Otaknya juga sepertinya ikut bergetar karena sulit untuk berfikir, "I-iya boleh,"

"Aku anter kamu ke kelas. Gak baik ada disini lama-lama," Ian mengencangkan rangkulannya pada bahu Nindy. Sehingga membuat Nindy tak bisa menghindar dari pergerakan Ian.

Ian hanya tersenyum puas. Puas? Jelas puas! Karena telah melakukan hal yang selama ini ingin Ozan lakukan kepadanya. Namun berbanding terbalik. Malah Ian yang berhasil melakukan hal itu kepada Ozan.

Nindy menundukan kepala. Bingung harus bagaimana dengan tatapan 'aneh' yang berubah menjadi 'buas' di matanya. Apalagi tangan Ian yang bertengger di bahunya.

"Biarin aja, jangan di ladenin. Iri mereka tuh sama kamu!" Ucap Ian sedikit berbisik di telinga Nindy. Membuat gadis itu tertawa kecil.

"Udah, sana!" Ian mengangkat tangannya dari bahu Nindy. Menyuruh gadis itu untuk masuk ke kelasnya.

***

"Nin, lo kenapa mau terima Ian?" Tanya Citra mulai heboh saat mereka berada di kantin, "Why??? Lo bisa kan tunggu Ozan nyatain perasaanya ke lo, gak usah terima Ian?!"

"Kasian Ozan! LO GAK MIKIR APA GIMANA PERASAAN DIA?!" Ucap Sesil yang ikut mengintrogasi Nindy.

Nindy menggeleng singkat lalu menyeruput minumannya.

"Ozan tuh sampe minta tolong ke gue buat dapetin lo!" Ujar Citra gereget dengan sahabatnya sendiri. Matanya melotot menatap tajam mata Nindy. Namun Nindy acuh.

"Gue gak peduli. Dulu gue pernah peduli, tapi dia sia-sia-in, ya udah!" Jawab Nindy.

Citra dan Sesil saling bertatapan. Tak mengerti apa maksud ucapan Nindy. Karena sahabatnya yang satu ini tidak menceritakan apapun tentang Ozan di akhir-akhir ini. Nindy hanya memendamnya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me and Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang