𝙲𝚑𝚊𝚖𝚋𝚎𝚛 𝚘𝚏 𝚂𝚎𝚌𝚛𝚎𝚝 - [4]

Mulai dari awal
                                    

"Ayo, Lily. Tidak baik ikut campur masalah orang," Percy sudah menariknya pergi setelah Dumbledore memerintahkan semuanya untuk kembali ke asrama, kecuali tiga anak yang sudah di tempat terlebih dahulu.

Dan kalimat itu mulai berputar di pikirannya bahkan sampai ia sudah siap untuk terlelap.

***

Paket dari bibi Maggie, seorang muggle yang menyayangi Lily (keluarga Mugglenya dia), sudah sampai di tangan penerimanya. Satu keranjang yang berisi 8 apel hijau, karena bibi Maggie tau Lily suka apel hijau, itu sebabnya ia mengirim pada Lily. Kalau kalian bertanya bagaimana bisa dari dunia muggle tembus ke dunia sihir, kebetulan Lily sudah pernah ke kantor pos Muggle dan ada beberapa penyihir yang campur tangan. Lily rasa itu cukup membantu para orang tua muggle yang anaknya masuk sekolah sihir Hogwarts.

Sudah memakai atribut kebanggaan asrama, untuk apalagi jika bukan menjadi suporter di pertandingan Quidditch. Lily sudah memberi semangat pada kakaknya yang ikut main dan anggota Gryffindor lain.

Di perjalanan ke tribun Lily membawa satu buah apel yang ia kira bisa untuk camilan saat menonton. Tapi kenapa ia hanya membawa satu karena enam yang lainnya sudah Lily bagikan pada Percy, Fred, George, Ginny, Ron, Harry dan Hermione, dan satu-satunya yang tersisa itu tadinya bertuliskan label 'terkhusus Lily M Weasley' dan Bibi Maggie juga sudah tau kalau Lily punya kebiasaan membagi-bagikan hadiah pada orang lain.

"Lily!" itu suara Colin, Lily menoleh pada anak yang suka membawa kamera ber-blitz dan memusingkan baginya. Anak laki-laki Gryffindor itu berlari dengan cepat menuju ke arahnya hingga kehilangan keseimbangan, menyenggolnya dan membuat Apel hijau terakhir Lily terlepas dari pemiliknya, terjatuh menggelinding menuju satu tempat.

Lily bisa saja menimpuk Colin dengan bukunya kalau dia tidak harus mengejar perginya apel itu.

"Pergi sana!" usirnya saat Colin hendak mengikuti.

Lily sudah mengikuti tadi tapi ia kehilangan jejak, dan pada akhirnya ia menemukan apel hijau itu hampir saja terinjak seorang anak kelas diatasnya yang memakai jubah hijau Quidditch dan membawa sapu, kemungkinan ia berada di ruang ganti atau ruang khusus tim Slytherin. Dia anak berambut hitam yang berada di belakang Draco Malfoy kemarin, Lily mengintipnya dari balik dinding pembatas.

'Jangan dimakan dan jangan dibuang, please ... ' Lily berharap anak laki-laki itu tidak melakukan dua hal yang ia takutkan tadi. Akhirnya ia bisa bernafas lega saat tau anak itu hanya memandang aprlnya dan meletakkan di sebuah piring di atas meja.

Lily bisa saja sudah membawa apel itu pergi kalau saja anak laki-laki berambut pirang dengan wajah pucat menyebalkan itu tidak datang.

'Oh, Merlin. Dengan kekuatan kehebatan sihirmu jangan biarkan pirang sialan itu memakan apelku' doanya dalam hati, memandang Draco was-was.

Memang awalnya Draco tampak tidak memperhatikan ada satu buah apel di piring dekat tempat ia duduk. Tapi entah bagaimana bisa kemudian dia menyadarinya, memandang buah itu sejenak, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri seperti memastikan bahwa tidak ada orang lain, ia melempar apel itu sekali untuk mendapatkan bagian yang disukainya. Dan yang terakhir adalah hal yang paling Lily tidak ingin terjadi pada apelnya, anak pirang itu memakannya.

Wajah Lily sudah berubah kesal, ia berbalik dan memilih langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Menuju ke tribun dengan sumpah serapahnya untuk Draco.

"Celaka kamu! Pirang! Kenapa tidak letakkan saja di sana dan biarkan aku mengambilnya. Dasar serakah!"

Anak-anak berjubah merah dan hijau sudah memulai kericuhan di udara, berebut Quaffle, terkena Bludger, para penjaga gawang yang siaga dan seeker yang masih terbang di atas mencari-cari benda kecil berwarna emas.

Gryffindor sudah kalah 60 angka dari Slytherin dengan poin. 30-90. Lily yang melihat itu hanya menatap malas ke arah Wezen yang ada di tribun Slytherin, meremehkannya. Mereka-para anggota Quidditch Slytherin melakukan selebrasi dengan terbang bersamaan mengelilingi lapangan.

"Sombong, licik, tak bisa lebih buruk lagi!" gerutu Lily melihatnya, mengundang perhatian Ron dan Hermione yang baru tau kalau Lily mau menyumpahi seseorang seperti itu.

"Kamu kenapa, Lily?" tanya Hermione perhatian. Tapi Lily buru-buru mengubah pandangan kesalnya menjadi wajah cerah yang tersenyum.

"Baik-baik saja, Hermione Granger," namun setelahnya wajah Lily berubah panik saat tau sebuah Bludger sepertinya dimantrai untuk mengejar Harry.

"Aku coba hentikan," Ron mencabut tongkatnya dan mengarahkan pada Harry. Tapi Hermione buru-buru menghentikannya, menurunkan tangan Ron dan mengatakan, "Jangan, Ron. Tongkat kamu rusak, bisa-bisa malah melukai Harry!" Ron jadi menunduk, tumben juga mereka tidak berdebat.

"Sayangnya aku juga tidak bisa lakukan apapun, tongkatku di menara," keluh Lily lalu ada tepukan di bahunya dari Ron menenangkan.

"Berharap saja yang terbaik buat Harry!" ucap Neville. Dan Lily langsung mengatupkan tangannya, mengucapkan harapan yang terbaik untuk Harry agar anak itu tidak terluka parah.

Entah seberapa lama Lily berharap sampai ia mendengar dentuman agak keras, dan langsung terkejut saat membuka mata karena yang dilihatnya adalah Draco Malfoy terpental dari bawah dan terbentur dengan keras sampai menunjukkan wajah kesakitan.

Dan Lily sudah bisa merasa bersalah sekarang, bukannya tadi dia menyumpahi agar anak pirang itu celaka? Dan yang terjadi sesuai sekali. Lain kali, Lily akan berhati-hati kalau bicara. Kemarin Ron dan sekarang Draco, mau siapa lagi besok.

Bingung juga merasa bersalah, Lily masih di tribun hanya memandangi dua seeker yang bertanding di bawa ke Hospital Wings. Sungguh tak terduga.

"Ayo turun lebih cepat dengan kakakmu, Lily!" itu suara George. Mendatanginya dengan sapu terbang dan jubah Quidditch yang masih melekat di tubuhnya.

"Dan kemana aku harus pergi selanjutnya?" tanya Lily.

"Hospital Wings, kita jenguk Harry," tak butuh lama waktu untuk berpikir. Lily akhirnya setuju dan mereka berdua terbang ke kastil dan langsung menuju ke Hospital Wings.

Di tempatnya, Draco masih mengeluhkan rasa sakitnya. Di sekelilingnya ada Koloni dan beberapa anggota tim Slytherin, Lily melihatnya sendiri. Dan anak laki-laki itu terdiam saat Lily datang dan memandangnya dengan tatapan tak mengenakkan hati, memilih untuk segera pergi daripada dipermalukan oleh Weasley kecil yang satu itu. Kepergiannya memang diharapkan oleh Lily.

Lily kemudian berjalan ke tempat di mana anak Gryffindor berkumpul, dan baru berdiri di tempat yang dipilihnya. Seragam dan wajahnya kini sudah basah karena semburan Skele-go Harry.

"Argh ... Harry Potter, lihat-lihat kalau mau menyembur!" ungkapnya sambil mengelap wajah dan menunjukkan wajah anehnya, mengibaskan bagian jubahnya yang kini basah. Beberapa anak tersenyum geli melihat ekspresi Lily, Madam Pormfey menggelengkan kepalanya.

"Kamu pikir ini apa, Potter. Jus labu? Lihat saja Miss Weasley jadi begitu karena ulahmu," dan setelah ungkapan itu Lily benar-benar pergi dari tempatnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Mungkin jubahnya sudah lengket apalagi wajahnya atau mungkin dia marah?

***

Today, 17 - 06 -2019.
People yang aku jadiin visual Lily (Anna) ulang tahun.

When Malfoy In Love With a WeasleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang