16. Percaya?

Mulai dari awal
                                    

Tapi gue juga minta maaf karena ga bisa jaga adek lo

Dirga menghela nafasnya kasar, kemudian mematikan ponselnya tanpa berniat untuk membalas pesan dari Kezia.

Tiba-tiba ia bangkit dari kasurnya dan berjalan sedikit mengambil jaket lalu memakainya. Kemudian ia keluar dari rumahnya dan melesat entah kemana tujuannya. Kali ini Dirga tidak membawa motor melainkan mobil yang jarang sekali dikendarainya.

Dirga menjadi malas membawa motor karena hal itu akan memunculkan bayangan Kezia dibenaknya, mengingat beberapa kali ia membonceng Kezia dengan motor hitam tersebut.

Sementara di sekolah, Kezia terus saja menatap layar ponselnya yang tak kunjung mendapat balasan dari Dirga. Kini ia menenggelamkan kepalanya di kedua tangan yang ia lipat di atas meja kelasnya. Kezia enggan keluar dari kelasnya hingga bel berbunyi menandakan waktunya pulang

Ting,
Kezia membulatkan matanya ketika melihat nama yang tertera di ponselnya itu. Dirga membalas pesannya!

Dirga
Tnggu di cafe dkt sekolah.

Kezia
Makasih ga :)

Sungguh Kezia sangat senang akhirnya Dirga mau bertemu dengannya. Mata yang lesu tadi kini sedikit ada harapan yang tersirat disana.

Segera Kezia merapikan buku-bukunya dan buru buru menuju cafe yang disebut Dirga. Ia berjalan keluar sekolah mengabaikan cibiran cibiran yang berhasil lolos ditelinganya.

Semoga aja,
Ucap Kezia dalam hati berharap Dirga percaya

Cukup berjalan kaki saja Kezia sudah tiba di cafe itu. Ia masuk, matanya mencari cari Dirga yang ternyata belum datang, kemudian ia duduk di sudut cafe menunggunya.

Terdengar suara lonceng yang menandakan ada pengunjung cafe yang datang. Kezia langsung saja memalingkan pandangannya ke arah pintu itu. Ya, dia Dirga. Kezia kemudian tersenyum ke arahnya, ia sangat yakin Dirga akan mempercayainya.

Dirga yang menangkap kehadiran Kezia disana langsung melangkah menghampiri tanpa membalas senyuman Kezia.

"Makasih ga, lo udah mau ketemu sama gue," kata Kezia dengan tatap yang penuh harapan.

"Langsung aja," kata Dirga sedikit ketus. Raut muka Kezia berubah, sepertinya ini tak sesuai ekspetasinya.

"Bukan gue yang ngelakuin itu ga, gue berani sumpah. Waktu Nayla jatuh gue ga ada disitu, gue ke depan ngambil hp untuk foto Nayla," jelas Kezia sejujurnya.

"Mana ada maling yang ngaku, Zi,"

Deg,

Kezia tersentak, sungguh kalimat itu sangat menyakitkan. Ternyata Dirga masih belum percaya

"Tapi itu kebenarannya ga, gue gak ngerti kenapa lo bisa sampe nuduh gue kayak gitu. Kalo lo bilang gue cemburu sama Saras, iya ga, gue jujur gue cemburu. Tapi nyelakai Nayla sama sekali sedikit pun gak ada terbesit di pikiran gue, hiks.." ucap Kezia semakin melemah, air matanya kembali menetes, isakan pun tak dapat terelakkan meskipun sudah berusahan ditahannya

Kali ini Dirga yang tesentak mendengar kalimat Kezia.

Cemburu?

Kezia cemburu dengan Saras?

Apa benar bukan Kezia pelakunya?

Apa gue udah keterlaluan nuduh dia kayak gitu?

Rentetan pertanyaan memenuhi kepala Dirga. Entah kenapa ia sangat merasa bersalah. Melihat air mata itu mengalir di pipi Kezia dan isakan yang masih bisa didengarnya meski pelan.

Perlahan tangan kanan Dirga terangkat mendekat ke pipi Kezia yang masih tertunduk, ia ingin menyeka air mata itu.

Tidak, tidak!

Dirga menarik tangannya kembali. Jangan sampai ia goyah karena merasa kasihan dengan Kezia.

Lo gak boleh kayak gitu ga!
Jangan percaya, dia cuma berusaha nipu lo dengan tangisan palsunya, terus saja pikiran jahat itu menggerayangi kepala Dirga.

"Nyesel gue pernah kenal sama lo," lagi, kalimat yang dilontarkan Dirga sudah menyayat hati Kezia

Seburuk itu gue di mata lo sekarang? ,batin Kezia

Dirga mengusap wajahnya lalu mengajak rambutnya kasar, dan bangkit meninggalkan Kezia yang masih terisak di dalam cafe itu.

Dirga memasuki mobilnya yang terpakir tak jauh dari cafe itu. Sebenarnya ia sudah disana sebelum Kezia datang. Bahkan ia tau saat Kezia memasuki cafe itu. Ia hanya berusaha untuk mengontrol emosinya dahulu sebelum akhirnya menemui Kezia.

Lo bikin gue bingung Keziaa!!
Aarrghhhh...!!
Teriak Dirga yang kemudian memukul stir dihadapannya dengan kuat

Sedangkan di dalam cafe, Kezia masih menangis, kedua telapak tangannya kini menutupi wajahnya dengan bahu yang bergetar.

Hingga Keiza merasa ada seseorang yang menepuk bahunya pelan,

"Zi, are you okay? " ucap oran
g itu. Kezia kemudian mendongakkan kepalanya melihat siapa dia.

"Eh, ya i'm okay," angguk Kezia dengan senyum yang berusaha ditampilkannya sambil mengusap air mata yang telah membuat matanya merah

"Tapi itu kok matanya merah, terus pipinya basah gitu," katanya sambil terkekeh yang sudah duduk di hadapan Kezia, di posisi Dirga yang tadi

"Iya kelilipan nih,"ucap Kezia membalas basa basi Dean itu. Ya Kezia tau kalau Dean berusaha menghiburnya

"Mau pulang?" tanya Dean ketika melihat pergerakkan Kezia dari kursi yang didudukinya, "Gue anter ya," tambahnya sebelum Kezia sempat menjawab.

"Eh, nggak usah. Gue pulang sendiri aja," tolak Kezia

"Entar kelilipan lagi," ledek Dean.

"Apaan sih," kata Kezia yang sudah berjalan di depan Dean.

"Eh eh, ini motornya," ucap Dean sambil mencekal pergelangan Kezia menahannya untuk tidak pulang sendirian

Mau tak mau Kezia menerima tawaran Dean itu, ia berbalik badan menghadap Dean

"Nih pake," kata Dean menyerahkan helm ke Kezia, "Biar gak kelilipan lagi," ia terkekeh

"Dean ih!," ucap Kezia kesal -menahan senyumnya sambil memukul lengan Dean pelan

"Huh, cemburu? Dasar pembohong," gumam Dirga dengan seringaian menyeramkan. Ia masih berada disana di dalam mobilnya menyaksikan interaksi Kezia dengan Dean. Ia merasa Kezia hampir saja berhasil mengelabuinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang