Dasar pria tampan yang sangat aneh yang pernah kulihat.

" Hei kamu!!!!!!!!!!! ".

Sontak saja seketika aku hendak pergi dari halte bus, pria tampan aneh itu kemudian memanggilku dan beranjak berdiri dari tempat duduknya.

" Kamu memanggilku??????? ".

Dia menuju kearahku sembari membawa payung miliknya, dengan menunjukkan wajah tak acuh yang sangat dingin.

-

" Ambillah, kamu akan sakit jika pulang tanpa payung ini ".

" Tapi?????? ", aku tetap berusaha mengelak.

" Sudahlah, aku bisa pulang nanti setelah hujan reda. Jangan berkata tapi, dan pulanglah dengan payungku ini ".

Dia mencoba terus memaksaku untuk menerima payung hijau tua miliknya tersebut.

Aku tidak mengerti, apa gerangan maksud darinya memberikan payung miliknya tersebut kepadaku.

Padahal, sejak tadi aku memanggilnya, tetap saja dia diam tanpa menoleh kearahku.

Mungkin saja aku memang salah penafsiran, dia adalah pria yang cukup baik, jika tidak, untuk apa dia meminjamkan payung miliknya ini kepadaku dengan begitu gamblangnya, padahal aku dan dirinya tidak saling mengenal satu sama lain.

" Terimakasih", ucapku kepadanya sebelum pergi dari halte bus.

Dan akhirnya, berawal dari payung hijau tua itu pula, yang menjadi awal kedekatanku bisa terus bersama dengan Nizar, hingga sampai hari ini.

Sejenak aku sedang asyiknya melamuni masa laluku bersama Nizar, sama seperti biasanya, ponselku yang sengaja kuselipkan di saku celana jeansku berdering sangat kencang.

Benar – benar memalukan, semua orang di halte dengan spontan memandang kearahku, dengan pandangan sinis dan ketus.

Tatapan mereka, membuatku seketika saja melongo, sembari mengulurkan senyum cengir menahan rasa maluku.

-

" Assalamualaikum sayang, kamu dimana sekarang?. Kenapa hampir mejelang azan magrib belum juga sampai dirumah ? "

" Waalaikumsalam, iya ma. Ini Alisyah sudah pulang kok dari Perpustakaan. Hanya saja, sekarang Alisyah sedang berteduh di Halte Bus dekat Komplek Perumahan kita ma. Karena, hujannya sangat deras sekali. Mama tenag saja ya, tidak perlu khawatir ".

" Itulahkan, sudah mama katakan berulang kali, jika hari ini langit sangat gelap dan mendung, eh kamu masih juga berkeras kepala untuk pergi ke Perpustakaan. Sekarang lihatkan, kamu masih diluar dan terjebak hujan ! ".

Seperti biasa, mamaku yang overprotrektif mulai menunjukkan rasa kekhawatirannya kepadaku dengan mengomel panjang kepadaku dibalik panggilan telpon.

" Mamaku sayang, pokoknya mama tidak perlu khawatir ya, setelah hujannya reda, Alisyah akan langsung bergegas pulang kerumah, oke mama ".

Sekuat tenaga aku berusaha meyakinkan mamaku. Dan alhasil, setelah panjang lebarnya aku memberikan penjelasan kepada mama melalui ponselku, sejenak aku menyadari, bahwa hujan di sore ini telah reda.

Terlihat semua orang beranjak pergi dari Halte bus, dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda.

-

" Ma, Alisyah tutup ya telponnya ya. Hujannya sudah reda. Nanti kita sambung lagi dirumah, ya ma. Good bye mama, see you in home. Assalamualaikum ".

" Waalaikumsalam, kamu hati – hati ya sayang ".

Kumasukkan kembali ponselku kedalam saku celana jeansku. Dan segera aku melangkahkan kaki untuk mengambil sepedaku yang sengaja kutenggerkan di dekat tiang Halte bus.

My Love in AirWhere stories live. Discover now