Jooheon sendiri hanya terdiam mematung dan menatap wajah Changkyun yang terlihat khawatir.

Bolehkah Jooheon berharap?

Bahwa masih ada sedikit tempat untuknya di hati Changkyun meskipun pria manis itu kehilangan ingatan tentang dirinya? Tentang mereka?

"Kyun..."

Changkyun menghentikan kegiatannya dan menatap Jooheon.

"Bolehkah..."

"Bolehkah aku berharap, bahwa di sudut hatimu masih ada tempat untukku?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Changkyun termenung di sebuah ruangan yang penuh dengan setelan yang berserakan.

"Hyung!"

Changkyun tersentak saat tiba-tiba wajah Hanbin muncul tepat di depan wajahnya.

"Aish! Kau melamun lagi?"

Changkyun menggeleng namun sedetik kemudian dia mengangguk pelan.

"Masalah dengan Jooheon hyung lagi?"

Changkyun mengangguk.

"Kali ini kenapa lagi?"

"Entahlah. Aku... hanya tidak terbiasa dengan Jooheon yang selalu menatapku dengan penuh... cinta? Seakan-akan memujaku?"

Hanbin menghela nafasnya dan duduk di samping Changkyun. "Kau masih belum bisa membuka hatimu untuk Jooheon?"

Changkyun menghela nafas lesu dan menggeleng pelan.

"Apa karena Jaehyun? Ayolah! Kalian sudah lama berpisah, bahkan jauh sebelum kau bertemu dengan Jooheon bukan?"

"Tapi tetap saja... Perasaan untuk Jaehyun itu masih ada." Suara Changkyun semakin memelan di akhir kalimatnya.

"Well, ini masalah hatimu dan aku tidak bisa memaksamu. Aku hanya bisa berkata bahwa kau harus memikirkannya baik-baik."

Changkyun mengangguk lesu. "'Aku tahu."

"Nah, sekarang lebih baik kau lupakan sejenak masalah mu dan bantu aku memilih jas untuk pernikahanku!"

Hanbin bangkit berdiri dan merentangkan tangannya. "Eottae??"

Changkyun menilai setelan jas yang dikenakan Hanbin, tidak terlalu mewah dan tidak terlalu sederhana.

"Wahhh, aku baru tahu aku mempunyai adik setampan dirimu!"

Hanbin menggosok hidungnya dengan wajah sombong yang dibuat-buat. "Tentu saja aku tampan!"

Diam-diam Hanbin menghela nafas lega karena berhasil membangkitkan mood Changkyun.

Changkyun yang berada dalam mood jelek adalah hal yang sangat buruk dan Hanbin tidak mau itu terjadi di saat Changkyun menemaninya untuk mengurus pernikahannya dengan Jinhwan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau sibuk?"

Changkyun mengangguk meskipun orang di sebrang sana tidak bisa melihatnya. "Hanbin menarikku kesana kemari untuk mengurusi pernikahannya."

Suara di sebrang sana tertawa. "Katakan padaku jika kau butuh bantuan."

"Eum, mungkin kau bisa menawarkannya pada Hanbin secara langsung."

"Akan lebih baik jika aku menanyakannya lewat kakaknya saja."

"Keadaanmu bagaimana?"

"Aku? Sepertinya kurang baik."

Changkyun membulatkan matanya. "Kau sakit lagi?"

"Aniya... Hanya terlalu merindukanmu."

Changkyun mendengus kesal namun tidak bisa mencegah rona merah muncul di kedua pipinya. "Rayuanmu tidak akan mempan, Jooheon-ssi."

Jooheon tertawa kecil. "Sepertinya begitu. Ahhh... padahal aku sangat ingin melihatmu merona."

"Dalam mimpimu!"

Jooheon tertawa kecil. "Sebaiknya kau istirahat. Pasti lelah berkeliling sepanjang hari."

"Eum, baiklah. Kau juga istirahatlah."

"Jangan lupa mimpikan aku."

"Aku akan mimpi buruk jika seperti itu."

Jooheon tertawa pelan. "Aku mencintaimu."

Changkyun tertegun mendengarnya. Nada suara Jooheon terdengar sangat putus asa dan penuh kerinduan. Tapi Changkyun tidak bisa menemukan suaranya untuk membalas ungkapan Jooheon bahkan sampai ketika sambungan itu terputus.

Changkyun menatap kosong ke arah ponselnya dan memegang dada kirinya yang terasa sesak.

"Ah... Kenapa jadi ingin menangis?" Gumam Changkyun.

Sedetik kemudian ponselnya kembali berbunyi dan Changkyun langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat identitas penelponnya.

"Yeoboseyo?"

Tatapan Changkyun menjadi berbinar dan bahkan melupakan Jooheon dalam sekejap.

"Ne, Jaehyun-ah..."







The Vow (JooKyun)Where stories live. Discover now