22. Tak Ada yang Benar Peduli

Mulai dari awal
                                    

Ia juga tahu kalau setiap hari seorang guru akan masuk ke rumah itu untuk menjadi tutor belajar Nantha.

Satu yang belum Luthfa tahu, alasan Nantha diculik dan diasingkan di rumah besar ini. Yaitu rahasia semua ini terjadi. Ia juga penasaran mengapa hari ini terdapat sebuah mobil memasuki pekarangan rumah pagi-pagi sekali. Hari Minggu membuat Luthfa menyimpulkan Nantha akan belajar bahasa Inggris.

Akan tetapi, mobil yang memasuki pekarangan rumah itu cukup familier, bukan milik tutor bahasa Inggris seperti biasanya.

Seorang pria dan anak laki-laki satu tahun di bawah umurnya, membuat Luthfa tersentak dengan fakta mengejutkan ini. Ia mengetahui sesuatu yang tidak pernah dipikirkannya sebelum ini.

***

Pagi ini, Nantha boleh sarapan di ruang makan. Dengan tatapan tak ramah milik Lasmi, Nantha tak peduli. Gadis itu melanjutkan saja sebelum sebuah mobil memasuki pekarangan rumah. Ia tersentak, mungkinkah kakaknya sudah sampai? Mengapa harus membawa mobil juga?

"Selamat pagi, Pak."

"Selamat pagi juga, Pak Ditya."

Sapaan itu bisa Nantha pastikan teman dari Ditya. Padahal, kan, yang ia harapkan adalah Genta datang menyelamatkannya dari Ditya. Mengapa malah yang datang ....

"Pagi, Om," sapa seorang laki-laki yang sekarang Nantha tatap tepat pada manik matanya.

"Iya, pagi juga."

Sosok yang ia kenal dan beberapa kali bertemu atau bahkan sudah menjadi keseharian Nantha saat sedang ekstrakurikuler. Tak ia duga akan bertemu di sini. Di tempat yang bisa Nantha pastikan akan menjadi ajang perjodohan. Wajah tegang dan mata melotot itu tak pernah sedetik pun memalingkan ke arah lain.

Ditya dan Lasmi menyilakan tamu itu untuk bergabung sarapan. Menyapa ramah seakan sudah terbiasa tanpa ada rasa beban. Tak tahu kalau yang di sini sedang menahan amarah dan mengumpulkan segala perspektifnya. Menyatukan kepingan puzzle untuk membentuk sebuah alasan.

"Nantha, kenalkan ini Zero, anak dari Pak Kasim. Sepertinya dulu satu sekolah, sudah saling kenal, 'kan?" Ditya mengenalkan Zero dengan gaya senyumnya yang menunjukkan kepuasan.

Nantha sudah memfokuskan diri dengan sendok dan garpu di piring. Ia hanya melirik sebentar dengan tatapan tajam. Tak melanjutkan makan, malah berdiri dari duduknya.

"Saya selesai," ucapnya kemudian berlalu dari meja makan. Membuat Lasmi menghela napas kesal, menghampiri Nantha dengan cepat.

"Kamu ini bagaimana, sih, dikenalkan sama cowok ganteng bukannya bersyukur malah pergi. Mau ke mana, hah? Makananmu belum habis, kasihan yang masak." Wanita itu meraih tangan Nantha dan menggenggamnya erat.

"Saya tidak peduli." Menghempaskan genggaman itu, Nantha pergi dari sana. Ia kesal mengapa harus dijodohkan dengan sosok laki-laki yang tak ia sangka.

Sudah pasti Nantha tahu siapa pelaku yang menculiknya saat di parkiran bersama Genta terakhir kali. Zero memang tak terlihat mencurigakan, tetapi mampu membuat Nantha percaya kalau laki-laki itu bukanlah anak baik-baik. Ia malah teringat Luthfa yang meskipun menyebalkan, tetapi baik. Beberapa kali juga Zero terlihat tak menyukai keberadaan Nantha, lalu mengapa sekarang ....

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang