4. Serangan Pertama

Mulai dari awal
                                    

"Saya membuang semua bungkusan ramen Koko-kun karena sudah kadaluwarsa. Apa Koko-kun bisa masak?" balas Ceunah, mendadak cemas. Pak Hisakawa menggeleng.

"Kurasa tidak. Kecuali memasak ramen dan menggoreng sosis, kupikir?"

"Baiklah, terimakasih. Masuklah, Ojiisan. Selamat malam." Ceunah pamit, lalu pura-pura pergi ke lantai tiga. Begitu pak Hisakawa tidak melihat, Ceunah berbalik arah. Dua bungkus ramen tidak akan cukup untuk lebih dari dua orang. Maka dari itu Ceunah akan pergi ke Supermarket terdekat dan membeli bahan masakan. Mungkin beberapa camilan juga.

###

Koko meneguk beernya sambil melirik kegiatan Naoki-Yui di sofa. Lelaki itu juga melirik ke arah jam dinding yang sudah hampir tengah malam. Kemana Ceunah? Kenapa dia belum pulang? Apa terjadi sesuatu?

Keita yang tidak sengaja menangkap raut cemas Koko pun bertanya,
"apa ada yang tidak beres?"

Koko tersentak kemudian menjawab, "tidak. Tidak apa-apa." Lelaki itu berusaha membuang perasaan resah dihatinya.

"Kau kelihatan cemas akan sesuatu?" ucap Keita lagi. Kali ini Koko tidak menjawab, lelaki itu hanya menghela napas berat. Matanya melirik kembali ke jam dinding. Kalau sampai tengah malam Ceunah belum kembali, dia mungkin harus menendang teman-temannya pulang kemudian mencari perempuan itu. Bukan hal aneh kalau Ceunah kesasar di suatu tempat karena dia orang baru di Jepang, dan Tokyo bukan kota kecil.

"Kau mau kami pulang sekarang?" usul Keita karena melihat ekspresi Koko yang bertambah cemas.

"Tidak. Tunggu sampai Yui dan Nao selesai saja," jawab Koko sambil lalu. Meski bicara begitu, Koko berjalan menuju kamar untuk mengambil mantel bepergiannya. Kegelisahan lelaki itu berubah menjadi rasa jengkel. Dia kesal karena harus merasa khawatir pada Ceunah, sekaligus menyadari rencananya gagal total. Sial! Padahal apartemen sudah sangat berantakan dan bau sekali! Apa yang harus dia lakukan?

"Kau mau pergi?" tanya Keita kaget. Seruan lelaki itu bersamaan dengan pekikan puas Yui dan Naoki di sofa panjang. Koko meringis.

"Kalau kalian sudah selesai, segera bersiap pulang." Koko melirik Yui dan Naoki sebelum melemparkan kaos Keita ke yang punya.

"Ah! Apa ini? Kenapa begitu? Tidak bisakah kita menginap bersama? Koko-kun, kau belum bermain denganku!" rajuk Yui. Koko nyengir.

"Tidak bisa, Yui-chan. Tidak lihat apa yang sudah kau lakukan pada apartemenku yang rapi dan bersih?" Koko melambaikan tangannya ringan ke penjuru ruangan yang seperti kapal pecah. Pipi Yui bersemu, tapi wajahnya tetap cemberut.

"Kalau begitu, ayo lakukan sekarang! Aku tidak akan pergi sebelum kau bermain denganku!" sahut Yui, mengancam. Koko mendengus.

"Besok saja, oke? Aku harus pergi sebentar lagi," tolak Koko halus.

"Lakukan dengan cepat kalau begitu!" tukas Yui, keras kepala. Naoki dan Keita tertawa kecil, terdengar puas karena tau Koko tidak akan menang melawan Yui.

Koko melirik jam dinding sekilas sebelum akhirnya menggeram jengkel.
"Baiklah! Sialan! Kau menyebalkan sekali!"

Koko melangkah panjang ke arah Yui, dengan jengkel menurunkan resleting celananya sementara Yui membelakanginya dengan bersemangat. Bersamaan dengan jeritan Yui ketika Koko memasukinya, pintu apartemen terbuka. Suara lirih Ceunah yang mengucapkan salam mengalun.

Waktu seakan berhenti. Koko berdiri syok, tidak berbeda dengan Ceunha yang kaku bagai patung. Atensi perempuan itu berpindah dari Koko, Yui ke Keita lalu Naoki. Warna wajah Ceunah berubah ungu sebelum dia keluar ruangan lagi sambil menutup mulut.

"Siapa perempuan itu?" tanya Keita dengan nada menuntut. Sementara itu, Naoki berjalan ke arah pintu lalu kembali membawa dua plastik besar.

"Dia membawa bahan makanan dan jajanan. Apa ini untuk kita?" Naoki menatap Koko dengan sorot bertanya-tanya. Tapi Koko tidak bereaksi. Dia mengalami syok yang lebih parah daripada yang dia duga akan dia rasakan.

"Benarkah? Kalau itu benar, ayo kita makan! Aku lapar sekali! Yui-chan, kau mau?" oceh Keita gembira.

"Ya!" jawab Yui senang. Koko melepaskan diri, membiarkan Yui berlari mendekati Keita dan Naoki sambil telanjang.

Koko tidak tau harus melakukan apa. Tapi, kemana Ceunah pergi? Lelaki itu melirik jam dinding untuk yang ke sekian kali kemudian mengumpat. Momok paling seram di Jepang sangat aktif ketika tengah malam--Yakuza.

Koko merapikan diri, meraih mantelnya kemudian berlari pergi. Dia merasa kalau dia akan gila andaikata terjadi sesuatu yang buruk pada Ceunah.

###

Pendek ya? Suka nggak sih sama cerita ini? 😭😭

Unmei No Akai Ito (Rate M) {Fin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang