"AAAAAAAAAARGH! DASAR COWOK BERENGSEK! UDAH NGELUBANGIN LANGSUNG KABUR!" teriak Mentari, ia bersusah payah menggerakan badannya terutama menghindari gesekan di antara kedua pahanya yang perih. Walau setelahnya, ia meringis dan membiasakan diri untuk itu. Dipungutnya gaun hitam selutut, celana dalam, bra serta pakaiannya yang lain yang tergeletak di lantai. "WALAUPUN GUE GAK TAU NAMA LO! GUE INGET MUKA LO! AWAS AJA KALAU KETE-"
Ungkapan Mentari terhenti karena melihat sekitaran, ia mencari-cari di lantai kemudian ke tong sampah, lalu kamar mandi yang ada di sana.
Kemudian, ia memegang perutnya.
"Ah, enggak-enggak, walaupun gak pake pengaman, first time ini, masa langsung kena." Ia berusaha berpikir positif meski isi kepalanya kalut. Ia memakai pakaiannya dan merapikannya sebaik mungkin, sebelum akhirnya memesan taksi dan pulang ke rumah.
Rumah Mentari cukup besar, di antara perumahan elit lain, namun kala ia masuk keadaannya gelap gulita. Hal itu membuat Mentari menghela napas lumayan merasa lega dan menyalakan lampu yang ada. Ia sendirian.
Mentari membersihkan badannya, setiap aktivitas ia lakukan dengan wajah lesu dan tak bersemangat. Terutama kala ia mengingat adegan panas ia dengan pemuda berwajah lumayan dan familiar itu.
"Enak, sih. Tapi ...." Ia memegang perutnya. "Enaknya sesaat, gimana kalau gue hamil? Ah, gak mungkin, gak mungkin. Eh, tapi kalau hamil?" Wajah gadis itu ketakutan. "Ah, oke, itu gak bakal terjadi, gue aja menstruasi gak teratur."
Meski terus memikirkannya, menyadari ia baik-baik saja dua minggu kemudian, Mentari sedikit demi sedikit melupakan hal tersebut.
Sampai, suatu ketika, seorang teman mengomentarinya, "Wah, tumben lebih chubby, keliatannya lo banyak makan akhir-akhir ini."
Meski komentar itu berusaha Mentari positifkan, tetap saja kini terbayang-bayang tentang janin yang siap terbentuk dan ikut makan bersamanya. Tetapi, demi menetapkan pikiran positif, ia enggan menggunakan test pack.
Seminggu kemudian, tepat orang tuanya pulang dari luar negeri untuk liburan, tepat pula kala Mentari sadar ini tanggal yang harusnya menjadi tanggal kitaran ia mengalami HAID. Nyatanya, tak ada darah yang keluar.
"Ih, gue emang menstruasi gak teratur." Ia tertawa pada diri sendiri. "Lagian ... gue gak muntah, tuh!"
Memang belum, sampai seminggu kemudian lagi. Mentari terlihat jauh lebih berisi, kala sarapan orang tuanya mengomentari tentang itu, Mentari siap menjawab setelah menelan makanannya namun ia langsung membeku seakan waktu terhenti. Gejolak di perutnya membuat makanan naik ke kerongkongan, Mentari berdiri dari duduknya dan berlari ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
(F*CK A) SILVER LINING [Brendon Series - F]
Romance21+ Mes*m. Berengsek. Tak tahu malu. Kriteria itu sebenarnya sudah menjadi kategori blacklist di kehidupan Mentari. Cewek yang harusnya ke jenjang perkuliahan malah harus mundur karena kesialan terjadi padanya hingga terpaksa melekat pada Brendon Fa...