"J-jadi.. Anda..."

Wanita itu mengangguk-anggukkan kepala seolah sudah memberi jawaban atas pertanyaan Jimin yang tidak dilontarkan anak itu.  "Ya,  aku ibu Jungkook."

Jimin mengepalkan tangannya,  maju selangkah dengan wajah penuh kemarahan pada wanita itu.  "Anak anda yang seharusnya duduk di pengadilan hari ini,  bukan temanku!  Jungkook harus membayar atas perbuatannya,  aku akan pergi ke pengadilan sekarang untuk mengatakan yang sebenarnya!" Jimin berbalik,  melangkahlah kaki lebar-lebar menuju pintu keluar.

"Setelah kau keluar dari pintu itu,  maka kau harus mengucapkan selamat tinggal pada panti asuhanmu."

Tangan Jimin yang semula akan menarik gagang pintu, mengambang di udara. Berbalik kembali dengan tatapan penuh kebingungan.  "Apa maksud anda?"

"Aku dengar panti asuhan tempatmu tinggal terancam digusur,  karena masalah sengketa tanah?" wanita itu tesenyum dengan licik di hadapan Jimin.  "Aku... Bisa saja membantumu agar panti asuhan itu tidak digusur,  asal kau tidak datang ke pengadilan hari ini untuk memberi kesaksian bagi Kim Taehyung."

Jimin benci di hadapkan pada sebuah pilihan,  apalagi pilihan yang teramat sulit seperti ini.  Seperti di depannya sekarang dia bisa melihat dengan jelas Taehyung yang duduk di kursi tersangka di pengadilan,  juga wajah bibi Eun Bi juga anak-anak panti asuhan yang mungkin akan kehilangan tempat tinggal.

"Semua pilihan sekarang ada padamu , Park Jimin. Siapa yang akan kau selamatkan?"

Jimin mengenang hari itu sebagai hari yang paling dia benci dalam hidupnya, hari dimana dia sangat merasa menyesal karena harus meninggalkan Taehyung untuk menyelamatkan panti asuhan yang sudah menjadi tempatnya di besarkan selama ini. Menjadi seorang teman yang berkhianat untuk membuat keluarganya tetap aman.

"Aku cukup terkejut, kau berani mengundangku ke sini. Park Jimin."

Jeon Ae Ri,  dalam pandangan Jimin wanita itu tidak banyak berubah.  Tetap terasa anggun namun sangat berbahaya,  wanita yang membuatnya berkhianat pada sahabatnya sendiri. 

"Lama tidak bertemu,  Nyonya Jeon." Jimin menanggapi dengan santai,  "senang bertemu lagi dengan anda di sini,  di tempat yang sama saat terakhir kali anda membuat saya harus mengambil keputusan yang sangat saya benci seumur hidup." Jimin tersenyum sinis sembari menuang teh panas ke cangkir Ae Ri ketika wanita itu duduk di sofa merah di samping nya.

"Kau sekarang sudah banyak berubah," Ae Ri mengambil cangkir berisi teh yang dituang Jimin.  "Tentu saja,  itu semua berkatku,  bukan?"

Jimin mendengus,  "Anda benar,  Nyonya.  Kali ini saya menemui anda tanpa rasa takut dan keraguan.  Saya bukan lagi Park Jimin yang dulu saat pertama kali kita bertemu." Jimin ikut menyesap teh hangatnya. 

"Jadi,  apa yang ingin kau bicarakan? Setelah sekian lama."

"Saya hanya ingin mengatakan bahwa anak anda sangat berani mengambil resiko yang berbahaya."

"Apa maksudmu?" Ae Ri menegakan badannya kaku. 

"Oh,  Jungkook belum bilang padamu?" Jimin pura-pura terkejut,  padahal dia sudah menduga kalau Jungkook pasti tidak memberitahu ibunya bahwa sekarang dia bekerja bersama orang yang sudah menggantikannya di penjara. "Drama yang sekarang Jungkook kerjakan, yang menjadi lawan mainnya adalah aku." Jimin menunjuk dirinya sendiri.

Ae Ri membulatkan matanya,  merasa sesuatu yang penting sudah terlewat olehnya.  Sejujurnya,  dia memang tidak memperhatikan pekerjaan Jungkook belakangan ini karena sibuk mengurusi perusahaan suaminya di sini.  Kalau saja Ae Ri tahu,  pasti dia sudah melarang Jungkook untuk mengambil pekerjaan itu . Sekalipun Jungkook tidak tahu mengenai Jimin,  tetapi tetap saja itu sangat beresiko.

"Dan tebak,  siapa yang menulis drama ini?" Jimin mengulas senyum,  senyum yang sama seperti yang Ae Ri perlihatkan padanya lima tahun lalu.

"Kim Taehyung."

***

Jeon Ae Ri,  masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa,  menanyakan keberadaan Jungkook pada pelayan yang segera memberitahu anak majikannya itu tengah berada di kamar.  Ae Ri bergegas naik ke atas,  membuka pintu kamar Jungkook tanpa aba-aba membuat Jungkook terkesiap kaget hingga menjatuhkan komik yang dibacanya.

"Ibu?  Kenapa?" mata Jungkook menangkap pergerakan ibunya yang menutup pintu kamar rapat lalu menghampiri nya.

"Apa benar kau bertemu Kim Taehyung?"

Jungkook membola kan matanya,  kaget.

"Jeon Jungkook!  Jawab ibu!"

"I-iya,  Bu."

"Kenapa kau tidak memberitahu ibu?  Kenapa kau mengambil keputusan sendirian?  Kau tahu apa resikonya,  eoh?! Kau mau semua orang tahu apa yang kau perbuat dulu?!" Ae Ri mengguncangkan bahu Jungkook yang tengah menunduk dalam. "Ibu berusaha membersihkan namamu,  dan kau... Kau ingin mengacaukan semuanya?! Bagaimana kalau dia tahu yang memperkosa gadis itu adalah kau?  Bagaimana kalau dia mengatakan semuanya ada semua orang?!  Apa kau memikirkan hal itu?!"

"Ibu..." Jungkook mendongak kan kepala,  menatap Ae Ri dengan tatapan yang tak pernah ibunya lihat. 

"Ibu tidak perlu khawatir,  aku yang akan membereskannya kali ini.  Aku yang akan membungkam mulut mereka dengan tanganku sendiri." Jungkook bangun dari ranjangnya,  keluar dari kamar setelah mengambil coat serta masker dan topi nya,  meninggalkan Ae Ri yang duduk di tepian ranjang sembari memijit kepalanya.

Sekarang,  bukan hanya masalah Jungkook saja yang menjadi beban pikirannya.  Tapi satu lagi,  satu hal lagi yang sudah berusaha dia lupakan belasan tahun ini.  Sesuatu yang kembali mengusik hati Ae Ri,  ketika dia melihat gelang yang kenakan Park Jimin tadi.

Gelang yang dia berikan pada anak yang telah ia tinggalkan di panti asuhan dulu.

Rewrite The Stars ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang