"Mau ikut Papa. Lenno mau ikut Papa."

"Bara gak mau sekolah. Mau ikut Papa ke kantor! Gak mau sekolah!"

"Huuueeee ... huueeeee ..."

Anika dan Rama pun kebingungan bagaimana mendiamkan ketiganya secara bersamaan. Hingga ...

"Oke. Oke. Mama izinin kalian ikut sama Papa ke kantor. Tapi dengan syarat, kalian berdua gak boleh nakal, harus nurut apa kata Papa. Mengerti?!" Titah sang ibu dengan tegas pada si sulung dan si tengah sembari mengacungkan jari telunjuknya pertanda itu adalah sebuah perintah yang tak boleh mereka langgar.

Dan rengekan kedua bocah itu seketika berhenti, digantikan dengan anggukan kepala patuh serta teriakan sorakan yang bahagia.

Sementara ayah dan ibu mereka saling melempar pandangan dan dengan hembusan napas berat mengiringi.

"Gimana ni Mas? Apa gapapa kalo mereka ikut kamu kerja?" Anika nampak ragu mengizinkan kedua putranya ikut ke tempat kerja.

"Hhh... mau gimana lagi? Mereka yang minta." Jawab Rama dengan bahu yang diturunkan.

Ivan masih merengek digendongan sang istri seolah ingin ikut bersama kedua kakaknya. Membuat ibunya jadi tidak bisa tenang dan terus terpikirkan apakah mereka akan baik-baik saja jika dirinya tidak ikut serta mengiringi?

🍁🍁🍁

Tak seberapa lama, ayah serta dua anaknya yang masih kecil itupun sudah memasuki loby utama dari sebuah gedung tinggi berlantai 20.

"Bara, dibelakang ada taman kecil. Kamu kalo mau main bola sama Lenno bisa kesana." Ujar Rama sembari mengantar anaknya berkeliling sesaat.

Bara mengangguk dengan semangat. Diliriknya sang adik yang sejak pergi tadi sudah membawa sebuah mainan berbentuk robot dalam pelukannya. Pun dengan dirinya sendiri yang membawa bola berwarna hitam putih itu yang sedari tadi direngkuhnya.

"Iya, Pa." Jawabnya.

Tiba-tiba seorang wanita mendekati mereka dan mengatakan sesuatu pada Rama hingga semenit kemudian pria dewasa itu berjongkok--menyamakan tingginya dengan si sulung dan mengatakan sesuatu.

"Bara, bisa jagain Lenno? Papa ada tamu sebentar." Tanyanya yang dijawab anggukan kepala penuh semangat oleh anak pertamanya itu.

"Bisa, Pap."

"Oke. Kalo begitu, jangan main jauh-jauh ya." Tambahnya sembari mengusak rambut gelap Bara dengan lembut sebelum kemudian bangkit dan pergi bersama wanita yang ternyata adalah sekertarisnya itu untuk bertemu dengan tamu yang dimaksudkannya.

"Iya, Pa." Jawab Bara dengan senyuman lebar, menunjukan gigi gelinginya putih bersihnya.

Seperginya Rama, kedua anak kecil itupun bermain bersama di taman yang tepat berada dibalik dinding tinggi gedung tersebut.

"Lenno, ikut Kakak yuk." Ajaknya sembari menggenggam tangan si adik.

"Temana?"

"Kita main di belakang."

🍁🍁🍁

Ratih Dewi Sulastri atau yang biasa dipanggil Ratih adalah seorang office girl baru di sebuah perusahaan tempatnya kini bekerja.

Wanita berusia 23 tahun itu sejujurnya adalah seorang janda. Suaminya pergi begitu saja meninggalkannya setelah ia mengalami keguguran ketika mengandung anak pertamanya. Tak hanya disitu, Ratih yang sebatang kara harus menerima getirnya takdir saat dokter menyatakan bahwa dirinya tak bisa lagi mengandung karena kondisi rahim yang tak mendukung.

About My Brother ✔ [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang