BAB I. Harap Harap Lemas.

Mulai dari awal
                                    



"Orang mana Kau ini ?!." Ucap Pak Butarbutar dengan logat Bataknya.



"Waduh.., Pak Butarbutar tuh ?!." Seru Bobi lirih, Bobi agak panik lantaran Pak Butarbutar adalah salah satu guru killer di SMU PUSTAKA. Namun apadaya ibarat SITI NURBAYA YANG TAK KUASA MENERIMA PINANGAN DATUK MARINGGIH, Bobi pun tak punya pilihan lain untuk meminta pertolongan kepada Pak Butarbutar, demikian kondisi yang dihadapi Bobi saat itu, terpaksa ia minta tolong kepada Pak Butarbutar. "Selamat pagi Pak.." Sapa Bobi.



"Ya ! Zelamat pagi juga." Jawab Pak Butarbutar.



"Maaf bisa menganggu waktunya sebentar ?." Tanya Bobi.



"Ahh.., ziapa pula Kau ini, bicara macam ditelepon zaja..!." Pungkas Pak Butarbutar.



"Saya Bondan Pak..!."



"Ahh..Kau rupanya !, Ngapa pula Kau lama - lama di WC ?, Macam diruang karaoke zaja !." Ujar Pak Butarbutar.



"Mau minta tolong Pak, saya habis buang air besar, mau cebok tapi air kran di sini mati Pak !." Ujar Bobi malu - malu. "Kalo Bapak gak keberatan, tolong ambilkan air barang seember Pak, buat saya cebok !." Pinta Bobi.



"Adapula masalah Kau.." Pak Butarbutar mengambilkan seember air lalu ditaruhnya di depan pintu toilet tempat Bobi bersemayam. "Tok, tok, tok !." Pak Butarbutar mengetuk pintu toilet, lalu Bobi membuka sedikit pintu itu dengan penuh harapan, tercium bau aroma tak sedap menari-nari di depan hidung Pak Butarbutar, "cepat Kau ziram itu, aroma tak zedap muncul !." Seru Pak Butarbutar.



"Siapp Pak..!?." Jawab Bobi semangat. Lalu Bobi mengambil ember itu ke dalam toilet, "Terimakasih Pak..." Ucap Bobi.



"Ya, zama - zama." Jawab Pak Butarbutar seraya meninggalkan toilet.



Upacara bendera itupun usai, para petugas upacara sibuk membereskan semua peralatan sedangkan para siswa masuk ke dalam kelasnya masing - masing. Sementara di ruang UKS beberapa Petugas PMR wanita masih sibuk merawat Hani yang masih belum sadar diri, eh..maaf maksudnya sadarkan diri😁, Uci salah seorang anggota PMR bahkan mencoba memberi minyak angin ke hidung dan jidat Hani, sedangkan Erna memijit - mijit kaki Hani dengan sekuat tenaga maklum banyak lemak, beberapa menit berlangsung mereka pun lelah dan meninggalkan Hani, di ruangan itu hanya tertinggal Bobi dan Ruma yang sedang asik bermain handphone masing - masing.



Jempol kaki itupun bergerak - gerak, Hani mulai sadar dari pingsannya, "Mas Bob.., akun pingsan nih, kok gak dipijitin sih.." Pinta Hani kolokan. Bobi hanya mencibirkan bibir, "Ihh..kok gitu sih, aku pingsan lagi nih.." Ancam Hani.



"Hahaha." Ruma tertawa sambil menepuk pundak Bobi, "Gih sana !, sebagai petugas PMR yang baik, kita harus punya jiwa pengabdi." Pungkas Ruma.



"Pengabdi Setan, maksud lo ?!." Sahut Bobi.



"Mengabdi sama kemanusiaan lah." Sahut Ruma.



"Cepet dong Mas Bob.., nanti Hani pingsan lagi lho." Ujar Hani merayu.



"Sa bodo !," Sahut Bobi sambil memijat kaki Hani yang penuh bergelimang lemak. "Kamu kan udah sehat !, Ayo bangun jam pelajaran tematik udah mau mulai !?." Ajak Bobi.



Terlihat Ruma hanya tersenyum simpul, "gue duluan ya, gue gak mau ganggu suasana mesra seperti ini." Canda Ruma sambil meninggalkan ruang UKS.



Terlihat Hani berjalan menuju ruang kelas dengan di gandeng Bobi, "Mimpi apa gue semalem, disuruh ngangon kebo kaya gini." Lirih Bobi.



"Ihh, Mas Bob jahat masa aku dibilang kebo sih !." Seru Hani.



Pelajaran tematik baru dimulai, Pak Butarbutar sedang menulis soal di papan tulis. "Tok, tok, tok." Bobi mengetuk pintu kelas, tanpa menunggu balasan dari dalam, Bobi membuka pintu lalu menggandeng Hani masuk. "Kau lagi !," Tegas Pak Butarbutar, "Tadi Kau punya urusan di toilet, sekarang anak gadis orang Kau apakan ini ?!." Tandas Pak Butarbutar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Lucu, Kisrah Kisruh Masa SMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang