Bagian 1 (tak berjudul)

14 0 0
                                    

LIPSTIKNYA JUGA TEBAL

Wops, masih asik mainin laptop dan gadget mengetik sebuah naskah yang mungkin akan terbuang lagi akibat berhenti di tengah jalan.

Jarum jam menunjukkan ke angka 5, waktunya istirahat.

Bangun tidur ternyata sudah jam 9.12 WIB. Lah, mau bagaimana lagi. Sejenak, muncul juga dalam hati "Tidak apa apa terlambat, yang penting masih punya niat buat ngampus". Aku bergegas bangun tidur tanpa menghiraukan selimut dan kondisi tidur kawan kawan yang masih menikmati mimpi. Seperti ada yang dikejar, karena memang ada yang dikejar berjalan cepat menuju kamar mandi kantor.

Mandi? Bah, bukan. Hanya cuci mukak aja. Setelahnya kembali ke depan yang mana tempat tidur beralas tikar tipis dilantai masih berserakan laptop, beberapa kertas, rokok dan barang-badang kecip lainnya.

Mungkin lupa ingatan atau apalah sebagainya yang membuat aku fokus membersihkan dan merapikan bekas aku begadang dan istirahat tadi pagi. Dengan santai seakan tak ada masalah sama sekali, mengerjakan semuaa sampau selesai.

Wah wah wah... masih banyak yang perlu di kerjakan pada saat itu, hingga pada akhirnya berangkat ke kampus dengan keadaan buru-buru. "Hhhh.. Sampai juga di kampus" sembari melirik jam di tangan kiriku "woi... gilak, sudah jam 100 rupanya. Anjir... Ah... Sor kali aku" Bicara sendiri sembari berjalan menuju kelas.

Tanpa memikirkan apa apa masih ada niatan dalam hati "sudah sampai. dikasi masuk syukur dan bila tidak, yaah tidak apa apa. siap tanggung jawab" seperti orang polos tak pernah malakukan kesalahan.

Berjalan berjalan berjalan, hampir sampai di depan pintu Ruang 308 lantai tiga Universitas The Best (Anggap saja namanya Universitas The Best). "Eh...." melihat jam setelah menghentikan langkah menuju tepat di depan pintu "ternyata sudah mau pulang" ujarku dalam hati.

Langsung balik badan dan jalan santai menuju tangga naik ke lantai empat. Membaca buku seperti benar benar tidak ada masalah. Usai membaca sekitar 5 halaman baru ingat kalau aku punya HP/Gadget buat ngechat pak dosen.

Ops, isinya hanya menyampaikan kalau aku gak masuk hari ini karena baru sampai di kampus dan sudah terlalu telat. Dalam benakku, aku sudah siap bertanggung jawab atas perbuatanku. "Semiga saja pak dosen...Hmm..." dalam hati sembari menatap buku dengan mata kosong.

Beberapa menit melamun, kunikmati dengan membaca buku kecil yang dituliskan oleh seorang yang mungkin memiliki jiwa nasionalis. Tidak sengaja aku melirik ke depan "Wah.." Melongo.

Bukan jatuh cinta, tapi terkagum kagum saja dengan wanita cantik yang pernah ketemu di ruang Pusat Pelayanan Informasi (PPI) yang pada saat itu tengah menunggu dosen yang sedang telat menuju kampus karena kendala di perjalanan.

Sebenarnya tak ada kendala lain untuk mendekati dia selain memaksakan diri untuk bertemu dan komunikasi. Nah, Persoalannya saat aku mengejarnya ke lantai dua dia berjalan dengan beberapa temannya dengan sejalanan menuju ruang kelas mereka.

Langkahku terhenti tanpa perintah dari dalam hatiku sebab yang perintahkan kakiku berhenti adalah otakku. Terhenti bukan berhenti eh maksudnya... Berhenti tiba tiba. Ntah lah karena dia atau karena memang mereka sedang memborong jalan pada masa itu.

Jantungan? enggak. Biasanya kan kalau di film film drama ketemu sama wanita yang menurutnya cantik pasti jantungnya berdetak semakin cepat. Memompa darah semakin cepat hingga gerakan tubuh semakin ganas bergerak dalam melakukan apa saja, yang artinya bagian tubuh akan gemetar bila tak ada gerakan gerakan tubuh yang disengaja.

Aku masih melirik dia, yang ternyata dia sedang ada kelas di ruang 207 lantai dua. Universitas The Best ini memang hebat, mahasiswinya cantik cantik. Tapi sayang, tidak ada hubungannya denganku sama sekali.

Pada saat itu masih pukul 11.45 pagi, aku belum menyelesaikan bacaanku yang yang sudah pernah selesai berkali kali. Kali ini aku baca karena memang lupa makna dan penasaran makna yang sebenarnya.

Ops, sok mikiri baca buku. Wanita bibir tebal itu merupak mata dan pikiranku. Orang bilang melihat wanita cantik itu adalah sebagai salah satu cuci mata. Gilak... Mataku benar benar dihipnotis olehnya.

Eee... Memang, kalau urusan betina. Mau aja terbelongo bengong mirip sapi ompong yang mau dipotong. Otakku ternyata antusias memberikan perintah kepada kedua kakiku untuk melanjutkan langkah menuju ruang PPI. Tanpa memikirkan solusi karena tidak masuk kelas hari ini, dengan santai sembari bergaya anak muda duduk di sofa ruang PPI.

Sekilas memikirkan wanita cantik calon guru Sekolah Dasar (SD) yang ternyata lupa lupa ingat kalau si wanita itu semester dua saat ini.

Mengingat bibirnya, Waaaaah... Mengingat helaian rambutnya, Hmmm... Tampaknya aku sedang menunjukkan buayanya seorang laki-laki sejati.

Tapi tak apalah, pada dasarnya juga laki laki memang buaya kok. Daripada aku jatuh cinta sama cowok ganteng. iiii....

Macam apah kali apahnya yea kan.

Kulanjutkan membaca buku dengan duduk santai seakan tidak ada masalah sama sekali. Dalam pikiranku muncul sejenak sendainya aku masih semester dua hari ini yang artinya setambuk dengan si betina... "Wiiih... Aku yakin, pasti sangat mudah untuk mempersulit diriku untuk mendapatkan dia".

Pada saat itu, Hari selasa pukul 11.47 aku sampai di lantai satu. Jadi, aku anggap saja pukul 11.45 aku yang baru saja melihat dia masuk ke ruang 207. Tapi aku tau pasti kalau si wanita cantik itu adalah mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Satu lagi, Program Study Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Masih semester dua sih hari ini. Mungkin...

"Kira kira... Besok masih ketemu tidak yah?"

Penulis : A Munthe (Mahasiswa Universitas Quality)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lipstiknya Juga TebalWhere stories live. Discover now