15: Bersama Raflan

Mulai dari awal
                                    

"Kamu yakin?" Raflan mengangguk pasti.

"Makan aja!" Mendengar perintah itu Rara segera menyantap makanan yang dipesan Raflan untuknya. Raflan kini memperhatikan Rara yang makan dengan lahap. Melihat pipi chubby nya yang penuh dengan makanan di mulutnya, rasanya ia ingin sekali mencubit gemas pipi Rara.

Rara menyadari bahwa Raflan tengah memperhatikannya, ia segera memandang Raflan yang secara otomatis membuat Raflan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Raflan terbelalak begitu melihat apa yang ada dipandangannya. Ia dapat dengan jelas melihat gadis kecil tadi terbawa ombak hingga berada cukup jauh dari pinggir pantai.

"MUTIA!" teriakan itu sukses membuat Rara terkaget. Di bayangan Raflan saat ini, yang tenggelam adalah Mutia adiknya.

Raflan segera bergegas, ia berlari secepat yang ia bisa. Rara pun tak tinggal diam, ia segera menyusul Raflan.

Ia melepas kaos yang dikenakan dan berenang menuju gadis kecil tadi. Raflan berhasil, ia segera membawa gadis itu ke pinggir pantai dimana semua orang sudah menunggunya. Suasana pantai memang cukup sepi hingga tidak banyak yang sadar bahwa ada gadis kecil yang tenggelam. Bersyukur Raflan melihat kejadian tadi.

Raflan menggendong gadis kecil itu dan meletakkannya diatas pasir pantai yang basah. Dengan cekatan ia melakukan CPR dan memberikan pertolongan pertama pada gadis kecil itu.

"De, bangun! Ini Kak Alan!" Ia masih menganggap bahwa gadis kecil itu adalah adiknya dan Rara juga dapat mendengar ucapan Raflan.

Saat detik terakhir, gadis kecil itu akhirnya sadar, dan detik itu juga Raflan tumbang. Ia terhuyung dan tergelatak persis di dekat gadis kecil itu. Nafasnya tersengal, kejadian tadi sukses membuat jantungnya hampir pindah dari tempatnya.

"Maafkan aku.."

Pandangan Raflan mulai tidak fokus, semuanya terlihat blur bahkan wajah Rara yang kini persis ada di atas wajahnya sama sekali tidak jelas.

Ia mencoba sebisa mungkin untuk tetap sadar, namun sayangnya semakin ia coba untuk tetap sadar, dadanya makin terasa begitu sakit.

Tidak! Raflan kembali kambuh bahkan sebelum ia melihat sunset.

Hingga tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang menepuk pelan dadanya.

"Raf! Lo bisa denger gue? Lo harus tetep sadar! Kita bakalan balik ke rumah sakit!" Meski samar, ia tahu betul siapa orang itu. Ya, dia adalah Fadli.

Raflan sekuat tenaga mencoba bangkit dengan pandangannya yang sangat buram serta dadanya yang terasa begitu sakit. Ia tidak ingin kembali ke rumah sakit, ia ingin melihat sunset.

Rara mencoba mengejar Raflan yang berjalan sempoyongan dan mengabaikan semua orang yang ada di dekatnya sekarang. Dipikirannya saat ini ia harus tetap berada di pantai ini dan menunggu hingga sunset muncul.

"PERGI!" dengan sisa tenaganya Raflan membentak Rara, ia merasa kecewa, pasti Rara yang membocorkan dimana keberadaannya pada Fadli. Raflan baru ingat bahwa Fadli tahu pantai yang sangat suka ia kunjungin. Dalam hatinya ia berkali-kali menghardik dirinya sendiri karena kebodohannya.

"Raf, aku minta maaf!" Rara menangis, melihat kondisi Raflan yang sudah sangat pucat namun tetap bersikukuh tetap ingin di pantai ini.

"Harusnya dari awal aku gak pergi sama kamu!" Raflan sekuat tenaga mengucapkan kekecewaannya pada Rara.

Ia masih terus berjalan sempoyongan menuju saung yang tadi mereka tempati.

Begitu dadanya terasa sangat sakit ia berhenti, ia jatuh berlutut diatas pasir sambil mencengkram kuat dada kirinya. Pikirannya mulai kacau, hari ini sudah kali kedua jantungnya kambuh, ia rasanya ingin sekali melepas jantungnya agar tak merasakan rasa sakit yang sungguh sangat menyiksanya ini.

Couple Ring 2 [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang