"Kau hanya punya 5 menit. Jika tidak, kau pasti terlambat"

"Terserah. Menyebalkan"

Jawab Kim Bum sambil menutup kamar mandi. Membiarkan So Eun pergi dan Kim Bum justru berhenti ketika dilihatnya peralatan mandinya sudah keluar dari tempat penyimpanan dan kini berdiri di depan kaca.
So Eun yang menyiapkan itu?

Kim Bum tersenyum sekilas kemudian melanjutkan mandinya secepat mungkin. Sedikit lebih dari waktu yang diberikan So Eun. Akhirnya Kim Bum keluar dari dalam kamar mandi. Berjalan menuju lemari pakaian dan untuk kedua kalinya Kim Bum terdiam.

Dilihatnya stelan kantornya sudah ada di atas ranjang berikut dengan dasinya. Disiapkan So Eun yang sebenarnya bertujuan menghemat waktu Kim Bum agar pria itu tidak terlambat menuju kantor. Namun tetap saja Kim Bum tidak bisa menutupi ekspresinya jika dia tersanjung. Ini pertama kalinya So Eun menyiapkan stelan kantor untuknya. Dan mungkin cukup menyenangkan jika bisa demikian setiap hari. Itu sangat membantunya.

Kim Bum segera menggunakan pakaian yang disiapkan So Eun, merapikan penampilannya di depan cermin kemudian setelah puas dengan itu, Kim Bum berjalan keluar dari kamar setelah lengkap dengan tas kerjanya. Ingin bersopan santun karena So Eun telah menyiapkan pakaian kerjanya, Kim Bum berencana izin pergi kepada So Eun yang sudah bisa dipastikan sudah di dapur dan makan.

Lagi-lagi kejutan. Sesampainya di dapur, Kim Bum justru melihat So Eun sedang menunggunya ikut serta untuk makan. Wanita itu telah menata meja makan dan kemudian tersenyum saat Kim Bum berdiri di depannya dengan stelan kantor yang dipilihnya.

"Tidak bisa memasak, setidaknya aku bisa melakukan sesuatu sekalipun hanya menata mejanya"

So Eun sedikit kikuk, malu kepada Kim Bum tentang apa-apa saja yang dikerjakannya. Sementara di pihak Kim Bum, pria itu justru tersenyum. Dia senang jika mereka bisa hidup saling membantu seperti itu, bukan justru saling mengabaikan dan jika terjadi sesuatu akan saling menyalahkan.

"Kau juga bisa memilih stelan yang bagus. Terimakasih"

So Eun kembali tersipu mendengar Kim Bum memujinya dan kemudian mengucapkan terimakasih. Dia seperti remaja labil yang salah tingkah saat dipuji demikian. Tak tahu harus menjawab apa, So Eun mempersilahkan Kim Bum duduk untuk ikut makan dengannya.

"Kau juga pandai menunjukkan jika kau sedang malu" Tambah Kim Bum yang justru menghentikan tangan So Eun. Wanita itu menatap Kim Bum, dan terlihat jelas jika Kim Bum sedang berusaha mengoloknya. Rasa malu tadi berubah menjadi kesal dan kemudian mencubit Kim Bum pelan

"Mulut pintar sesuai dengan stelannya"

"Sakit So Eun. Astaga"

"Bagus. Dendamku terbalaskan"

"Aku memasakkanmu sesuatu dan kau justru mencubitku?"

"Aku tidak peduli"

So Eun mendudukkan Kim Bum paksa di kursi lain. Wanita itu kembali duduk di kursinya kemudian melahap makanan di atas piringnya.

Diabaikannya Kim Bum yang terkekeh ke arahnya yang berujung pada sebuah senyum tanpa kedipan. Pria itu terus memperhatikan So Eun dalam jangka waktu yang cukup lama.

Selama ini mereka terlalu sibuk saling mengabaikan. Sekarang Kim Bum sadar ternyata demikian terasa menyenangkan.

"Sebentar lagi akan ada beberapa pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan rumah dan juga keamanan. Jadi berusahalah seramah mungkin. Aku tak mau mereka mengundurkan diri belum satu jam bekerja"

Kim Bum melahap makanannya, membiarkan saja So Eun menatapnya kemudian menebak-nebak

"Bukankah kita sudah terbiasa seperti ini?"

WEDDING VOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang