Karna Cinta

Mulai dari awal
                                    

"Terima kasih bi. Hari ini kamu ikut papa ke kantor ya sayang,"

Juana terlihat tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mean yang melihat itu jadi tersenyum akan tingkah menggemaskan putrinya itu.

.
.

Keesokan harinya bi Ijah betul-betul membawa Plan ke rumah Mean.

Ya keponakan bi Ijah itu adalah Plan Rathavit. Plan terpaksa merantau ke kota untuk membantu keuangan ibunya. Ibunya adalah seorang buruh tani di kampung sedangkan kedua adiknya harus bersekolah. Ia terpaksa berhenti dari sekolahnya dan merantau ke kota untuk membantu keuangan sang ibu.

Mean sudah berangkat ke kantor setelah ia sudah memandikan dan memberi makan putrinya itu.

Juana hari ini tidak menangis karena sang nenek mengatakan akan bertemu dengan mama baru. Hanya dengan berkata itu Juana tidak menangis dan membiarkan ayahnya itu untuk berangkat ke kantor.

"Maaf nyonya, saya membawa keponakan saya." Ucap bi Ijah sopan.

"Bi," panggil Irene.

"Ya nyonya,"

"Bi, bukankah bibi sudah tahu kalau kami membutuhkan baby sister? Kenapa bibi membawa seorang pria?" tanya Irene lemah.

Plan langsung mundur ke belakang bibinya. Ia mencengkram baju bi Ijah. Jujur ia begitu takut karena ia baru pertama kali menginjakkan kakinya ke kota Bangkok.

'Apakah aku ditolak untuk bekerja di sini?' batin Plan.

"Aku tahu nyonya tapi tuan muda mengatakan untuk membawanya jadi aku membawanya nyonya."

"Pasti Mean salah sangka bi, mungkin yang Mean kira itu seorang perempuan bukan seorang pria muda,"

"Maafkan saya nyonya. Saya akan membawa keponakanku pulang," ucap bi Ijah menyesal.

"Apa aku tidak diterima, bi?" ujar Plan pelan di telinga bibinya itu.

"Maafkan bibi, Plan." Ucap bi Ijah menunduk.

Plan meremas bajunya. Sedih. Tentu saja tapi ia akan mencari pekerjaan di tempat lain mungkin di tempat ini bukanlah rezekinya, pikir Plan.

"Permisi nyonya," ucap bi Ijah.

Mereka berdua pun melangkahkan kakinya hendak meninggalkan tempat itu.

Juana turun dari pangkuan neneknya. Kaki kecilnya berlari untuk mengejar bi Ijah dan Plan.

Irene yang melihat cucunya itu berlari kecil ia pun sempat takut.

"Tunggu," ucap Juana. Tangan kecilnya bahkan  langsung memegang jari-jari Plan.

"Juana apa yang kamu lakukan sayang? Biarkan mereka pergi," ucap Irene.

"Tidak boleh. Ana mau sama dia." Ucap Juana.

Plan berjongkok dan langsung memeluk gadis kecil itu. Biar bagaimanapun ia juga mempunyai sisi keibuan karena dulu ia pernah mengurus kedua adiknya ketika ibunya pergi bekerja menjadi buruh tani.

Chiang Mai hanyalah sebuah kota kecil di mana masyarakatnya kebanyakan adalah buruh tani. Karena tidak banyak orang berada di sana hanya beberapa orang tertentu dan kebanyakan dari mereka hanyalah seorang buruh tani dan ibunya Plan adalah salah satu buruh tani di sana. Kesehariannya hanyalah pergi berburuh tani dengan upah yang tidak seberapa. 40 ribu dalam sehari cukup untuk membeli sayur dan lauk pauk dan keesokan harinya ia harus bekerja lagi untuk mencari sesuap nasi. Karena tidak tahan melihat ibu dan kedua adiknya menderita Plan terpaksa meninggalkan mereka agar bisa membuat ibu dan kedua adiknya itu tidak menderita lagi.

Oneshoot (Meanplan_Tincan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang