Tak lama, terdengar suara senyap orang memanggil namanya. Luiz pun membuka matanya perlahan, retinanya menangkap sedikit cahaya yang masuk ke dalamnya.
"Luiz? Kamu bisa dengar saya?" tanya Dokter Kila. Sorot mata panda itu melihat sekelilingnya, hanya ada Dokter dan Suster di sana. Kemana Ayah dan kakak-kakaknya?
"Di mana Ayah? Luiz takut."
"Panggil keluarganya," titah Kila, suster itu pun menurut tanpa membantah.
Selang beberapa waktu, Lintanglah yang masuk kedalam ruangan itu, hanya Lintang.
"Gimana sepupu saya ?" tanyanya.
"Dia baru saja siuman."tutur Kila.
"Orang tuanya, apakah ada?" tanya Kila memastikan.
Lintang menggeleng. "Ada apa dengan Luiz?" tanya Lintang lagi.
"Saya harus bicarakan dengan orang tuanya." kata Kila.
"Ada apa dengan Luiz? apa yang terjadi dengan Luiz?" ucapan Lintang terhan. Remaja itu menoleh ke sosok yang masih berbaring di tempat tidurnya.
"Maafkan kami, sistem tubuhnya tidak bekerja dengan baik." jawab Kila. Dokter itu menepuk bahu Lintang pelan.
"Tunggu perkembangan selanjutnya. Kalau begitu kami permisi." ucap Kila. Dengan sangat sesal yang begitu dalam, Lintang mengusap wajahnya gusar, seolah ia akan kehilangan Luiz untuk selamanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kalau memang tidak parah, kenapa dia.... Arghhh! Sial!" kesalnya.
"Lui? Kamu bisa dengar aku,kan?" tanyanya. Ketika ia berdiri di samping brankar Luiz. Anak itu hanya membuka matanya menatap lurus kelangit-langit.
"Lui, bicaralah, apa yang sedang terjadi ? Apa yang kamu rasakan? Apa kah begitu sakit, sampai kamu melakukan ini semua?" celotehnya lirih.
"Lui! Bicaralah padaku!" ucapan itu pelan dan sesak. Lintang pun memeluk tubuh ringkih yang tak berdaya. tangisnya pecah.
"Bicara sesuatu, jika kamu peduli denganku, maka bicaralah. Jangan diamkan aku seperti ini.Apakah luka itu sangat dalam? Sampai kamu lelah menjelaskannya padaku?" katanya lagi.
"Aku memang lemah, aku bodoh, sangat bodoh. Berbicara pada manusia idiot yang tidak mau melihatku. Jangan katakan aku Kakak Lin. Atau bilang saja aku adalah Aileen. Tolong. Bicaralah." katanya. Tapi Luiz tidak sama sekali merespon. Tatapan itu kosong dan hampa.
"Lui, apa kamu ingin bertemu Fahira si nenek lampir itu? Aku akan antarkan, tapi bicaralah aku kohon." katanya lagi.
"Biarkan dia istirahat." sebuah sentuhan hangat yang datang begitu saja datang menyambar. Lintang menoleh, ia melihat Kania di sana.
"Kenapa manusia lemah selalu diberi peringatan yang tak ada ujungnya?" katanya.
"Manusia memang lemah, tapi kenapa harus di sakiti? Dia butuh dukungan dan semangat hidup juga, kan?" katanya lagi.
"Lin, Nenek tahu, ini akan berat bagi kita semua, apalagi kamu. Kamu orang yang selalu bersama dengannya, Nenek berterima kasih. Sejak kecil hingga sekarang, meski Nenek tahu, dia berbeda dari teman-temanmu kebanyakan." tutur Kania.
"Aku tahu, tapi dia berbeda, dia memiliki apa yang orang normal lain tidak memilikinya. Tapi kenapa harus dia? Nek, bilang padanya aku akan membencinya jika dia tidak mau melihatku atau bicara padaku. Bilang padanya aku tidak mau melihatnya lagi, Nek," katanya pelan sambil menunduk, lalu Kania pun meraihnya memeluknya dengan sayang.
"Lintang, Sayang. Dengarkan Nenek, Tuhan itu tidak pernah tidur, dia tahu mana hambanya yang baik dan mana hambanya yang buruk." ucap Kania.
"Lui baik, lalu apa yang Tuhan mau darinya? Mengambil nyawanya ? Jika iya, maka ambil nyawa mereka yang telah jahat pada Lui saja kalau begitu. Aku tidak pernah rela jika orang baik selalu tersakiti hatinya." bantah Lintang. kania terkekeh mendengar cucunya berkomentar.
Wanita parubaya itu pun melepaskan pelukannya, ia menggenggam sebelah tangan Lintang dan sebelahnya lagi ia usapkan pada pipi cucunya.
"Dasar anak konyol. Nenek tahu kamu begitu kesal pada Om Fernanmu. Tapi, bagaimana juga dia adalah ayah sepupumu. Kamu mau melihat Luiz tambah sendih?" ujar kania. Dengan raut murungnya, Lintang menggeleng.
"Nah, sekarang lebih baik kita berdoa, agar Luiz cepat pulih dan kamu bisa berbicara puas padanya nanti." ucap Kania.
"Kapan?" tanya Lintang.
Pertanyaan yang bahkan, dokter pun belum tahu jawabannya. Jika kondisinya masih sama, hanya sedikit harapan yang dapat di pastikan. Kelelahan yang di alami Luiz akan berakhir dengan sendirinya.
Okeh, udah nih segini aja deh ya, jangan lupa ramein!. Btw itung-itung amal kan ya, anda senang saya juga senang, dan kita semua bahagaia. 😁😁
Duh apaan sih aku yaudah makasih semuanya babay 😘😘😘😘😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MY IDIOT LITTLE BROTHER ✔[Proses Revisi]
General FictionJika penyesalan datang hanya di akhir, lalu untuk apa menyempurnakan maaf, jika terus di hantui dengan rasa bersalah. ~Fahira Aveza Fernando~ Dunia baru untuk Veza, dan dunia yang rumit untuk seorang Luiz Fernando, dengan keterbatasannya, dia menjad...
48. Lelah
Mulai dari awal