🏡 sugeng rawuh, dani! (sungjin)

Mulai dari awal
                                    

"Tapi kan poligami itu sunnah, Mas Sung!" sanggah Bobby, tetangga dari komplek Simbol yang juga satu almamater dengannya beberapa hari yang lalu saat ia ngopi di dekat kampusnya.

"Betul sunnah, tapi ada syarat dan ketentuannya."

Pada dasarnya poligami sudah berlangsung lama. Bangsa Medes, Babylonia, Abessinia, dan Persia juga melakukannya. Namun poligami dalam berbagai suku bangsa tersebut tidak dibatasi, sehingga seorang laki- laki dapat menikahi sejumlah perempuan yang diinginkannya.

Ibaratnya udah kayak mulfand dan multibias, gak bisa cuma sama satu bias atau grup aja. Kamu bisa sepuluh kenapa harus satu, walau kalau comeback barengan bingung mau hype yang mana, lol.

"Akhi Sungga, ayo memperbaiki diri seperti Fahri, biar dapet istri cantik Maria dan Aisyah!" gumam Sungga sendiri dengan semangat hijrah 45 yang sebenarnya melenceng juga niatnya. Memperbaiki diri kok buat dapet istri cantik seh, Sung!

Astaghfirullah, penulisnya julid~





Beberapa jenak terdengar pagar tetangganya terbuka. Mobil empunya rumah langsung masuk ke dalam halaman. Pasutri muda turun dari mobil.

Berhubung pagar rumah tidak terlalu tinggi, Sungga jelas bisa melihat kekisruhan dan kerempongan yang terjadi di sana tatkala penumpang mobilnya turun.

Tante Susi, om Yogi, dan ..... eh sopo iku? batin Sungga kepo.

Ia tahu benar bahwa pasutri muda itu belum dikaruniai anak sampai sekarang. Sungga agak mendongak sambil curi-curi pandang ke arah keributan kecil di halaman rumah tante Susi dan om Yogi.

"Kamu bawa baju berapa?" tanya tante Susi pada remaja itu sembari menutup pintu mobil. Ia mendekati si remaja dan melepas kancing kemejanya yang dikancingkan semuanya. "Ck, iki juga kenapa semuanya dikancingi seh, culun. Nanti gak ada cewek yang mau sama kamu kalo pake baju kayak anak kuper di sinetron begini."

"Ntik beli aja lah, Sus! Kok kamu kayak orang kelas bawah aja." Ini yang menjawab om Yogi si remaja cuma diem aja.

Tante Susi menengok sekilas ke arah om Yogi, "Oh iya," tante Susi menepuk dahinya, "aku iki lupa terus kalo sudah jadi wong sugih, masih suka berhemat kayak kaum jelata."

Sungga mencep.

OKB alias orang kaya baru memang begini. Dulu hidup tante Susi dan Om Yogi susah. Katanya sih kawin lari karena om Yogi yang dari keluarga luar biasa kaya raya itu gak mau punya mantu ala Cinderella alias dari golongan biasa. Akhirnya mereka berdua kabur ke Surabaya, kota asal tante Susi. Buka usaha ayam geprek yang sekarang gerainya sudah bercabang-cabang saingan sama geprek Bensu punya Ruben Onsu itu.

Meski udah kaya raya kayak pesugihan tapi tante Susi dan om Yogi masih betah tinggal di komplek untuk kalangan menengah ini, gak mau pindah udah terlanjur betah di sini sih katanya.

"Om sama tante dari mana?" sapa Sungga dari balik pagar

Tante Susi, om Yogi, dan si remaja menoleh.

"Eh, Sungga!" seru tante Susi. "Habis jemput ponakan nih." Wanita cantik itu lantas mendorong si remaja ke depan agar semakin terlihat oleh Sungga. "Ayo kenalan, jangan malu-malu kayak putri malu, udah mau jadi mahasiswa loh kamu."

Agak kaget dan malu telinga si remaja memerah, ia tersenyum kikuk. "Halo, bang. Saya Dani. Yunadi Danika Saskara."

Suaranya sedalam lautan.

Menenangkan bak deburan ombak di kala malam.

Dari remaja ini Sungga belajar bahwa tidak boleh menilai seseorang dari penampilan. Yang wajahnya cute, kawai, kiyowo, ternyata suaranya sexy dan manly bikin darah berdesir.

Komplek Enam Hari | day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang