"Hehe, gak papa, Bang."

Sebenarnya Raya sudah biasa baca Al-Qur'an, keluarganya selalu mengingatkan ia untuk tidak lepas dari Al-Qur'an, hanya saja beberapa bulan ini ia jarang membacanya, kesibukan menjadi alasan utama Raya.

Tau sendiri lah kalau misalnya kita sudah jarang baca Al-Qur'an, biasanya suka kagok gimana gitu kalau baca lagi, apalagi sekaranf yang ngetes suami sendiri, yang ada Raya malah salah tingkah.

Raya mengambil mushaf nya dan duduk di hadapan Alka kembali, mereka telah siap dengan Al-qur'an nya masing-masing.

"Buka surat An-nisa, Ay, coba baca!" Raya mengangguk patuh, ia mulai membaca surat itu dari ayat satu.

Dengan khidmat Raya membaca ayat per ayat, beberapa kali Alka membetulkannya dengan sabar jika ada tajwid atau makhorijul huruf yang kurang tepat.

Senyuman tak pernah pudar dari bibir Alka, suami idaman sekali.

"Bacanya gak usah buru-buru, Ay,  gak akan abang tinggalin kok," kekeh Alka setelah kembali membenarkan baca'an istrinya.

Raya mengangguk dan kembali melanjutkan bacaannya sampai selesai.
Alka menyimpan kembali Al-Quran miliknya juga milik Raya, nampaknya Raya kembali mengantuk.

"Jangan tidur lagi, Ay, bentar lagi juga subuh." Alka mengusap kepala istrinya yang tertutup mukena.

Raya hanya mengangguk lesu, Alka yang gemas malah menjawil hidung Raya membuatnya kesal.

"Abang iihh, kan jadi batal," pekik Raya kesal.

"Biarin." Alka menjawab enteng dan mencium pipi Raya gemas.

"Abanggggg."

"Hahaha, Kalau besok baca Qur'an nya banyak salah lagi, abang cium bibir kamu yah, Dek," goda Alka menaik turunkan alis nya.

"Atau mau yang lebih aja hemm?" bisiknya menyerigai.

"Yang lebih itu apa, Bang?" tanya Raya polos.

Alka kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Raya.

"Bikin dedek gemes."

Tak ayal Raya langsung membelalakan matanya kaget, aishh, mendengarnya saja ia sudah merinding, apalagi kalo prakteknya.

Raya bangkit dari duduknya, dan berlari ke kamar mandi sambil berteriak.

"gak mauuuuuu, takut. "

"Hahahaha." Alka tertawa bahagia karena telah berhasil menggoda istrinya.

Ahh, istrinya ini memang masih bocah, dia harus lebih banyak bersabar.

🌸🌸🌸

Setelah sholat subuh, Raya kembali tidur, Alka yang baru pulang dari mesjid tersenyum hangat, seperti nya Raya masih kelelahan.

Mereka memang baru pindah ke rumahnya kemarin sore, Raya yang tidak suka melihat barang berserakan, langsung membereskannya saat itu juga
Mereka bersama-sama membereskan barang masing -masing sampai malam, wajar saja jika istrinya ini kelelahan, toh Alka pun merasakan hal yang sama.

Seminggu sebelumnya, mereka tinggal di rumah Papah nya Raya, sebenarnya alka ingin langsung membawa Raya ke rumah yang ia beli dari hasil jerih payah'nya sendiri, hanya saja, ia mengerti kalau istrinya membutuhkan waktu untuk penyesuaian.

Alka ikut berbaring di sisi Raya yang tengah memeluk guling, ia meneliti setiap inci wajah Raya dengan lekat, tangan nya ia jadikan sebagai sanggahan.

"Kenapa abang gak pernah bosen liat wajah kamu, Ay?"

Alka terus memperhatikan wajah tenang istrinya, mengelus pipinya lembut agar Raya tak terganggu.

"Semoga kamu tidak akan kecewa dengan abang, Ay, hanya kamu yang akan abang cintai, selamanya."

Pagi sudah datang, sang fajar kembali tersenyum memberikan kehangatan pada semesta.
Raya terganggu dari tidurnya, sinar mentari yang menerobos melalui kaca jendela membuat ia terbangun dari mimpi indahnya.

Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya, pandangan yang pertama ia lihat adalah senyuman suami nya yang begitu indah.

Sempurna.

"Selamat pagi, Aya."

"Pagi, Abang Dokter."

" Nyenyak banget sih tidurnya, Ay."

Alka duduk di samping Raya, ia mengelus pipi halus Raya dengan lembut.

"Ngantuk."

"Sekarang masih ngantuk juga?"

"Engga, kan udah pagi."

"Alah, kalo abang gak bukain gorden nya, sampai siang pun kamu gak bangun kaya nya, Ay," sahut Alka, sementara Raya malah cengengesan gak jelas.

"Cuci muka dulu sana! Abang sudah wangi gini, masa istrinya masih kucel sih?"

"Abang ihh, gini-gini juga aku istri abang," ujar Raya tak terima.

"Iya Sayang, iya, kamu memang istri abang. Abang tunggu di bawah, Ay, kita sarapan."

Raya menepuk kening nya keras, kenapa ia melupakan tugas nya sebagai istri?

"Aku belum masak, Bang."

"Sudah abang masakin, Sayang." ucap Alka lembut dan mengecup pipi Raya sekilas sebelum berlalu.

Sepertinya, mencium pipi Raya adalah hobi baru Alka.

Setelah membersihkan diri, Raya langsung menemui suaminya yang tengah memainkan ponselnya di meja makan.
Melihat kehadiran Raya, Alka buru-buru menyimpan ponselnya kembali dan tersenyum hangat.

"Kok lama?"

"Aku mandi dulu, Bang. Biar Abang makin cinta," ujar Raya cengengesan.

"Dasar!  Ya sudah, yuk makan."

Mereka memakakan menu sarapan yang khusus Alka buat, hanya nasi goreng dengan telur mata sapi, tapi Raya tak menampik rasanya sangat enak, bahkan ia sangsi bisa membuat nasi goreng se'enak buatan Alka.

Raya tidak jago masak soalnya.

"Ini Abang yang buat?"

"Iya, enak gak?"

"Bangett, aku mah kalah."

"Masakan Adek tetap yang terenak," ujar Alka memuji, baru bilang begitu saja hati Raya sudah berbunga-bunga.

Memang benar ya, pujian sekecil apapaun jika suami yang mengucapkannya akan terasa beda.

"Abang kapan kembali kerja?"

"Hari Jum'at, Ay."

"Berarti lusa dong?"

"Iya."

"Yahh, aku bakal kesepian dong , Dokter kan pulangnya malem mulu."

Raya memang masih sangat manja, untung saja Alka mampu mengimbangi nya.

Alka mengerti dengan kegelisahan istrinya, Raya memang terlahir dari keluarga yang juga seorang Dokter, hanya saja dulu dirumahnya tak pernah sepi, sementara sekarang hanya mereka bedua saja.

Alka membawa Raya agar bersandar di tubuh nya.

"Gak akan selalu malam kok, Ay. Abang kan bakal terus kangen sama kamu, masa ada bidadari di rumah dianggurin," hibur Alka.

"Abang ihh, aku lagi serius juga," kesal Raya.

"Lah, abang juga serius, Ay."

"Jangan cemberut dong, kamu kan hari senin juga mulai OSPEK, abang juga bakal kesepian."

"Oh iya yah."

Tbc

Ajari Aku Hijrah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang