Yohan jadi bingung harus berpihak pada siapa.
Ya Tuhan, tidak bisakah keluarga kami hidup damai tanpa ada rasa benci antar pihak!? Kalau begini jadinya Yohan lebih memilih hidup dalam keluarga yang miskin namun harmonis daripada di keluarga kaya yang penuh dendam satu sama lain!
Wooseok tampak termenung sejenak sebelum membalas Yohan.
"... Kamu gak tahu seberapa sakitnya jadi orang yang gak diinginkan dan selalu dijadikan kambing hitam."
"Hyung..."
Aku tahu, hyung. Aku tahu bagaimana sakitnya.... Aku sudah melihat semuanya terjadi di depan mataku, dan kuharap itu adalah yang terakhir. Sudah cukup aku melihatmu tersiksa....
"Sudah, lebih baik kita gak usah berhubungan lagi. Memang seharusnya kamu gak menganggap aku sebagai saudaramu. Kamu juga calon pewaris Aboji, mendingan kamu menjauh dariku yang merupakan aib keluarga Kim ini."
Wooseok benar. Mungkin sebaiknya mereka putus hubungan saja. Membiarkan satu sama lain bahagia dengan jalannya masing-masing.
Tetapi kenapa hati kecil Yohan terus berteriak ingin kakaknya kembali?
Mungkin jika ia bukanlah calon pewaris Papa, atau ia tidak punya adik yang harus dijaga, ia sudah kabur dari rumah seperti Minhee dulu. Hidup sederhana tanpa memikirkan hierarki keluarga. Hidup tentram walaupun tidak punya banyak uang.
"Hyung, tunggu-"
"Yohaaaan!!!! Lu kemana aja?? Dicariin tau gak, dari tadi!"
Astaga, Sihun kenapa juga harus memanggilnya di saat-saat seperti ini.
"Aku duluan." Wooseok pun undur diri dari hadapan Yohan ketika ia menyadari keberadaan Sihun.
"Eh, hyung-!"
Wooseok benar-benar pergi. Gila, dia cepat sekali hilangnya.
"Han, gimana? Jadi ikut nonton gak? Si Dugyul udah mau pesen tiket tuh," kata Sihun yang kini sudah berada di sampingnya.
"Keknya gue skip dulu hari ini Hun."
"Yeu, sok sibuk, mau kemana lu?"
"Elah, hari ini doang, plis deh. Biasanya juga gue rajin hadir tiap lu pada jalan-jalan habis selesai ujian."
"Yaudah, duluan ya. Nanti jangan ngambek terus bilang kok gak diajak, padahal udah gue ajak," Sihun menepuk bahunya, lalu langsung pergi.
"Ya sono, jangan spoiler habis nonton!" Yohan balas meneriaki Sihun ketika orangnya sudah agak jauh.
Ah, Sihun sialan. Wooseok jadi pergi, apa karena dia malu..? Atau apakah itu juga salah satu usaha Wooseok menjauhkan diri dari kehidupan Yohan? Entahlah.
Seburuk itukah image keluarganya di mata Wooseok?
Wajar sih.
Yohan sudah tau perihal apa yang terjadi dengan Mamanya, Papanya dan ibu tirinya di masa lalu. Sialnya hal itu juga berimbas pada anak-anak mereka.
Terutama hyung-nya yang lebih rapuh dan sensitif dari kebanyakan orang.
.
.
Flashback 10 tahun yang lalu...
"Hyuunggg!!!"
"Wooseokie-hyuuunggg!!! Ayo maiiinn!!" Yohan kecil menarik-narik lengan kakak tirinya yang tengah membaca buku di perpustakaan rumah mereka.
"Yohanie... Demammu baru aja sembuh, nanti kalo kamu kecapekan bisa sakit lagi lho..." Wooseok membalasnya kalem.
"Kamu gak seru ih, hyung! Diem terus di perpus! Gak kayak Seungyoun-hyung!" Yohan mulai ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Days and Fridays || Seuncat
Fanfiction"Bunga tumbuh di tempat yang banyak terkena hujan dan sinar matahari. Sama halnya dengan benih-benih cinta, mereka bisa tumbuh di hati yang sering terkena hujan dan sinar matahari. Namun siapa pula yang ingin menjadi matahari untuk mengimbangi hujan...