Bunyi bel pintu cafe, pertanda ada orang yang masuk membuat Yuri langsung berdiri dan pergi ke meja kasirnya..

"Eh.." ucap Jennie yang melihat Yuri pergi sebelum melanjutkan menjawab.

"Pagi, Jen.. Muach.." ucap Rose yang datang dan mencium Jennie dari samping.

"Rose... Pagi juga.." balas Jennie dengan senyuman manisnya.

"Hai, Jen.. Cepat banget ke sininya? Tumben.." Tanya Jisoo yang baru saja masuk.

"Iya dong.. Gak kaya kalian datengnya lama.. Hehehe.." ucap Jennie.

"Iya iya.. Terserah dah, buat orang yang baru sembuh sakitnya.." ucap Jisoo.

"Hehehe.." Jennie terkekeh.

Malam pun datang, semua pegawai beserta Rose dan Jisoo sudah kembali ke rumah mereka masing-masing..
Di sana masih ada dua gadis berambut panjang dan berkulit bak pasir putih..
Jennie, masih berkutit di antara beberapa dokumen dokumen perusahaan Mamanya..
Sedangkan Yuri masih berkutit dengan mesin kasir dan uang-uang yang setia menemaninya setiap saat..
Padahal, ini sudah pukul 21:50..

Jennie baru tersadar bahwa dirinya sudah berjam-jam berada di cafe tersebut..
Ia pun pergi ke arah dapur untuk membuat sebuah Coffe panas untuk dinikmatinya di waktu istirahatnya..
Namun, ia terhenti karena melihat Yuri yang masih setianya menghitung dan merapikan uang-uang tersebut..

"Yuri.." panggil Jennie.

"Ya? Nona belum juga pulang?" tanya Yuri.

"Seharusnya saya yang tanya seperti itu ke kamu.. Kenapa kamu belum pulang? Ini sudah jamnya pulang kerja.. Apakah ibumu tidak mencarimu? Keluargamu pasti menunggu.. Pulanglah.." ujar Jennie yang membuat Yuri tertunduk.

"Heii.. Ada apa? Aku tidak memarahimu, Yuri.. Aku hanya memberitahumu agar kau segera pulang.. Kasihan ibumu yan--" ucap Jennie terhenti karena melihat Yuri yang sedikit terisak-isak.

"Kamu kenapa menangis? Ada apa?" ucap Jennie khawatir.

"Aahh.. Tidak, Nona.. Tidak.." ucap Yuri yang langsung mengusap air matanya.

"Tidak.. Kamu berbohong.. Kamu jelas jelas sedang menangis.. Ada apa? Ceritalah.. Apa perkataanku tadi menyinggung??" ucap Jennie yang melontarkan beberapa pertanyaan kepada Yuri.

"Kemarilah.." tuntun Jennie kepada Yuri untuk keluar dari daerah pertahanannya,yaitu meja kasirnya, dan duduk di sampingnya.

"Ada apa? Apa aku salah mengatakan hal seperti itu?" tanya Jennie.

"Tidak, Nona.. Aku hanya teringat akan ibuku.."

"Memangnya ada apa dengan ibumu?"

"Hikss.. Ibuku su..sudah pergi, Nona.." jawab Yuri yang kembali menangis.

"Ehh.. Menangis lagi.. Maaf yaa, tadi aku tidak tahu.."

"Tidak pa-pa, Nona.."

"Ibumu pergi karena apa, kalau boleh tahu?"

"Hiksss.. Di..rinya pergi karena..DIANIAYA.." ungkap Yuri yang membuat dirinya semakin menangis dan Jennie sangat lah tertegun.

"Haa?" tiba-tiba Jennie teringat akan salah satu cerita dari Omanya bahwa salah satu dari anaknya pergi meninggalkannya karena dirinya dianiaya. Ia berpikir, apakah yang diceritakan Omanya itu adalah ibunya Yuri, termasuk juga adik dari Mamanya dan bibinya..

"Aku merasakan De Javu, saat ini.." Batin Jennie.

"Kapan kejadian itu terjadi?"

"21tahun yang lalu, tepat setelah aku dilahirkan.."

"Bagaimana bisa kamu tahu tentang itu semua? Sedangkan, disaat itu ibumu sudah tidak ada.."

"Ayahku sempat menceritakan semuanya di saat aku berumur 14 tahun.. Saat itu aku masih tinggal di Jepang dan belum kembali ke Korea.. Waktu itu aku sangat terpukul.. Terkejut mendengar tragisnya ibuku disaat kepergiannya.." ucap Yuri tambah menangis.

"Lalu? Ayahmu sekarang?"

"Dia juga sudah meninggal.. Kini aku tinggal sendiri di sini.. Tanpa ada satupun keluarga yang menemani.."

"Tapi, bagaimana kamu bisa berada di sini?"

"Ayahku pergi disaat aku berumur 15tahun, setahun setelah ayah menceritakan hal itu kepadaku.. Saat itu, sempat ada seorang nenek yang datang menghampiriku bersama keluarganya.. Dia bersama kedua anaknya, dan satu cucunya.. Mungkin sekarang dia sudah seumuran denganmu.."

Jennie sedikit tertegun..
Apakah yang dimaksud Yurina itu dirinya??
Ia sedikit teringat dengan kejadian 5 tahun yang lalu bahwa ia pernah di ajak oleh Omanya pergi ke negara asing, yang tak lain adalah Jepang..
Saat ia dan keluarganya sampai di Jepang, ia melihat seorang gadis yang menangis sambil memeluk foto seorang lelaki..

"Lalu?"

"Saat itu, nenek yang menghampiri ku mengatakan bahwa dirinya adalah nenekku.. Dan, dia mengatakan Padaku akan mengajakku pergi ke Korea dan tinggal di sana.. Karena di Jepang keluargaku sudah tidak ada semua.. Karena beberapa masalah, akhirnya aku menerima ajakan nenek itu untuk ikut tinggal di rumahnya.. Saat aku di Korea dan tinggal dengan Nenek, aku hidup sangat bahagia sekali.. Tapi, setelah Nenek meninggal, tepatnya 4 bulan  setelah aku tinggal di sana, hidupku sangatlah hancurr.. Semua orang tersayangku pergi meninggalkanku selamanya.. Aku depresi hingga aku selalu membuat keributan di rumah, di sekolah, dan di tempat umum hingga membuat seorang wanita yang kiranya adalah Bibiku muak dan geram.. Akhirnya aku diseret olehnya, untuk keluar dari rumah nya karena aku selalu membuat malu dirinya.. Aku dibawa oleh Bibiku ke panti asuhan anak.. Setelah itu aku sudah tidak pernah bertemu dengan bibiku yang sangat kejam itu.. Di  panti, aku mendapat kasih sayang lebih sehingga sekarang aku masih merasakan udara segar di pagi hari.."

"Yuri.." panggil Jennie sambil menggenggam tangan Yuri.

"Aku dulu memiliki saudara perempuan, seumuran dirimu ku rasa.. Omaku yang bilang seperti itu.. Awalnya aku senang kedatangan dirinya, tapi Mamaku melarang diriku untuk mendekatinya, jadi selama dia di sana aku sama sekali tidak pernah mendekatinya, tetapi kami sering bertatap hingga kami sangat hapal tatapan mata satu sama lain.. Jujur, aku merasakan tatapan mata itu kembali.." ucap Jennie sambil menatap Yuri.

"Jadi...? Apakah kaamu??"

-----

#CuapCuapAuthor

Well.. Pasti kalian udah kerasa siapa Yurina itu dan hubungannya dengan Jennie itu apa..

Dan, ini termasuknya salah satu chapter yang kaliamt langsungnya panjang banget...
Semoga betah bacanya..
Aku aja betah, Hehehe..

Salam Manis,

Gadia Blasteran Jepang..

ALWAYS TOGETHER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang