Dua Puluh Dua

Mulai dari awal
                                    

Danish tersenyum simpul. Matanya menatap lekat irish mata Sheeda. Perlahan wajahnya mendekat sampai hidung mereka bertemu, hembusan nafas keduanya bisa mereka rasakan. Tangan Danish meraup wajah cantik Sheeda, menelusuri setiap inci wajah Sheeda yang sangat-sangat sempurna, wajah mungil, hidung mancung tapi tetap kecil, alis yang tebal, bulu mata yang sangat lentik dan bibir kecil nan merah muda. Sungguh Danish sangat bersyukur mendapatkan Sheeda, gadis dengan segudang kejutan.

Bibir Danish mendekat sampai di dekat telinga Sheeda ia berkata, "Saya sangat bersyukur Allah menakdirkan kita. Semoga selalu seperti ini sampai akhir hayat bahkan sampai surga-Nya nanti." Lalu mengecup kening Sheeda lebih lama menyalurkan rasa syukur itu.

Brak

Suara gebrakan itu berasal dari pintu kamar mereka yang sengaja dibuka oleh Chio-adik Sheeda. Danish langsung menjauhkan tubuhnya dari Sheeda, dan Sheeda? Gadis itu langsung menghampiri adik kecilnya.

"Kalau masuk tuh ucap salam dulu sayang."

"Chio udah ucap salam, cuman Kakaknya aja gak denger!"

Sheeda terkekeh. "Maaf tadi Kakak lagi ada urusan sama kak danish, iya kan, Kak?"

"Ah iya, Chio ke sini sama siapa?"

"Sama Bunda sama Papah, kata Bunda Kakak disuruh ke bawah."

Sheeda menatap Danish dengan tatapan bertanya. Danish hanya mengangkat kedua bahunya.

"Yaudah bentar ya, Kakak pake kerudung dulu, Chio duduk di sini dulu bentar."

Chio mengikuti instruksi Sheeda. Sedangkan Sheeda berjalan ke ruangan khusus lemarinya dan lemari Danish, mengambil kerudung instan berwarna hitam.

"Yuk!"

"Yah Kakak kecepetan padahal tadi Kak Danish mau ngajarin Chio mainan baru," keluh Chio.

Danish tertawa kecil. "Nanti aja, Kakak janji deh nanti ajarin Chio cara mainnya, sekarang kita ke bawah yuk!"

"Janji ya! Ayok Kak!"

Mereka bertiga pun menghampiri orang tua Sheeda eh sebentar itu bukan hanya orang tua Sheeda tapi orang tua Danish juga ada di sini. Ada apa?

Saat telah sampai di ruang keluarga, Sheeda dan Danish mencium punggung tangan semua yang ada di sana.

"Nah akhirnya ke bawah juga, ngapain sih kalian?" ucap Rosa.

"Hehe maaf, tadi ada sesuatu dulu, Bu," jawab Danish.

"Urusan apa hayo?" goda Shila.

"Ih sejak kapan Bunda kepo?" tanya Sheeda berhasil mendapatkan tawa dari semua orang kecuali Chio yang sedang sibuk dengan makanan kesukaannya.

"Oh ya, kok bisa barengan ke sini nya? Ada apa Bu, Yah?" tanya Danish kepada orang tuanya.

"Ya barengan orang udah direncanakan, Nish." Ridwan menjawab pertanyaan anak bungsunya.

"Emang ada yang harus dibicarakan ya, Yah?" tanya Danish kembali.

"Ya ada lah, satu lagi kewajiban kami kepada kalian," ucap Ridwan.

Danish dan Sheeda semakin bingung.

"Jangan bingung gitu, kita ke sini untuk membicarakan resepsi kalian. Walaupun kalian udah setahun lebih nih nikah, belum afdol kalau gak ada resepsinya," ucap Rosa.

"Tapi, kan?" ucap Sheeda.

"Tapi apa sayang? Udah cukup ya tapi nya. Sekarang kamu udah wisuda, nak Danish juga udah dari dokter. Apalagi?" ucap Shila.

Di Penghujung Waktu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang