"Kalau begitu, duduklah! Aku tidak suka melihat Hyeongnim berdiri di situ."
Hoseok lantas duduk berhadapan dengan Taehyung, dan saat itu pula Taehyung menyadari sesuatu yang berbeda di garis wajah saudara angkatnya tersebut.
"Apa terjadi sesuatu yang buruk saat aku pergi?"
"Entah Ketua akan menyebut ini sebagai berita buruk atau tidak. Tapi yang jelas, semua orang menyebut ini sebagai berita baik."
"Katakanlah!"
Bukannya menjawab dengan perkataan, Hoseok merogoh surat yang sebelumnya ia taruh di balik bajunya yang kemudian segera ia sodorkan ke arah Taehyung yang menatap penuh tanya ke arah surat di atas meja tersebut.
"Seseorang memintaku untuk menyampaikan ini kepada Ketua."
Sebelah alis Taehyung sekilas terangkat. "Apa dia tidak menyebutkan nama?"
"Akan lebih baik, jika Ketua membacanya terlebih dulu."
Tak ingin banyak mendebat Hoseok, Taehyung pun meraih surat tersebut dan membuka segel yang masih terpasang dengan rapi di sana, menunjukkan bahwa surat itu belum di sentuh oleh siapapun kecuali sang penulis surat.
Dia mengeluarkan sebuah kertas yang terlipat mengikuti bentuk amplop dengan bentuk memanjang tersebut. Di bukanya lipatan kertas tersebut dan sebuah kalimat pembuka menyapa penglihatannya.
"Teruntuk saudaraku yang sudah lama tidak ku jumpai, Park Seonghwa."
Park Seonghwa? Itu berarti surat tersebut di tujukan oleh Ketua Kelompok Pedagang sebelumnya dan bukannya untuknya. Tak ingin menebak apapun, Taehyung lebih memilih untuk melanjutkan bacaannya yang semakin banyak ia membaca isi dari surat tersebut, maka semakin wajahnya menunjukkan guratan heran yang membuat raut wajahnya terlihat begitu serius.
"Aku harap Hyeongnim masih mengingatku, sama seperti Hyeongnim mengingat janji kita di jauh-jauh hari sebelum aku memutuskan untuk mengirimkan surat ini kepada Hyeongnim.
Dan melalui surat ini, aku ingin menyampaikan kekhawatiranku setelah mendengar kabar Hyeongnim yang menghilang secara tiba-tiba.
Aku merasa marah karna Hyeongnim justru melarikan diri setelah hari itu, namun demi memenuhi janji yang telah terucap hari itu. Hari ini aku mengirimkan sebuah surat kepada Hyeongnim untuk mengingatkan Hyeongnim akan perjanjian kita waktu itu.
Aku tidak bisa menunggu jawaban dari putrimu, situasi semakin memburuk sekarang dan hanyalah putri Hyeongnim yang menjadi harapanku satu-satunya,"Raut wajah Taehyung berubah menjadi datar ketika ia menemukan bahwa Hwagoon lah yang menjadi tujuan utama surat tersebut, namun siapakah sang pengirim surat tersebut dan apa hubungannya dengan Hwagoon? Semua terasa abu-abu sebelum jawaban itu ia dapatkan di kalimat-kalimat berikutnya.
"Aku mengingkari janjiku yang mengatakan bahwa aku akan menunggu jawaban dari putrimu. Aku minta maaf karna aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Keadaan semakin tidak terkendali dan pernikahan harus segera di lakukan."
Mata Taehyung memicing tajam ketika membaca kalimat tersebut. Janji? Hwagoon? Pernikahan? Apa yang sebenarnya terjadi? Dan kalimat selanjutnya merupakan pukulan terbesar bagi seorang Kim Taehyung.
"Dengan sangat menyesal, aku akan membawa putrimu secara paksa ke dalam Istana."
Mata teduh Taehyung seketika membulat, tergantikan oleh keterkejutan ketika ia mengetahui dari mana asal surat tersebut. Detak Jantungnya seakan terhenti bersamaan dengan napasnya untuk sepersekian detik, dan tatapan yang sedikit gemetar tersebut terarah ke bawah. Tepat ke bagian pojok yang tertutupi oleh ibu jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LITTLE PRINCE [어린 왕자]
Historical Fiction🌾KDRAMA WATTPAD🌿 menceritakan tentang perjalanan Lee Taehyung, seorang Putra Mahkota Joseon untuk menuju tahtanya. Di mana terdapat sebuah klan yang menentang takdirnya sebagai Raja Joseon selanjutnya. Sebuah klan yang menjadi basis kekuatan dari...
Lembar 138
Mulai dari awal