Karna Hujan

Mulai dari awal
                                    

" iya ya, gue tau" Ucap Sakti.

Mereka  asyik bermain game, sangking asyiknya mereka lupa bahwa waktu terus berjalan. Sakti bangkit dari duduknya.Mereka menyudahi permainan satu menit yang lalu. Cakra membuka lemari es dan mengambil sebotol air dingin sementara Sakti berada di kamarnya. Mungkin sedang mandi.

•••

Derum sepeda motor membuat suara bising, asap putih mengepul berasal dari gesekan ban motor dengan aspal. Si pengendara melempar batu berukuran cukup besar kekaca, sontak membuat semua yang berada di ruangan itu berhamburan keluar. Cakra menyenggol beberapa tubuh anggotanya yang menghambat jalannya, sayang wajah pelaku tidak dikenali lantaran memakai heml full face.

Si pelaku yang serba hitam melajukan gas motornya setelah Cakra dan anggota Meteor lainnya pasang badan. Si pelaku cekatan dengan kecepatan di atas rata rata dirinya menyelinap kendaraan lain berusaha kabur. Kesal tidak sempat melihat wajah si pelaku dan kini si pengecut itu kabur. Cakra tak kehabisan akal, ia memerintah Lare dan Dimas untuk mengejar si pelaku. Sisanya tetap standby di markas membereskan keadaan markas yang berantakan.

Tatapan mata tajamnya berkeliling,mencari satu kenjanggalan benar dugaan Cakra, pelaku tersebut tidak akan nekat datang ke Markas Meteor dengan cuma cuma pasti ada maksud tertentu. Cakra mengambil bongkahan batu yang tadi di lempar, terselip selembar kertas yang terlipat di balik bongkahan batu itu.Tangannya membuka perlahan lembar kertas itu, manik matanya kian memerah saat dirinya membaca deretan tulisan tinta merah yang terserap  diatas kertas yang tidak lagi putih.

  Nyawanya atau nyawamu

    

Tulisan berupa ancaman beserta selembar foto gadis dengan senyum manisnya membuat Cakra emosi bukan main. Tanganya meremas kertas dan foto itu.Untuk masalah ini cukup dirinya yang tahu karna ini tidak ada sangkut pautnya dengan Meteor dan temannya. Ini  menyangkut Hellen.

          

     *****

        
Siang kian memanas. Matahari tak ragu ragu untuk memancarkan terik yang begitu menyengat. Peluh keringat bercucuran dari kening. Seragam olahraga yang sudah basah akibat keringat menimbulkan bau badan menyengat tak sedap. Serpaan angin menggoyangkan pelan rambut berujung pink yang kini diikat kebelakang. Hellen berlari kecil,clingak clinguk mencari kawan seregunya untuk di beri operan. Bola basket yang dilempar Hellen melayang di udara, operan yang ditunjukan kepada Angel tak di tangkap baik oleh perempuan itu sehingga bola bulat berwarna oren menggelinding keluar lapangan.

Malas untuk mengambil mereka menyudahi permainan. Keempat gadis itu duduk di bawah pohon yang rindang,menikmati semilir angin untuk menghilangkan keringat yang bercucuran.
Hellen menyeka keringat di jidatnya lelah dan gerah.

 
Sedangkan di lain sudut, tepatnya di depan kelas XI Ipa 3 sepasang mata memperhatikan semua gerak gerik gadis berseragam olahraga yang sedang duduk bersila di bawah pohon rindang.
Tatapan yang sulit diartikan, Cakra tak mengalihkan pandanganya. Cakra tau gadis yang saat ini menjadi titik fokus pandangannya tidak dalam keadaan baik baik saja. Ancaman yang datang entah dari siapa tertuju pada Hellen, Cakra sibuk dengan fikirannya sendiri mencari siapa pelakunya dan motif apa yang tersembunyi di balik ancaman itu.

" gue mau kekantin ada yang mau nitip ngga nih?" Lare melangkah melewati sohibnya yang masih setia mendudukan pantatnya.

" kula nderek mawon" Otong ikut melangkahkan kakinya membuntuti lare.

" es teh woyyy!" teriak Sakti pada dua sahabatnya yang sudah melenggang jauh.

" gimana keadaan markas?" Cakra mengalihkan pandangannya menatap sayu.

Gertakan MeteorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang