|2| Kenyataan pahit

Start from the beginning
                                    

"Kenapa, Yah?" tanya Lembayung.

Kedua orangtuanya pun saling tatap seperti ada sesuatu yang ingin di sampaikan tapi dipenuhi keraguan.

"Bilang aja, yah, ma," ucap Lembayung tersenyum.

"Ayah telah sepakat menjodohkan kamu, Nak," tutur Ayah lembayung.

Senyum yang merekah di bibir Lembayung pun memudar. Ia bergantian menatap kedua orangtuanya itu. Apa ini mimpi? Jika ia tolong bangunkan dirinya sekarang juga.

"Ayah bercanda, kan," cicit Lembayung dengan kesadaran di ambang.

"Ini demi kebaikan kamu, sayang," tutur Mama Ranti.

"Kebaikan apa, Ma?" tanya Lembayung tak percaya.

Sang Mama pun meneteskan air mata. Dalam lubuk hati yang paling dalam ia tak ingin menjodohkan anaknya di usia remaja seperti ini, tapi ada alasan yang lebih kuat untuk menolak semuanya. Dirinya sudah tak bisa lagi selalu ada untuk anaknya itu.

"Kami akan mengurus perusahaan dan menetap di Amerika. Perusahaan di sana masih dalam keadaan kacau, sayang. Kami tak mungkin bisa menjaga kamu," jelas Ayah Lembayung.

Lembayung menatap keduanya tak percaya. Ternyata kedua orangtuanya lebih sayang dengan aset yang mereka punya di bandingkan dengan dirinya. Jika orang lain menganggap anak satu-satunya sebagai emas yang harus di jaga, berbeda dengan kedua orang tuanya. Selama ini mereka sibuk mencari pundi-pundi dan selalu mengabaikan dirinya. Itu lah mengapa dirinya menjadi seorang model, ia pikir dengan dirinya bisa membiayai kehidupannya sendiri, orang tuanya akan punya banyak waktu untuknya, tapi apa yang ia dapat? tak ada hasil sama sekali.

"Apa aset lebih penting, yah? Sebenarnya Lembayung ini putri kalian atau bukan?" tanya Lembayung getir.

Plak.

Satu tamparan lolos dari tangan orang yang paling ia sayang. Ayahnya baru saja menamparnya untuk yang pertama kali. Ia hanya bisa memegang jejak tamparan yang begitu menyakiti hatinya.

"Jaga omongan kamu. Kamu itu anak kami. Semua yang kami lakukan hanya untuk membahagiakan kamu. Kami sayang sama kamu," tegas Sang Ayah.

"Lembayung gak butuh harta, Yah! Percuma kalian kasih harta, tapi tak ada satu pun kebersamaan untuk Bayung. Selama ini Bayung bekerja sebagai model agar Ayah dan Mama lebih memperhatikan Bayung, tapi apa yang Bayung dapat, hanya kesepian!" teriak lembayung kecewa.

Sudah cukup ia menahan semua ini selama 16 tahun lamanya. Ia tak sanggup lagi menahan semua gejolak rasa kecewanya ini. Kenapa kedua orang tuanya begitu egois dan tak memperhatikan dirinya. Yang ia perlukan bukan harta, tapi kasih sayang dari mereka.

"Terserah. Ayah akan tetap lakukan perjodohan ini. Nanti malam kamu siap-siap," tutur Ayah Handi tak ada penolakan.

"Ma," pinta Lembayung meminta pertolongan.

"Maaf, nak," ucap Ranti hanya bisa menangis. Ia tak bisa melakukan apa-apa ketika suami yang lebih berkuasa.

"Kalian egois," ucap Lembayung pergi menuju kamar dengan derai air mata.

Kedua orangtuanya hanya bisa memandang kepergian putrinya. Ini semua mereka lakukan untuk membuat Lembayung terlindungi. Biarkan anaknya menganggap mereka apa, tapi tujuan mereka baik. Setelah itu Pak Handi segera memanggil anak buahnya.

"Perketat penjagaan. Jangan sampai anak saya keluar dari kawasan rumah ini," perintah tegas pak Handi.

Pengawal berbaju hitam pun mengangguk dan menuruti perintah dari bosnya.

"Siap, bos!" sahut pengawal itu.

Pengawal itu pun pergi meninggalkan kedua bosnya. Tinggallah pak Handi yang menenangkan istrinya yang menangis tersedu-sedu.

"Ini semua demi kebaikan dia. Ini semua demi kebahagiaan dia," tutur pak Handi sembari memeluk istrinya.

***

Sedangkan sebuah keluarga tengah berkumpul bersama anak laki-laki mereka. Keadaan semakin mencekam ketika tak ada yang membuka perbincangan ini sama sekali.

"Ada apa Bun?" tanya Zidan dingin.

"Kami akan menjodohkan kamu, Dan," jawab Bunda Rani yang tak lain ibundanya.

Zidan pun terkejut mendengar ini. Sekarang bukan zaman Siti Nurbaya lagi bukan? Kenapa perjodohan masih saja melekat dalam generasi muda sekarang. Mereka bisa mencari pasangan sendiri tanpa melibatkan kedua orang tua.

"Pa, Zidan gak mau. Sekarang bukan zaman Situ Nurbaya, pa," tolak Zidan.

Bagaimana nasib hubungannya dengan sang kekasih kalau dirinya di jodohkan. Satu-satunya wanita yang ia cinta hanya Rachel. Rachel merupakan cinta pertamanya.

"Ini sudah kesepakatan kami. Mau tidak mau kamu harus menerimanya. Jika tidak jangan harap kamu dapat sepersen pun harta papa," ancam Pak Ardi.

Zidan pun terheran-heran dengan jalan pikiran papanya ini. Jika ia tak menerima perjodohan ini maka harta papanya tak akan jadi miliknya, tapi jika dia menikah dengan wanita itu bagaimana nasib hubungannya? entahlah yang perlu dirinya lakukan hanyalah menerima ini.

"Oke, Zidan terima," jawab Zidan dingin.

"Bagus, nanti malam kita akan bertemu dengan calon istri kamu," tutur Pak Ardi.

Zidan hanya mengangguk dan menaiki tangga menuju kamarnya. Entahlah apa yang akan terjadi antara mereka ketika sang kekasih tau dirinya sudah menikah.

#TBC

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Jangan lupa vote, baca, dan komen.💜

Kalau kalian suka dengan cerita ini jangan lupa tinggalkan jejak dan bantu share ke teman-teman kalian ya.

Jangan lupa follow akun Wattpad ini dan Instagram Shtysetyongrm. 😍

Marriage QueitlyWhere stories live. Discover now