"Etdah... Nih orang cenayang kali. Ucapannya Kok bener semua?" batinku.

"Bingung kenapa gue tau?" Aku menoleh padanya.

"Karena gue sayang ama lo, Alea. Dan gue tau. Lo sebenernya juga sayang ama gue. Tapi lo takut terluka lagi. Bener?"

"Ih... Kalo ngomong suka ngaco." Ucapku terkekeh.

"Terus aja boong soal perasaan lo, tapi mata lo gak bisa bohong. Gue bisa liat dari mata lo."

"Ya udah, gue merem deh kalo ngomong ama kak Panji." Ucapku sambil memejamkan mata.

Cup...

Sebuah ciuman mendarat di pipiku. Ciuman singkat yang sanggup membuat tubuhku menegang kaku. Aku kaget dan membelalakkan mataku. Melotot padanya karena tiba-tiba menciumku.

Wajahku rasanya panas. Pipiku. Mungkin sudah seperti udang rebus. Aku memegang pipiku yang barusaja di cium Kak Panji.

"Kak.. Ih nakal."

"Abis posenya minta dicium."

Dan bodohnya aku, bukannya marah, aku malah tersenyum mendengar jawaban Kak Panji.

"Harus dengan cara apa lagi biar kamu bisa jujur ama perasaan kamu ama aku, Alea? Berapa lama lagi aku harus meyakinkan kamu soal perasaanku? 2 tahun? 3 tahun?" Tanya Kak Panji sambil menggenggam tanganku.

"Hm. Kak Panji mengubah gaya bicaranya. Manisnya" batinku

"Nggak tau, Kak."

Jujur beberapa bulan ini memang Kak Panji gencar mendekatiku tapi aku selalu menghindarinya.

"Kamu mau aku deketin cewek la-"

"Jaangannnn!!" ucapku memotong perkataannya.

"Tuh kan. Kamu gak ikhlas kan kalo aku deket ama cewek lain?" bodohnya aku. Aku malah mengangguk.

"Itu tandanya kamu juga sayang ama Kakak." Ucapnya lagi.

"Iyakah, kak?" tanyaku.

"Kakak tanya, waktu acara kemping kemaren kamu cemburu gak waktu malem-malem liat aku berdua ama Riska di depan api unggun?"

Flashback On.

Aku terbangun tengah malam karena Aku begitu ingin ke kamar mandi. ku lihat samping kananku Kirana telah pulas tidur, begitu pula Apsari yang ada di sebelah kiriku.

Akhirnya aku memutuskan keluar tenda sendiri. Ku lihat kak Dyah dan kak Dwi masih belum tidur, aku menghampirinya.

"Kak Dyah..."panggilku sambil berjalan ke arahnya.

"Alea... Kok belum tidur?" tanya kak Dyah.

"Pengen ke kamar mandi, kak."

"Oh ya udah ayo bareng. Dyah juga mau kesana." Jawab kak Dwi.

Kami pun memutuskan untuk ke kamar mandi berdua, dengan diantar kak Dwi. Saat berjalan ke arah kamar Mandi, aku melihat kak Panji dan kam Riska sedang duduk di depan Api unggun berdua. Entah apa yang dibicarakan. Rasanya dadaku sesak, perih dan Marah.

Flashback off.

"Gue gak tau ama perasaan gue" Ucapku

"Apa yang kamu rasain waktu Liat Kakak berduaan ama Riska?"

"Rasanya dada jadi sesak, perih dan pengen Marah."

"Itu tandanya kamu cemburu. Sama kalo aku liat kamu ama Dwi. Aku juga ngerasain hal yang sama kayak gitu. Kamu bukannya gak tau perasaan kamu tapi kamu hanya takut memulai mencintai seseorang." Kak Panji mengacak rambutku.

Dirimu Dan Dirinya (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang