22 - Selenophile

Mulai dari awal
                                    

"Papa. Bisa nggak denger penjelasan Ardi sebentar saja. Papa bisa nggak jadi rumah yang sesungguhnya bagi Ardi. Papa bisa nggak, jadi Ayah sekaligus teman curhat buat Ardi?."

"Bicara apa kamu!." Satu hantaman dari tangan Papanya melayang kembali.

"Papa bisa ga, sekali aja usap kepala Ardi kalau lagi tidur? Papa bisa nggak sekali aja jemput Ardi sepulang sekolah? Papa bisa nggak nyuruh Ardi, perhatian sama Ardi biar Ardi gak telat makan? Papa bisa nggak sekali aja menganggap Ardi ada dan selalu ada buat Papa?." 

"Sekali lagi kamu bicara, pukulan ketiga akan sampai di wajah kamu!."

"Ardi, Pa. Panggil aku Ardi sekali aja dengan lembut dan tulus." Pinta Ardi.

Papanya hanya diam. Diselimuti amarah yang terlihat di mata merahnya. Tidak ada yang tahu saat ini mengapa beliau begitu marah. Mungkin melihat wajah Ardi yang memar penuh luka ditambahi dengan ocehan dari sang istri kedua yang tidak ada kebenarannya. 

Sedangkan Sekar, hanya diam melihatnya. Namun dalam hatinya ia tertawa penuh kemenangan. 

Cukup lama, keheningan tercipta disana. Setelah pengakuan sakit dan sesak yang telah lama Ardi tahan selama ini kepada Papanya sendiri.

"Hati hati sama Sekar, dia jahat. Ardi pergi dulu." Ardi mengusap air mata yang telah banyak mengalir itu dan membungkukkan badan tanda hormatnya. 

Papanya menarik napas dalam dalam sambil memasukkan tangan kedalam saku kantong celananya. 

Flashback - OFF

Kasur yang empuk, PS dalam genggaman, snack kesukaan disepan mata, dan teman yang setia menemani saat sedih maupun senang.

Impian yang Ardi inginkan saat menjadi seorang remaja ini. 

Itu semua Ardi dapatkan saat sedang dirumah Putra. Seperti sekarang ini. 

"Di, gimana sama bunda tiri lo?." Tanya Putra tiba tiba. Membuyarkan lamunannya. 

"Ga urus."

"Lo harus urus dong di." 

Mendengar pernyataan itu, Ardi langsung menoleh cepat. 

"Gile lu ndro!." Cegahnya sambil melemparkan bantal didekatnya.

"Dengerin gue dulu dong. Liat nih, Bunda lo lagi ngapain di rumah lo."

Ardi langsung terkesiap melihat monitor yang terpampang di komputer kepemilikan Putra itu. Oh ternyata itu adalah rekaman cctv dirumahnya yang lalu itu sempat ia pasang disududt susudt tikus rumahnya. 

"Eh eh." 

"Ngapa?."

"Coba pause sebelumnya dong, Put!."

Tonjokan kecil melayang di kepala Ardi, "Putra!." 

"Sorry sorry." kekeh Ardi. Ia memang selalu lupa jika bersama Putra harus memanggil nama panggilannya secara lengkap agar tidak ambigu. 

Selenophile : Mine [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang