"Ngga papa, Bunda paham kok kalau menantunya kecapean__apa lagi dedek semalem lagi rewel," Ujar Arthan.

"Ya udah yuk, Bunda sama ayah udah nunggu," Lanjut Arthan. Ayna pun mengangguk.

"Pagi Yah-Bun," Sapa Ayna dengan senyumannya.

"Pagi Sayang," Ujar keduanya

"Sini duduk," Ujar Ikoh yang menggeser tempat duduk untuk menantunya. Hubungan keduanya kembali menghangat seperti semula tiga bulan yang lalu. Keduanya sama-sama minta maaf dan saling berpelukan melepas kesalahan yang ada.

"Bun makasih ya, semalem udah buatin bolu enak banget. Maafin juga Ayna yang ngerepotin Bunda" Ujar Ayna sambil menampilkan deretan giginya. Dia sebenarnya tidak enak menyuruh bunda untuk datang kerumah tengah malam hanya untuk membuat bolu, tapi bagaimana lagim jabang bayi yang ada didalam perutnya sangat ingin makan bolu buatan neneknya itu dan mau tak kau harus memanggil ibu mertuanya datang.

"Iya ngga papa sayang. Syukur kalau si dedek suka," Ujar Ikoh mengusap perut Ayna dengan lembut. Dua pria Maulana yang menyaksikan hanya tersenyum melihat pemandangan pagi ini.

"Udah-udah sekarang kita sarapan dulu, kamu makan yang banyak Ayna. Biar cucu Ayah sehat," Ujar Ahmad. Ayna pun mengangguk semangat.

"Kamu mau makan pake apa, sayang?" Ujar Arthan.

"Ay mau salad sayur sama buah," Ujar Ayna menatap Arthan dengan cengirannya. Ahmad dan Ikoh yang melihat hanya bisa tersenyum.

"Ay disini cuma ada ayam, telur, sayur brokoli dan susu. Itu pun susu khusus buat kamu,"ujar Arthan, dia tak habis pikir kenapa dari memasuki usia lima bulan hingga sekarang Ayna baru mengalami yang namanya mengidam, sungguh aneh.

"Ayolah Kak Art, Ay mau makan itu." Ujar Ayna, Arthan menghela nafas.

"Baiklah, kita kedapur_," Ayna yang mendengar langsung berbinar. Meskipun wanita itu sedikit terkekeh melihat wajah pasrah Arthan.

"Ayah sama Bunda makan duluan aja__Art mau ngurus ibu hamil yang satu ini dulu," Ujar Arthan pada Ahmad dan Ikoh.

"Iya..udah sana turuti," Ujar Ikoh. Arthan pun melangkah ke dapur sambil membawa susu yang dia buat tadi. Sedangkan Ayna mengikuti pria itu dari belakang.

"Kamu duduk dulu dan minum ini!" Ujar Arthan yang menyodorkan segelas susu. Ayna pun menerima dan meminumnya sambil menatap Arthan yang sedang membuat salad untuknya.

"Silakan nyonya Maulana, pesanan anda sudah jadi," Ujar Art yang meletakan mangkuk salad di meja dapur. Ayna pun terkekeh mendengar gurauan Arthan.

"Cepat habis kan jangan ada yang tersisa, kecuali mangkuknya," Ujarnya mengacak rambut Ayna sambil terkekeh. Ayna pun mengangguk dan langsung melahap salad yang dibuat oleh Arthan.

"Kakak ngga sarapan?" Tanya Ayna yang masih melahap saladnya.

"Sarapan_tapi nanti," Ujar Arthan yang fokus menatap Ayna.

"Sekarang aja, Ay ambilin ya?" Ujar Ayna yang akan berdiri untuk mengambil sarapan dimeja makan.

"Nanti aja Ay. Kamu habiskan saladnya dulu, kasihan dedek," Ijar Arthan menahan tangan Ayna dan mengisaratkan wanita itu untuk duduk kembali.

"Tapi Kakakal belum sarapan, lihat_," Ujar ayna yang menelisik penampilan Arthan.

"Kakak udah rapih dengan stailan kantor, pasti habis ini Kakak langsung berangkat." Lanjut Ayna.

"Tenang lah, Kakak juga nanti akan sarapan. Sekarang kamu habis kan saladnya dan setelah itu temani Kakak sarapan," Ujar Art yang menyuapi Ayna salad. Ayna pun mengangguk dan mulai makan kembali.

Arthan yang melihat Ayna kembali makan dengan lahap pun tersenyum, tangan kanannya terulur mengusap rambut Ayna dengan sayang. Ayna yang diperlakukan seperti itu terseyum bahagia kearah pria itu.

Mereka berdua sama-sama berdoa agar rumah tangga mereka selalu bahagia seperti saat ini, meskipun jalan yang mereka pilih akan selalu menemui rintangan. Namun mereka tetap berdoa semoga apa yang selalu mereka mimpi-mimpikan akan terkabul satu demi satu.

"Ayna senang banget Kak." Ujar Ayna menatap lembut Arthan. "Apa yang kita impikan sejak awal menikah akhirnya bosan terwujud sekarang." Lanjutnya. Arthan pun tersenyum mendengarnya.

"Kakak juga seneng banget Ay..," Arthan mengelus lembut pipi cabi Ayna.

"Kakak minta sama kamu, apapun yang menjadi mimpi kita kedepannya. Kita harus melewatinya bersama. Jika pun ada yang harus berkorban, Kakak mohon, biarkan Kakak yang melakukannya, jangan kamu." Ujar Arthan dengan lembut namun terselip nada tegas disana.

Ayna menganggukkan kepalanya. "Kita akan melewatinya bersama-sama Kak." Ujarnya.

Bersambunggg..
Eaaaa,bener-bener bau-bau end nih hahah..kayanya satu part lagi deh haha..
Ok ngga papa lah ya hehe..
Yang terpenting kalian jangan lupa vote ya hehe. Biar author kelas teri dari ujung bumiayu ini bahagia wkwkkw.

Bay bay,tunggu part selanjutnya..

Our DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang