"Jadi.. bisa dibilang lelaki itu adalah lelaki yang sama yang mengataimu perempuan murahan?" Sooyoung tampak emosi mengeluarkan pertanyaannya.
Dengan senyum lemah, Chanmi mengangguk. "Ya, dan aku bisa berbuat apa, Sooyoung? Lelaki itu berhak marah karena perbuatanku. Aku pasti sudah sangat melukainya." Ucap Chanmi.
"Tapi tetap saja, kalau lelaki itu memang mencintaimu seharusnya lelaki itu tidak mengeluarkan kata-kata yang merendahkanmu."
"Kubilang, aku pantas menerimanya, Sooyoung."
Sooyoung membuang wajahnya saat Chanmi sudah menatapnya dengan tatapan seperti itu. Tatapan yang selalu saja membuatnya tidak bisa membantah iparnya.
Sebagai gantinya ia memangku Raon dan mengusap kepalanya dengan sayang. "Aku ingin bertanya kepadamu, sekarang serius."
Chanmi terkekeh pelan. "Bukankah sedari tadi kau sudah menanyakan ini dan itu, Sooyoung?"
Sooyoung menatap Chanmi jengah. Tangannya mengambil pasangan sepatu karet Raon yang belum ia pakaikan.
"Baiklah-baiklah, silahkan ajukan pertanyaanmu, adik ipar." Chanmi sengaja menggoda Sooyoung.
"Apakah kau menyesalinya Chanmi? Menyesali semuanya?"
Pertanyaan itu barangkali terdengar umum tapi keduanya tahu makna dari pertanyaan itu.
Perempuan beranak satu itu tersenyum, "Aku barangkali menyesal karena tidak sempat meminta maaf pada Changkyun. Tapi terlepas dari permasalahanku dan dirinya, aku bahagia, Sooyoung. Chanyeol Oppa dan Raon, sekarang merekalah alasan kebahagiaanku. Keluarga kecilku."
***
Changkyun menoleh dan menemukan Sooyoung-sekretaris Jennie yang kini tiba-tiba sudah duduk disampingnya.
"Terlepas ini jam luar kantor dan kau sebenarnya bukan atasanku, memanggilmu dengan Changkyun tidak apa 'kan?" Sooyoung bertanya kembali.
Changkyun masih belum merespon satupun pertanyaan Sooyoung.
Dirinya masih terlalu terkejut melihat kehadiran Sooyoung. Changkyun tahu, kelab ini adalah tempat umum. Dimana orang-orang dewasa seperti dirinya dan Sooyoung bukan masalah berada disini. Tapi dari sekian banyaknya kelab yang berada di Soul, mengapa harus disini?
"Pertanyaanku tidak kau jawab. Ayolah, tuan tampan jangan mengabaikanku."
"Em-kau ..." Changkyun menggantungkan kalimatnya. Ia sendiri bingung harus berkata apa.
"Iya, aku ini Sooyoung. Adik ipar dari mantan kekasihmu, Chanmi." Tanpa disangka, Sooyoung malah mengulurkan tangannya, seolah ingin mengajak Changkyun berkenalan.
Dan apa yang ia katakan tadi? Tidak bisakah perempuan itu memperjelas hubungannya dengan Chanmi?
"Bahkan uluran tanganku pun tak kau balas? Yaish, disaat diluaran sana banyak lelaki yang ingin menjabat tangan mulusku." Sooyoung menarik kembali tangannya. Ia melipat kedua tangannya di perutnya.
"Entah kau yang sudah mabuk atau masih terkejut ... ya kalau-kalau aku benar, sih. Tapi ya, kau dengarkan perkataanku saja ya?"
Changkyun hanya diam. Dan Sooyoung tahu lelaki itu sedang menyimak dirinya.
"Aku tahu, semuanya terasa berat untukmu. Yap, aku sedang membahas masalahmu dengan Chanmi. Tidak apa 'kan?" Sooyoung bertanya. Namun secepat pula ia melanjutkan. Seolah tidak mendengarkan jawaban Changkyun terlebih dahulu.
"Kakakku dan Chanmi mungkin melakukan hal yang salah di masa lampau. Aku mengetahuinya, dan aku pun sama marahnya denganmu. Kakakku ternyata sebejat itu," Sooyoung mengambil napasnya. "Tapi, ya ternyata mereka juga sudah bertanggung jawab atas hal itu."
Sooyoung melirik Changkyun, lelaki itu tampak menantikan kelanjutan ceritanya.
"Aku sebenarnya tidak mempunyai hak untuk mengatakan ini, tapi ya berhubung kau sepertinya harus mengetahui letak kesalahanmu juga." Kali ini nada suara Sooyoung terdengar sinis.
Kesalahan dirinya? Alis Changkyun berkerut kebingungan.
"Terdengar kekanakan memang sih, tapi ya, salah satu alasan mengapa Chanmi sampai memutuskan berselingkuh itu karena kau sendiri, Changkyun."
"Aku? Mengapa?" Changkyun bertanya heran. Sungguh ia tidak mengerti.
"Ya, kau. Kalau saja kau, tidak terlalu memprioritaskan saudara kembarmu-which is Bosku, Chanmi tidak akan mencari pelarian."
Tunggu dulu ... perempuan itu bilang apa?
"Chanmi merasa seperti ia bukan kekasihmu, karena perhatianmu lebih tercurahkan pada saudara kembarmu. Ia ingin kau juga memperhatikannya. Sebagai kekasihnya."
Apakah yang dimaksud Sooyoung adalah saat-saat dimana Jennie merasa patah hati karena berpisah dengan mantan kekasihnya?
"Kekanakan sekali, seharusnya dia tahu bahwa Jennie adalah keluargaku. Seharusnya ia juga tahu bahwa aku menyayanginya." Ucap Changkyun tak kalah sinis.
Sooyoung mengangguk paham. Dan ia juga sedikit setuju dengan pendapat Changkyun.
"But, ya. Perempuan dengan segala pikiran rumitnya. Ia merasa cemburu bahkan kepada saudara kembarmu."
Sooyoung tahu, ia bisa memancing kemarahan atau bahkan kebencian dari Changkyun kepada Chanmi. Ia sangat mengetahui karna ia sendiri yakin dengan itu. Bukan tanpa alasan mengapa ia memberitahukan salah satu alasan yang tidak Changkyun ketahui. Karena seperti yang ia bilang tadi, perempuan dengan segala pemikiran rumitnya. Ia hanya ingin mulai dari sekarang, Changkyun melupakan Chanmi.
Terdengar jahat dan seperti mengadu domba memangnya. Tapi itulah yang ia perlukan sekarang. Kemarahan dan kebencian Changkyun kepada Chanmi akan membuat lelaki itu perlahan-lahan melupakan Chanmi. Tidak seratus persen yakin, tapi setidaknya ia mencoba.
Ia juga ingin kehidupan Chanmi dan kakaknya baik-baik saja setelah ini. Chanmi tidak lagi merasa bersalah dengan Changkyun. Dan hanya fokus kepada kelurga kecilnya.
Kali ini ia yang terlihat egois. Tapi biarlah, daripada harus melihat keduanya masih dihantui oleh bayang-bayang penyesalan masa lalu.
***
hm hm
YOU ARE READING
Unscrew You | 96's Line
FanfictionDi tinggalkan atau meninggalkan, Mana yang akan kau pilih?
XXVI : Masa Lalu
Start from the beginning