Luka dan Air Mata

Mulai dari awal
                                    

Sementara didalam kamar Tzuyu hanya memandang sekeliling kamarnya dengan tatapan kosong, ada rasa tak dihargai dalam dirinya tiba-tiba, namun ia sendiri bingung darimana perasaan itu berasal.

***

Pagi haripun tiba...

Tzuyu membuka matanya dan melihat cahaya matahari sudah nampak dari sela-sela jendela kamar yang hendak menembus masuk kedalam ruangan. Namun seketika pula semangat paginya runtuh jika mengingat hal apa yang akan dilaluinya hari ini.

Padahal menemani mertuanya bukanlah hal yang berat, namun entah mengapa naluri wanitanya seperti berkata bahwa ia harus menelan pil pahit hari ini. Tzuyu menghela nafasnya dan terkejut saat tiba-tiba sesuatu menempel pada bibirnya.

"Pagi"

Mingyu kembali berulah. Seperti bagaimana manusia mencari ponselnya ketika pertama kali membuka mata dipagi hari, maka lain halnya dengan Mingyu yang mengincar Morning Kiss.

"Hari ini Mama ngajak ketemuan dimana?" Tanya Tzuyu sembari mengikuti Mingyu yang sudah mendudukan tubuhnya diatas tempat tidur. "Disini, nanti mama dateng jam 9" jawab pria itu.

Tzuyu menyipitkan mata ke arah jam analog diatas meja riasnya lalu menghela nafas lega saat waktu masih menunjukan pukul setengah 7 pagi. Tandanya ia masih bisa bermalas-malasan sebelum bertemu ibunya Mingyu.

"Makan sereal aja ya pagi ini?" Tanya Tzuyu pada suaminya itu.

"Iya terserah. Kamu rebus bunga-bunga ditoko kamu juga, tetap bakal aku makan semuanya" Mingyu berkaca pada cermin dan merapikan sedikit tata rambutnya yang agak berantakan setelah bangun tidur.

"Aku gak gila, Kim" ujar Tzuyu membuat pria itu terkekeh dan kembali menundukan tubuhnya untuk mengecup puncak kepada wanita itu lalu berjalan keluar kamar untuk mandi.

Entah mengapa tiba-tiba senyuman diwajah Tzuyu merekah, semangat paginya sudah muncul kembali.

****

'Ceklek!'

Pintu ruang baca terbuka, menampilkan ruangan yang sudah lama tak dikunjungi Tzuyu itu beserta isinya. Wanita itu tersenyum dan berjalan menuju rak buku dimana ia menyimpan diari Nyonya Chou terakhir kalinya. Namun sayang, sepertinya kemarin Tzuyu menyimpannya terlalu dalam sehingga sulit diraih kembali karena sudah tertumpuk buku lain.

"Dimana ya?" Tanya Tzuyu seraya meraih salah satu buku dan malah mendapat buku hitam yang tak asing dimatanya.

"Buku Mingyu bukan sih?" Tanya Tzuyu mencoba mengingat-ingat buku yang selalu prianya itu pegang disetiap sela waktu luangnya. "Ah, benar.." Tzuyu menyimpan buku itu kembali namun tiba-tiba sesuatu terjatuh dari buku tersebut.

Tzuyupun meraih beberapa lembar kertas yang jatuh dan melihat lembaran apa itu. Namun seketika kedua bola matanya terbelak dan senyumannya merekah. Bukan sebuah catatan tangan, melainkan fotonya Tzuyu.

"Ini aku kan?" Tzuyu masih tak kuasa menahan senyumannya. Seketika segala ucapan Mingyu mengenai ketidaktertarikannya dengan gambar manusia bernari-nari dibelak Tzuyu. Kalau tidak tertarik, kenapa bisa ada foto Tzuyu disela-sela buku kesayangannya?

Apa jangan-jangan selama ini Mingyu bukan membaca bukunya melainkan mengamati gambar Tzuyu?

Entahlah, wanita berbaju ungu muda itu memutuskan untuk menyimpan kembali buku tersebut ditempatnya, lengkap dengan gambar wajahnya yang tadi sudah ia kembalikan. Ia harus ingat kembali tujuan awalnya untuk melihat diari mertuanya itu.

Dan diapun mendapatkannya.

Mingyu..
Berhenti jadikan Papamu sebagai jagoanmu.
Berhenti jadikan Mamamu sebagai primadonamu.
Kelak kau akan tahu bahwa kami tidak layak dengan itu semua.

He's so HeartlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang