Bab 56 - Isi Paket

Mulai dari awal
                                    

"Kamu ...." Perkataan Josh terputus karena bingung dengan apa yang dilihatnya.

"Iya ini aku guru, bagaimana kabarmu guru? Aku kemari membawa kabar bahagia untukmu," Lukas terlihat sangat sangat santai dalam berbicara. Tidak ada rasa bersalah dalam dirinya karena dia telah membunuh anak kandung dari gurunya itu.

"Kabar bahagia?" tanya Josh yang kurang paham, dia tidak ingin bertanya banyak tentang bagaimana Lukas bisa selamat. Karena hal itu tidaklah terlalu penting untuk diperdebatkan kembali.

"Iya, saat ini si cantik sedang bersamaku dan pangerannya akan segera aku kirim ke akhirat," senyum sinis Lukas terbit.

Awalnya Josh tidak paham dengan perumpamaan yang dipakai oleh Lukas, si cantik untuk Malika dan pengeran untuk Arthur. "Kamu memang murid terbaikku," puji Josh Sujatmiko bangga dengan Lukas.

Di sisi lain kota Jakarta, Arthur yang berada di ruang kerjanya sedang menimang-nimang paket yang dilempar Lukas beberapa waktu lalu. Dirinya mencoba membuat tameng untuk agar tetap kuat saat melihat isi paket tersebut. Dia berharap apa yang dilihatnya bukanlah hal buruk seperti paket sebelumnya.

Perlahan-lahan Arthur membuka paket tersebut, telapak tangannya berkeringat karena terlalu takut kemungkinan terburuk paket itu berisi barang penting Malika yang berlumuran darah. Hatinya mencoba kuat untuk apa saja yang akan didapatnya. Pikirannya terus disugesti untuk tetap berpikir jernih dan tidak terpancing emosi.

Terlihat sebuah kartu ucapan kecil di dalam paket tersebut dan sebuah miniatur patung dewi yang bentuknya sama dengan yang ada di rumah Lola. "Sial jadi permainan ini sudah dipersiapkan!" marah Arthur saat tahu ada orang lain yang mempersiapkan permainan gila untuk dirinya dan Malika.

Pada kartu ucapan tertulis dengan jelas, COBA TEMUKAN AKU DAN ISTRIMU, KITA AKAN BERHADAPAN LANGSUNG. Tulisan itu seperti menantang Arthur untuk berduel dengan orang yang menulis pesan tersebut. Rasa marah Arthur bertambah, dia marah pada dirinya sendiri yang sejak awal tidak membuka paket tersebut. Mungkin dia sudah melihat Malika walaupun dia harus bertarung nyawa sekali pun.

Tak!

Dilemparnya miniatur patung dewi tersebut ke arah dinding hingga miniatur yang terbuat dari keramik itu pecah dan menimbulkan suara yang tidak terlalu keras. "Arghhh!!!" teriak Arthur frustasi dan semakin kesal dengan dirinya sendiri.

Lukas telah kembali ke rumahnya dan melihat Malika yang masih tetap tidak patah semangat untuk mencoba lepas dari jerat tali itu. "Sudah aku bilang jangan melukai dirimu sendiri cantik," sindir Lukas yang menghampiri Malika.

Malika mengangkat wajahnya yang sudah basah oleh air mata, rambutnya lepek karena keringat. Wajahnya juga tertutupi anak-anak rambut yang tidak terikat. Rambut Malika yang mengikatnya adalah Lukas, susah mengikatnya karena Malika menggeleng-gelengkan kepalanya menolak Lukas untuk mengikat rambutnya. Baju Malika juga terlihat kumel, jika ingin ke toilet dalam keadaan mendesak Malika dengan terpaksa meminta Lukas membawanya ke toilet yang kondisinya buruk, tidak ada jendela untuk dirinya kabur saat sedang di toilet.

Srak!

Dengan kasar Lukas menarik kasar lakban yang menutupi mulut Malika, "apa kamu mau aku tawarkan sebuah penawaran menarik cantik?" tanya Lukas membuka pembicaraan dengan Malika.

Napas Malika tidak beraturan karena marah dan jijik melihat Lukas. "Cuih!" Malika meludahi muka Lukas yang hanya berjarak beberapa meter darinya.

"Berani-beraninya kamu meludahiku!" hardik Lukas marah, di lapnya air ludah Malika yang berada di wajahnya dan dijambaknya kasar rambut Malika yang terikat tidak rapi.

"Ahhh!" teriak Malika kesakitan karena jambakan Lukas yang kuat pada rambutnya hingga membuat Malika mendongak menatap Lukas yang berdiri.

"Jangan paksa aku untuk melakukan hal lebih Malika! Jadilah putrid yang cantik mulai dari sekarang!" peringat Lukas yang masih dapat memaafkan perbuatan berani Malika tersebut.

Bukannya takut, Malika justru tersenyum sinis menatap Lukas. Bola matanya seolah-olah meremehkan Lukas. Melihat ekspresi Malika tersebut Lukas mengencangkan jambakkannya pada rambut Malika. "Arghhh!" teriak Malika yang merasa ada beberapa helai rambutnya yang terenggut oleh tarikkan tangan Lukas.

"Kamu itu hanya bonekaku, jadi diam dan turuti saja kemauanku!" ujar Lukas yang mulai terpancing emosinya melihat perlawanan Malika.

"Sampai kapan pun aku tidak akan menjadi bonekamu atau milikmu!" teriak Malika semakin berani untuk melawan Lukas.

"Dengar baik-baik," Lukas menjambak rambut Malika lebih kuat lagi.

"Arghh!" teriak Malika bertambah kencang.

"Aku ingin buat penawaran denganmu, aku ingin kamu menjadi istriku dan suamimu itu akan aku biarkan hidup. Bagaimana?" tawar Lukas dengan wajahnya yang sangat pede. Lain halnya dengan wajah Malika yang sudah muak melihat Lukas.

"Kamu ingin aku berkata iya?" sindir Malika yang jelas ingin menolak tawaran tersebut, dia tidak sudi harus menjadi istri psikopat gila seperti Lukas.

"Pikirkan nyawa suamimu sayang," tekan Lukas lagi pada inti penawaran mereka.

Malika mulai terdiam dia mencoba memikirkan dampaknya jika dia menolak tawaran Lukas tersebut. Dia tidak tahu apakah Arthur akan benar-benar akan dibunuh oleh Lukas atau tidak, atau apakah Lukas akan menepati janjinya jika Malika setuju, dia tidak tahu tentang hal tersebut. Lukas bukanlah laki-laki yang dapat dipercaya.

"Apa kamu berpikir aku akan ingar janji?" tanya Lukas yang seolah-olah dapat membaca pikiran Malika.

Diam dan merenung itu yang dilakukan Malika, bibirnya kaku untuk berkata iya. Hatinya menolak untuk menyetujui penawaran Lukas tetapi otaknya mengatakan untuk menyetujui penawaran tersebut. Malika bimbang berada di antara dua pilihan yang sulit, jika dia iyakan tawaran Lukas belum tentu Arthur akan hidup bahagia. Malika tidak ingin munafik, dia juga memikirkan kebahagiaan dirinya.

Bahagia Malika adalah Arthur, apakah dia akan bahagia jika Arthur tersiksa dengan penerimaannya atas tawaran tersebut? Dan jika dia tolak tawaran tersebut apa dia bahagia jika hidup tanpa Arthur? Semua pertanyaan itu berseliweran di dalam otaknya, menadahkan jawaban kepadanya. Lukas masih menunggu jawaban Malika, dia menikmati ekspresi bingung dan takut Malika yang menurutnya sangat menarik.

"Kamu benar-benar gadis menarik sayang," komentar Lukas sambil memegang pipi mulus Malika yang terlihat sangat kusam dan ada air mata yang mongering di sana.

"Aku bukan gadis lagi, karena aku milik Arthur!" tukas Malika yang sebenarnya masih gamang.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang