😭😭😭
Dilain tempat, tepatnya di sebuah hutan belantara yang tak berpenghuni. Seorang pemuda dengan rambut putih dan mata tertutup selembar kain kecil berjalan tertatih menggunakan tongkat bambu kecil. Ia berjalan sepanjang hutan tanpa arah dan tujuan, ia berhenti dimanapun yang menurutnya aman dan nyaman ia akan berhenti disana. Pakaiannya putih kebiruan dan sangat bersih juga wangi. Aroma cendana dan mawar membuatnya sangat mempesona serta harum sepanjang hari. Terkadang ia merasa lelah jika harus berjalan terus, ia pun berhenti di tepi danau untuk membasuh wajahnya.
Suara gemericik air membuatnya ingin membasuh wajah dan sekedar mengambil minum. Pendengarannya sangat tajam, instingnya sangat kuat. Bahkan tanpa melihat isi dunia pun ia bisa tahu seperti apa indahnya. Tanpa melihat bahaya sekalipun ia sangat tahu dan cekatan. Bahkan saat dirinya harus menghadapi perampok, ia bahkan bisa membunuh perampok itu dengan mudahnya. Ia bisa melihat sekitarnya walau memejamkan mata. Ia bisa tau dimanapun musuh itu. Keahliannya bertarung tak di ragukan lagi.
"Aku lelah sekali, ini sudah lebih dari tiga bulan, seharusnya aku sudah melepaskan kain ini." ujar pemuda itu.
Loan Heart
Pemuda itu adalah Loan, ia pun meraih kain itu kemudian membukanya. Saat ia sudah membukanya kemudian ia membasuhnya dengan air, lalu perlahan ia membuka matanya. Ia pun tersenyum saat tahu ia tidak akan bisa melihat lagi. Tetapi ia masih memiliki sesuatu yang istimewa di dalam dirinya, ya itu hati yang baik. Meski mata tidak dapat melihat dengan jelas dan samar-samar ia masih mampu melihat dengan hati dan sangat jelas.
Loan pun selesai membasuh wajahnya dengan air danau yang jernih itu, lalu ia mengambil botol minuman dan mengisinya dengan air untuk bekal keperjalanannya nanti. Setelah selesai ia pun menyimpan minumannya itu, kemudian ia mengambil tongkat bambunya. Sekilas jika orang melihat Loan mereka tidak akan menyangka kalau Loan buta. Tetapi orang akan menyadarinya dengan gerak geriknya dan tongkat bambunya. Loan terus berjalan menelusuri jalan setapak, ia pun akhirnya sampai di sebuah perbatasan kota. Ia pun akhirnya sampai di sebuah kota kecil yang ramai dan banyak penduduknya.
Samar-samar terdengar suara orang-orang menjajakan barang dagangannya, ada juga yang menawarkan jasa dirinya, dan ada juga wanita penghibur dan lainnya. Loan terus berjalan dan pada akhirnya ia menabrak seseorang."Maaf saya tidak sengaja." ujar Loan.
"Hmmm, tidak apa-apa. Lain kali pakai mata mu kalau berjalan," sahut pemuda itu.
"Eng, tunggu. Kalau boleh tahu ini kota apa ya namanya?" ujar Loan kembali.
Pemuda itu memanyunkan bibirnya, lalu ia pun berbicara. "Apakah kau tidak bisa melihat papan nama yang ada di gerbang itu? Apa kau buta?"
Pemuda yang usianya hampir sama dengan Loan pun melambai-lambaikan tangannya di hadapan Loan. Lalu pemuda itu melihat sebatang bambu di tangan Loan. "Oh, maaf. Ternyata kau memang buta. Baiklah ini adalah kota kecil bernama Lung Fang, meski hanya kota kecil tetapi disini banyak wisatawan yang datang. Dan kau kesini apakah untuk berwisata atau tersesat?"
"Aku..." sahut Loan.
"Aku sudah tau, pria miskin sepertimu pasti tersesat. Haih, aku paling tidak tega melihat orang sepertimu. Ya sudah ikut denganku, dari pada kau disini nanti di jual oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Namaku Biung Xhi, umurku dua puluh lima tahun. Siapa namamu dan usiamu berapa?" ujar Biung Xhi.
"Namaku Loan, umurku masih di bawahmu." sahut Loan.
"Baiklah, kalau begitu panggil aku kakak." ujar Biung Xhi.
Loan mengangguk dan tersenyum, senyum manisnya membuat Biung Xhi meleleh dan terpana. Biung Xhi adalah pemuda yang sangat tampan. Tetapi ketika ia melihat Loan, ia baru saja melihat bidadari yang turun dari surga. Ia pernah melihat orang yang tampan dan manis, tetapi Loan sangat sangat sangat tampan dan manis, anggun, serta berwibawa secara bersamaan. Biung Xhi membawa Loan bersamanya, lalu ia membawa Loan ke kedai nasi dan makan disana.
"Bibi buatkan aku makanan yang enak ya," ujar Biung Xhi.
"Heh kau, hutang mu yang kemarin saja belum kau bayar. Sekarang apakah kau mau berhutang lagi?" seru pemilik warung itu.
"Bibi aku akan membayarnya aku janji." ujar Bing Xhi.
Karena merasa kasihan, terlebih ia melihat Loan yang manis dan buta akhirnya pemilik tempat makan itu menyetujuinya. "Ini, aku membuatkan mu makanan karena aku kasihan dengan temanmu ini."
Loan tersenyum, lalu mereka pun menyantap makanan itu. Setelah selesai Biung Xhi mengajak Loan pergi dari tempat itu. Tetapi sebelum pergi Loan meninggalkan dua keping koin emas untuk membayar makanan itu dan hutang Biung Xhi. Pemilik kedai itu terkejut lalu dengan senang hati menyimpan baik-baik koin itu.
Biung Xhi
Bersambung....
Jangan lupa komennya ya dan votenya. Thank u.
KAMU SEDANG MEMBACA
BL- White Lotus (End)
FantasyLoan Hearth adalah seorang anak remaja yang hidup serba pas-pasan. Ia bersekolah di sebuah sekolah elite karena beasiswa. Ia menyukai bunga teratai. Terutama teratai putih, suatu hari ia dan teman-teman sekolahnya pergi studi tour. Saat ia tersesat...
Bab 6
Mulai dari awal