"Aku berangkat dulu," ucap Gisel
"Bang, tante Ben berangkat ya." pamit Beni sambil menyalami keduanya.
Di dalam mobil Gisel terus menggerutu, Beni sudah sangat biasa mendengar gerutuan itu sebenarnya karena memang gadis di sebelahnya ini sangat hobi menggerutu.
"Beben kalo nanti gue nggak sekelas sama lo gimana? Kalo nggak sekelas sama wendy, shea, jeje gimana? Tapi kayanga emang gabisa sekelas juga sama mereka bertiga soalnya mereka milih peminatan IPS, hemm Kalo nggak sekelas sama temen komplek juga gimana?" ucap Gisel sambil memanyunkan bibirnya dan membayangkan kejadian kelas sepuluhnya dulu. Wendy, Shea, dan Jeje yang disebutkannya tadi ialah teman sekelasnya dulu saat kelas sepuluh.
"Ya nggak gimana-gimana," jawab Beni santai sambil membelokkan mobilnya di halaman sekolah.
"ishh lo tuh," ucap Gisel kesal.
Gisel dan Beni, keduanya mempunyai sifat yang bertolak belakang, jika Gisel sangat fleksibel maka Beni sangat pendiam cenderung cuek terhadap sekitar. Gisel mudah dikenal banyak orang disekolah karena eksistensinya sebagai anggota aktif PMR, Radio, dan penulis mading sekolah selain itu Gisel juga terkenal karena dia merupakan salah satu public figure di dunia maya, dirinya melakoni aktifitas sebagai brand ambassador beberapa online shop ternama dan beberapa butik milik teman maminya, Gisel juga aktif dalam beberapa sosial media seperti twiter, instagram dan youtube karena ia juga mempunyai bakat musik yang mumpuni, selain keahliannya Gisel juga dikenal sebagai siswi teladan, ramah dan beprestasi untuk itu tak heran jika dirinya cukup eksis disekolah.
Berbicara tentang Beni, sebenarnya Beni bukan termasuk berandal sekolah tapi juga bisa dibilang termasuk tipekal bad boy cool incaran ciwi ciwi sekolah. Namum Beni cenderung menyendiri dan menepikan dirinya dari keramaian, dia lebih suka ketenangan dan disekolah beni hanya mengambil kegiatan marcing band, intinya dalam hidup beni ia hanya menyukai ketenangan dan jika harus ada bumbu berisik dalam hidupnya ia hanya menerima kebisingan suara musik dan tentunya repetan Gisel setiap harinya, itupun juga karena terbiasa. Keduanya mungkin suda menjadi paket yang tepat karna sikap mereka yang melengkapi.
"Ben aduh gue deg-deg an ini," ucap Gisel sambil memegangi dadanya saat melangkah bersama beni menuju mading sekolah, disana nanti mereka akan mencari nama mereka untuk menemukan kelas yang akan ditinggali selama kelas 11 mendatang.
"ya brati lo masi idup Gi," jawab Beni datar
"lo tuh ya," ucap Gisel sambil meninju lengan Beni
"ihhh rame banget itu Ben, gakeliatan gue," entah gerutuan keberapa yang diucapkam Gisel
"minggir-minggir gue kecil, minggir-menggir gue pendek gak butuh tempat banyak," ucap Gisel sambil menerobos kerumunan dan menggeret lengan Beni.
Beni hanya pasrah sambil tetap menjaga Gisel agar tidak terdesak
Beni dan Gisel kini tiba dibarisan depan, Gisel mentap dengan teliti lembaran yang bertuliskan nama-nama siswa itu.
"Ben gue di kelas 11 IPA C ini lo dimana? Ooh lo juga di IPA C Ben, astaga kita sekelas Ben kita sekelas," ucap Gisel dengan semangat sambil menepuk-nepuk lengan Beni
"iya tau gue, ini jangan nabok mulu sakit bego," gerutu Beni
"muehehe" Gisel hanya nyengir kuda menanggapi itu, setidaknya hati Gisel terasa plong karena ada teman yang dia kenal dan satu kelas dengannya. Sebenarnya Gisel ingin meneliti lebih jauh siapa saja yang masuk IPA C tapi lengannya keburu di tarik oleh Beni karena kerumunan semakin ramai
Beni dan Gisel langsung menuju kelas 11 IPA C yang berada di lantai dua, saat mereka berada di koridor, mereka bertemu dengan Shea dan Wendy teman kelas 10 Gisel
KAMU SEDANG MEMBACA
Fin(d/e)
Teen FictionCerita ringan romansa anak SMA - "Dari kehilangan dia, gue jadi banyak belajar, dan berubah" - Gisel- "Bisa sama dia, nggak ada dalam rencana gue, dia ajaib," -Beni- "Semuanya sama, kayanya cuma dia yang bisa gue anggep beda," -Saka- "Dia bilang, 'i...
kelas sebelas
Mulai dari awal