Dan ya, semua ucapan Rafa itu benar. Billa tak boleh melihat sesuatu dari salah satu sudut saja, Billa benar-benar menyesal karena sudah membuat Aca menangis saat itu.

Flashback off

Billa sesegukan di samping tubuh sahabatnya, demi apapun bukan maksud Billa menjauhi Aca. Billa hanya kesal Aca keras kepala, tapi bagaimanapun Billa sangat menyayangi sahabatnya itu dan mana mungkin dia tega melukai perasaan sahabtnya.

Tangan Aca bergerak, Aca mengerjapkan matanya dan kemudian mata itu terbuka lebar. Aca merasa terganggu dalam tidurnya, membuat ia membuka matanya dan pertama kali yang ia lihat adalah wajah Billa yang di basahi air mata.

"Bill."

Billa mengangkat pandangannya dan segera tersenyum melihat Aca yang terbangun.

"Gue ganggu tidur lo ya Ca?"

Aca menggeleng, Aca memutar pandangannya. Ia berada di kamarnya, seingat Aca tadi ia tertidur di kamar inap Bima dan dalam pelukan- Bagus. Dan tatapan mata Aca berhenti saat melihat sosok lain yang berdiri tak jauh dari tempat tidurnya.

Silfi tersenyum kemudian berjalan mendekati Aca dan Aca memilih memalingkan wajahnya, Aca terlalu muak.

"Mau apa kalian kesini?" tanya Aca dingin.

Billa terhenyak, ini bukan Aca sahabatnya. Aca yang berbicara penuh keceriaan, tapi suaranya dingin dan datar.

"Aca, Billa minta maaf hiks. Maaf Billa udah bikin Aca nangis waktu itu."

Aca menegratkan rahangnya, menahan agar tangisnya tak pecah. Ia tak marah, tapi ia kecewa.

"Aca, ngomong sama Billa."

Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sosok lain yang terlihat berantakan. Billa mengerutkan keningnya sedang Silfi membulatkan matanya, utuk apa Bagus berada di kamar Aca? dan ah sepertinya dugaan Silfi benar, siluet yang ia lihat tadi adalah Bagus.

"Gus." Panggil Silfi.

Bagus kemudian menatap kearah Silfi penuh kaget, bingung kenapa gadis itu ada disini.

"Gus, ngapain lo disini?" tanya Billa dengan pelototannya.

"Jagain Aca." singkat, padat, jelas! Tapi membuat atmosper di ruangan itu menjadi sedikit mencekam.

Aca tak bereaksi, gadis itu masih enggan menatap siapapun yang berada di sana. Ia berharap Bima terbangun dan datang menemaninya disini, tau dia bisa berjalan dan segera berlari ke kamar Bima dari pada harus berada dalam satu ruangan bersama orang-orang yang-ah Aca bingung menjelaskannya. Intinya Aca muak.

Bagus mendudukan dirinya di sofa yang berada di ruangan sana, menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dan mencaro posisi nyaman untuk beristirahat. Ia cukup lelah, bahkan semalaman suntuk ia tak tidur dan saat pergi ke rumah sakit Ia mendapat kabar jika adiknya koleps terlebih ia juga harus menenangkan kemarahan Aca. benar-benar melelahkan.

Silfi berjalan mendekati Bagus dan mendudukan dirinya di samping Bagus, menguspa kening lelaki itu dan merapikan rambut yang menutupi kening lelaki itu. Billa? Tak berbuat apa-apa hanya bisa menatap datar kedua pasangan itu dan mempererat genggaman tangannya pada Aca.

"Kamu kemana aja? Kenapa telpon sama pesan aku gak di respon?" tanya Silfi pelan, tapi karena ruangan hening. Billa maupun Aca yang berjarak cukup jauh dari merekapun bisa mendengarnya.

"Bima di rawat di sini juga, jadi aku jagain dia." Cukup kaget, Billa maupun Silfi menatap tak percaya Bagus. Tapi tak ada pertanyaan selajutnya seputar Bima, toh siapa saja bisa sakit bukan?

"Terus ngapain kamu jaga Aca? bukannya harus jaga Bima?"

Terkutuklah mulut Silfi, kenapa harus ada pertanyaan itu? Billa ingin marah, tapi entahlah tiba-tiba kepalanya pusing.

"Bima ada mami sama papi, ibu sama ayahnya Aca lagi pulang dulu. Aku sebentar kok di sini nunggu Rafa datang, kamu berdua aja sama Billa ke sini? Kenapa gak gabarin biar aku jemput."

Tripel sial, kenapa kedua pasangan itu memuakan sekali lama-lama? Omel Billa dalam hati hingga ia merasakan genggaman tangannya dib alas oleh Aca, Billa melirik Aca terlihat sekalai jika Aca menahan mati-matian tangisnnya.

"Kamu udah makan hem?" tanya Silfi kemudian.

"Belum."

"Yaudah makan dulu, mau akau beliin apa?" Silfi hendak berdiri tapi Bagus menahannya hingga tubuh Silfi oleng dan jatuh di pelukan Bagus.

Bagus memeluk Silfi, mencium rambut gadis itu mencari kenyamana dan ketenangan. Tak sadar ada orang yang mati-matian ingin menjedotkan kedua kepala mereka sekeras mungkin hingga otaknya keluar hingga berceceran, ah Billa merasa akan menjadi psikopat sekarang juga.

"Ke kafetarin aja yuk sayang, kamu belum makan loh. Kamu ningguin Bima, nanti ikutan sakit karena gak makan."

Dan kemudian Billa mendengar samar-sama isakan kecil dari Aca, Billa memejamkan matanya. Tuhan, Billa ingin berteriak saja.

"Tapi aku-"

"Bagus mendingan ke kafetaria aja sama Silfi, biar aku yang jaga Aca. bentar lagi Rafa juga datang kok."

Dan kemudian Bagus berdiri diikuti Silfi, berjalan kearah Aca sambil menggandeng tangan Silfi. Aca masih memalingkan wajahnya membuat ketiga orang itu tak bisa melihat wajah Aca, tapi Billa tahu jika Aca sedang menangis.

"Geu ke kafetaria dulu, lo mau titip apa?"

Tak ada jawaban, Aca masih bergeming di tempatnya.

"Susu aja Gus, Aca harus banyak minum susu kalo sakit. Biar cepet pulih." Dan Bagus hanya mengangguk dan segera keluar dari kamar itu.

Setelah suara pintu tertutup terdengar, isakan Aca semakin terdengar dan tanpa di sangka Aca mendudukan tubuhnya lalu menarik Billa dalam pelukannya. Aca menangis dalam pelukan Billa, Billa pun sama ikut menangis. Billa tahu betul apa yang Aca rasakan, bahkan ia saja ikut kesal melihatnya.

"Billa hiks."

"Aca, sayangnya Billa jangan nangis hiks."

"Lo juga nangis Bill hiks."

"Soalnya lo juga nangis, Hiks"

"Yaudah kita nangis bareng-bareng aja hiks"

Dan biarkanlah kedua sahabat yang baru berbaikan itu saling berpelukan dan menangis bersama.

_________________________________________

Jangan lupa vote dan komentar yaaaa!!!

Betrayal of Love [LENGKAP☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang