Can't Smile Without You

23 6 1
                                    

Pemudi Bunuh Mantan Kekasih

By Hai Dhika on 8 Maret 2015 at 12.35 WIB

Jakarta – Polisi di Ibu Kota Jakarta meringkus seorang pemudi yang membunuh mantan kekasihnya karena latar belakang patah hati. Kapolrestabes Jakarta Komisaris Besar Zarkan di Jakarta, Minggu (8/3/15), mengatakan, pelaku membunuh mantan kekasihnya dengan cara memotong-motong bagian tubuhnya kemudian menyimpannya.

Tersangka Peri Putri Utami (20) warga Jalan Pramuka Jaya Raya, Jakarta Timur, melukai korban BMPP (26) warga Pondok Indah memakai pisau di rumahnya. "Setelah korban pingsan langsung di potong-potong bagian tubuhnya" kata Zarkan.

Korban dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Ia menuturkan tersangka mengaku hanya ingin senyumnya dikembalikan setelah ditinggal mantan kekasihnya tersebut. Ia juga merasa tidak bersalah atas perbuatannya.

Selama pemeriksaan, ia tidak berhenti tersenyum. Pihak berwajib akan memeriksa kondisi kejiwaan tersangka.

"Tersangka diamankan beberapa jam setelah kejadian di rumah korban. Bukti tas dan pisau tersangka juga masih ada di rumah korban. Polisi datang setelah mendapat laporan dari warga kalau ada keributan di sana" katanya.

Perbuatan tersangka itu selanjutnya dikenai pasai 351 KUHP tentang penganiayaan hingga menewaskan seseorang.

***

Aku melempar smartphoneku ke atas meja. Pun ku tempatkan punggung di sofa yang terasa semakin lama kian membakar dan mengiris tubuhku.

Kini, aku berada di sebuah ruangan berukuran 4 x 5 meter yang sempit dan penuh. Aku tengah bersama salah ke-3 teman dekatku di kampus. Dioni, Nadia, dan Ibay. Bukan salah teman, hanya salah 3 diantara beberapa.

Lampu penuh warna mencacah mataku tipis, memantul pada bola cermin yang menggantung di langit-langit. Kepalaku pening di buatnya, aku sangat benci berada diruangan ini. Aku tak lagi bisa tenang.

Kicauan parau dari beberapa kotak hitam yang cukup besar. Muncul senada dengan suara yang dikeluarkan siapapun. Siapapun yang bersuara di depan gagang hitam, dengan tali beraliran listrik yang menghubungi keduanya. Ketiga teman dekatku tengan berkaraoke. Mereka tak peduli keadaanku saat ini. Tak benar-benar peduli.

Aku masih duduk. Membiarkan telingaku dirasuki suara sumbang bertubi-tubi. Membiarkan mataku melihat pergantian cahaya yang mencolok dari layar kaca besar di hadapanku. Semua menyakitiku, selalu saja menyakitiku! Terus saja!

Sial! Semua berubah! Semua memang telah berubah semenjak hari biadab itu. Hari yang tak pernah ku bayangkan bisa terjadi.

Kemana separuh nyawa yang membuat aku hilang arah seperti ini? Jadi, begini ya rasanya tercuri kehidupannya?

Berulang kali, Dioni menarik tanganku dengan tenaga yang cukup kuat. Mereka semua memintaku mengeluarkan suara mengikuti irama. Mencoba menyundut tawaku, sengaja mencari pengalihan emosi dan pikiranku.Mereka tak sadar semua ini takkan berhasil.

Dioni menjelaskan padaku, bernyanyi cukup membuat emosi dapat terlampiaskan. Ahh! Persetan! Aku telah kehilangan suaraku, dibawa lari tanpa permisi.

Sudahlah! Lagu-lagu cinta?!

Berulang kali, Nadia mengajakku berbincang-bincang untuk mendengarkan kisah tragisku. Sudah ku katakan, percuma! Aku takkan merespon seperti yang mereka inginkan.

Percuma kan? Susah payah kalian membawaku secara paksa begini. Pergi ke tempat karaoke, menghabiskan waktu untuk hal tak berguna. Buang-buang waktu dan tenagaku saja.

Tak ada kisah yang kan kubagi, aku saja tak tahu apapun yang nyata dalam hidupku. Apalagi kalian? Tahu apa kalian tentang segalanya hidupku? Tahu apa kalian rasanya jadi aku?

I Can't Smile Without You (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt