11. Malam Minggu

Mulai dari awal
                                    

"Beli daleman!" Bebby menempeleng kepala Febrian, "Ya beli buku lah Bambang!"

"Gue juga tau kali kalo lo mau beli buku. Maksudnya gue itu, lo mau beli buku apa Sukijem!"

"Yeh ngengas!" kata Bebby ngengas, "Mau beli buku panduan biar dapet cogan," canda Bebby.

"Segitu nggak lakunya lo ya, Beb? Sampai beli buku kayak gituan." Febrian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pelet aja biar gampang."

"Niatnya sih pengin kayak gitu. Tapi, karena gue orang Islam yang taat sama agama, gue mau berjuang dengan jerih payah gue sendiri," jawab Bebby.

Febrian menggelengkan kepalanya. "Waras lo?" tanya Febrian.

"Waras! Yang nggak waras itu otaknya Pak Samudra yang nyuruh gue buat beli buku panduan matematika. Bukan gue aja sih, tapi satu kelas di suruh beli buku panduan matematika," jawab Bebby.

"Kenapa lo nggak bilang, kalo lo itu cuma sementara di sana?"

"Udah. Tapi dia malah bilang, buku itu bukan buat Bapak, buat kamu juga, blabalabala," jawab Bebby. "Udah ah jangan bacot terus! Ganti baju gih, habis itu berangkat."

"Emang lo nggak ganti baju?"
"Baju gue udah rapi, ya! Cepet gih sana ganti baju!"
"Ashiap, Bu Negara!"
"Gue tunggu di depan!"
"Ye!"

****

"Silakan mau pesan apa?" tanya pramusaji kepada Atarick dan teman-temannya dengan sopan. Pramusaji itu berdiri canggung di tengah-tengah orang-orang tampan.

"Baru geh urang ngedenge suara Teteh, ati abdi meni dag-dig-dug kos kieu," (Baru juga aku dengar suara Mbak, hati aku sampai dag-dig-dug seperti ini) gombal Haris sambil memegang dada kirinya.

Pramusaji wanita itu tersenyum manis mendengar gombalan dari Haris, pipinya merah merona.

Keenam remaja laki-laki itu tertawa. Tidak untuk Atarick yang hanya tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Pesen hati Teteh buat aku gimana?" goda Rakha.

Pramusaji itu menundukan kepalanya. Malu.

"Udah jangan digodain lagi. Kasihan yuh si Tetehnya malu-malu kucing," kata Panji menyudahi menggoda pramusaji di depannya.

"Mau pesan apa?" ulang pramusaji itu.

"Chiffon Cup Chocolate tujuh, sama vanillate satu. Kalian mau minum apa?" tanya Bayu. Biarlah ia yang memesan makanan malam ini.

"Thai tea green tea," pesan Panji.

"Oreo frappucino," pesan Rakha.

"Matcha latte," pesan Haris.

"Thai tea taro," pesan Gilang.

"Espresso dingin," pesan Atarick.

"Milk shake strowberry," pesan Trita.

Pramusaji itu mencatat semua pesanan Atarick dan teman-temannya, lalu pamit undur diri untuk menyiapkan pesanan mereka.

Tawa Bayu, Rakha, Panji, Gilang, dan Haris pecah saat pramusaji itu meninggalkan mejanya. Mereka tertawa dengan sangat keras membuat yang lain bertanya-tanya. Termasuk Trita, yang tidak mengerti kenapa teman-temannya tertawa.

"Serius lo mesen itu, Tri?" tanya Haris masih dalam mode tertawa.

Trita mengangguk bingung. "Iya, emang kenapa?"

ATARICK [OFF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang