11•Goodboy

Mulai dari awal
                                    

"Ehh bukan rempong, mereka terheran-heran aja tiba-tiba lo yang mula gak suka sama Teza, sekarang jadi deket gitu"

"Haha" Nata hanya merespons oleh ketawa dibuat-buat.

Beralih ke Aga, cowok itu kini menatap Nata secara menyelidik, "Beneran deket sama si Teza?" Tanyanya.

"Ya"

"Kalo lo sampe jadian sama si Teza, gue bakal marah atau perlu pindah sekolah. Sekalian gue omongin semua ke barbaran lo pada mama."

Orang-orang yang berada di meja makan tersebut lantas menoleh pada Aga yang berkata terdengar seperti tidak bercanda.

Aga satu sekolah dengan Nata di SMA Perjuangan. Nata melarang keras Aga untuk satu sekolah dengannya. Walaupun adiknya itu terlihat cuek, tapi terkadang di belakang dia adalah CCTV berjalan suruhan Mama dan abangnya, melaporkan semua tingkah laku Nata adalah hobinya. Hal tersebut yang membuat Nata tidak mau satu sekolah dengan Aga.

Raut binging tercetak di dahi Dirga, lalu dia menubruk bahu orang di sampingnya, Aga.

"Ngomong apa lo?"

"Hah?"

"Barusan ngomong apa? Sampe pindah sekolah, maksud? Gue orang paling setuju kalo Nata pacaran sama Teza, nah lo kenapa malah sebaliknya?"

Aga tidak menjawab pertanyaan Dirga, ia malah menatap Nata dengan tatapan sulit diartikan. Aga terlihat sekali sedang memikirkan sesuatu.

"Acara kampus gimana?" Menghiraukan adiknya yang aneh Nata bertanya pada Dirga.

"Nanti sore nyusul ke sana" jawab Dirga seadanya.

Nata seketika tersenyum. Dirga yang melihat itu langsung saja mencibir "Giliran gue pergi senyum-senyum, udah acara kampus lama lagi." Dirga menoleh pada Aga, "Jaga kaka lo baik-baik jangan sampai dia pergi lagi, dan lo berdua Ringgo Kresna juga pantau terus adik cewe gue, satu lagi jaga rumah."

"Siap bosku" jawab Ringgo.

Menggulung bibirnya ke dalam Dirga lakukan sekarang, jari-jarinya terus sibuk mengetuk-ngetuk meja, satu tangannya ia letakan di bahu Aga.

"Tau dari bi Lily, emang bener seminggu kamu pergi ke Jogja?" Tanya Dirga pada Nata, ia belum sempat meinterogasi kepergian Nata karena lupa. "Ngapain?"

"Iya. Biasa" jawab Nata.

"Liburan? Ngetrail sama om?" Dirga seolah tahu semuanya.

"Ngetrail?" Ulang Ringgo.

"Mau minta diajarin?" Kata Kresna.

"Ide bagus" kata Ringgo.

"Ziarah ke makam kake" kilah Nata.

"Halah, gue gak bego" hardik Dirga.

"Logika aja, masa ziarah sampe seminggu" cibir Aga.

Nata membulatkan matanya garang, "Gue ngetrail, emang masalah?" Tekannya sok galak.

Dirga menaikan alisnya sebelah menyikapi adiknya yang mulai ngegas, sedangkan Aga terus asik mengunyah menikmati buah-buahan segar.

"Waduh, mulai nih" Dirga tersenyum kecut.

Brak

Dirga menggebrak meja dan Nata spontan bergeming menundukan kepalanya, marahnya Dirga itu lah kelemahan Nata. Tatapan Dirga kalau marah benar-benar menyeramkan. Sama dengan Aga yang sempat terhenti mengunyah.

Memahami situasi Ringgo dan Kresna berdiri berniat pergi. Tanpa berpamitan mereka pun langsung melenggang keluar rumah.

"Lo cewe, jaga sikap sama ucapan lo se lembut mungkin" lanjut Dirga. Di meja makan menyisakan tiga saudara tengah memanas.

"Belajar jadi cewe yang bae sana" timpal Aga.

"Oh gue tau, bahu lo yang sakit pasti luka akibat ngetrail kan?" Spontan Aga teringat bahu yang pernah ia pegangnya.

Aga benar-benar mulut ember, dan Nata merasa gemas ingin sekali mencakar giginya si Aga.

"Gak hanya bahu, Ga. Lo lihat lehernya juga luka" balas Dirga. Dia sempat dikasih tahu Teza.

"Waw" Aga bertepuk tangan heboh.

"Banyak omong banget. Mau ngelakuin apa kek, luka kek, toh gak ada yang peduli juga." Nata merasa geram oleh kedua cowok itu.

"Ternyata bener kata mama, lo sekarang makin berubah ya Nat, makin ngebangkang" desis Dirga. Dia sudah tau dari Manda kalau Nata sempat kena tamparan dua kali. "Apa karena pengaruh cowo lo, jadi kayak gini?"

Nata lantas menatap Dirga intens, "Gak punya cowok"

"Si dia mau lo kemanain?" Tanya Dirga.

"Cie clbk lo, kak?" Aga mengerinyai menjijikan pada Nata.

"Gak lah, mana mau dia" cela Dirga.

"Clbk? Gue gak pernah pacaran" ungkap Nata begitulah kenyatannya.

"Kayanya gue gak salah, deketin lo sama Teza adalah jalan keluarnya" tutur Dirga.

"Cakep" seru Teza yang tengah berjalan menghampiri, dia baru datang.

Aga lantas melambaikan tangan bertanda tidak setuju "Ngga, Kak mendingan lo jauhin Teza dari sekarang" serobot Aga seraya menunjuk-nujuk muka Teza.

Teza, cowok berbalut hodie putih itu langsung ikut nimbrung dengan mendaratkan pantatnya di kursi kosong sebelah Nata.

Spontan Dirga mendelik pada Aga, "Maksud lo apa Samsul?" Tudingnya. Tak terima, jelas-jelas dia setuju kalau Nata lebih dekat dengan Teza dibanding cowok luar lainnya.

Nata yang menjadi topik perbincangan masih terdiam tak berniat ikut berceloteh, ia sempat melirik Teza, tapi Teza sama sekali tidak balik meliriknya.

"Karena dia cowok gak bener" ucap Aga sambil menatap tajam Teza.

Saat itu juga Teza membuang mukanya tak mau bertatapan dengan Aga.

"Ngaur" tandas Dirga.

Dan Nata mencolek tangan Teza kemudian Teza menoleh.

"Cowok gak bener?" Nata seraya memainkan bibirnya, manyun ke kiri manyun ke kanan. Menjijikan!

"Gue goodboy!" Jawab Teza mantap.

"Ke cewek lain juga gitu jawabnya, gue goodboy" cibir Aga bernada memperolok-olokan Teza. "Basi lo Abdul" pungkasnya lalu beridiri dan pergi begitu saja.

Nata bangkit dari duduknya, berniat mengikuti Aga. Baru saja ingin melangkah, lengan Nata ditarik kuat oleh Teza sampai-sampai ia terduduk kembali di kursi semula.

"Apa?"

"Kemana?"

"Kamar, mau ikut?"

"Sebuah drama apa pagi ini, Tuhan?" seru Dirga sudah berasa menjadi kamcong.

Ponsel milik Teza berdering, cepat-cepat ia membukanya. Disana terdapat sebuah panggilan dari seseorang yang tidak dinamai, melainkan hanya tertera emoji seekor monyet (🐒). Nata yang tak sengaja melihat itu sempat mengernyit.

"Angkat telepon dulu." Teza pun berjalan menjauh guna mengangkat panggilan.

Hasrat begitu kepo Dirga berniat mengikuti Teza untuk menguping, langkahnya terhenti saat Nata menggelengkan kepala kepadanya.

Tbc.

HUT ke-75 RI.

Selamat ulang tahun untuk Indonesia ku tercinta yang ke 75.

Indonesia adalah sebuah bukti bahwa perjuangan tidak akan mengkhianati hasil.

Kemerdekaan Indonesia adalah saksi bahwa menyerah hanya untuk orang-orang yang berjiwa kalah.

Semoga indonesia selalu merdeka, Dirgahayu Republik indonesia.

Intan

NATARO HITAM PUTIH [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang