"Noe!" seru Wisnu. Noe dan teman-temannya menoleh.
"Noe mau mancing ya?" tebak Wisnu karena ingat ucapan Noe tadi pagi. Noe hanya mengangguk sementara temannya yang lain nampak heran dengan Wisnu.
"Kalau dapat ikan, Om bagi ya," canda Wisnu. Tapi anak-anak itu menanggapi serius.
"Enak aja, kita aja susah dapat ikannya mau minta." Wisnu kaget mendengar jawaban itu dari salah satu teman Noe. Lalu nampak Noe menggatak kepala temannya yang paling tinggi sampai si bocah laki-laki itu manyun dan mengusap kepalanya. Wisnu terkekeh melihat tingkah Noe yang seenaknya menggatak kepala temannya.
"Doain aja biar dapat, Om. Soalnya selama kita mancing belum pernah dapat ikan," jawab Noe yang membuat Wisnu shock lalu tertawa terbahak-bahak. Noe dan temannya merasa kalau Wisnu sudah mulai gila, mereka pun lantas pergi dari sana saat Wisnu masih asik tertawa.
Begitu selesai tertawa Noe dan kawan-kawan sudah lenyap.
Wisnu pun geleng-geleng kepala dan masuk ke dalam rumah kembali. Saat ia masuk ia melihat sang istri tengah duduk sembari memijit kepalanya. Wisnu dengan cepat menaruh tempat sampah dan menghampiri sang istri.
"Kamu pusing lagi, San?" tanya Wisnu sembari membantu memijit kepala sang istri.
"Aku capek ngerasain mual dan pusing, Nu."
"Aku minta maaf, ya, aku minta maaf."
"Aku harus berhenti sekolah karena hamil, dan sekarang aku cuma berdiam diri di rumah dan ngerasain mual muntah tiap hari, capek aku ...." Santi nampak menangis karena merasa lelah. Wisnu mengecup kening Santi dan meminta maaf berkali-kali.
"Aku tahu aku salah, aku minta maaf, aku khilaf, San."
"Kalau tahu begitu aku nggak mau dulu pacaran sama kamu, kamu itu buat hidupku jadi hancur. Rumah ini aja kalau bukan Papa ku yang belikan mana mungkin kamu sanggup beli?"
"San, aku minta maaf, tapi aku janji, aku akan kerja dan buat kamu bahagia."
"Kerja? Kamu aja masih kuliah siapa yang mau nerima kamu?"
"Aku akan berusaha kok, San, kamu dukung aku aja, ya?" Santi tak menjawab ia malas berdebat dengan Wisnu yang keras kepala. Ia memilih untuk masuk ke dalam kamar dan menenangkan pikirannya.
Ia merasa kesal karena harus mengalami hal ini, kenapa dulu ia mau di bujuk rayuan setan Wisnu. Kenapa mereka harus melakukan hal itu? Begini sekarang akibatnya. Santi benar-benar menyesal telah kenal dengan Wisnu, padahal banyak hal yang harus ia lakukan untuk mendapatkan kesuksesan. Tapi, lihat sekarang? Ia hanya hamil dan tinggal di rumah yang berdempetan dengan tetangga dan itu membuat Santi tak nyaman berasa di sini.
****
Noe malam ini tengah belajar di ruang tamu seorang diri karena Novi belum pulang. Hal seperti ini memang sudah biasa bagi Noe, sendiri dalam rumah dan belajar adalah kebiasaannya.
Kadang jika bosan ia akan mencoret-coret buku hingga menjadi sebuah bentuk entah itu bintang, bunga atau hanya sebuah lingkaran, ia coret-coret hingga ia merasa puas. Tapi, malam ini ia merasa bosan dan akhirnya ia keluar dari rumah dan duduk di teras melihat kegelapan malam yang hanya di terangi beberapa lampu teras dan lampu jalan.
Di komplek nya ini masih jarang orang berlalu lalang karena mereka lebih memilih beristirahat di dalam rumah dan bercengkrama dengan keluarganya tidak seperti Noe yang hanya seorang diri di rumah dan saat sang Tante pulang maka Noe akan terlelap di dalam kamarnya.
Sampai sekarang Noe tidak tahu apa pekerjaan sang Tante. Ia hanya mengangguk dan mendoakan sang Tante setiap berangkat kerja. Noe mulai merasa ngantuk dan hendak masuk ke dalam rumah, namun, langkah nya terhenti saat melihat pintu rumah Wisnu terbuka.
Noe melihat Wisnu keluar dengan asap rokok yang mengepul di bibirnya.
"Om ngerokok?" Wisnu hampir loncat saat mendengar suara Noe yang tiba-tiba itu. Noe tergelak lumayan keras begitu melihat ekspresi Wisnu. Wisnu yang ketahuan merokok langsung buru-buru membuang rokoknya dan mematikannya dengan kaki.
"Kok Noe belum tidur?" tanya Wisnu menghilangkan canggungnya karena ketahuan merokok oleh anak kecil.
"Belum ngantuk," jawabnya.
"Tante mu udah pulang?"
"Belum."
"Jadi Noe sendiri?"
"Iya." Wisnu agak tersentak mendapati kabar itu.
"Nggak takut?"
"Nggak, kan, banyak boneka dan robot Noe, kenapa harus takut." Wisnu tersenyum haru mendengar jawaban polos Noe.
"Anak hebat," puji Wisnu.
"Aku anak imut yang jahil, bukan baik atau hebat." Wisnu tergelak begitu ingat perbincangan mereka kemarin yang masih di ingat dengan jelas oleh Noe.
"Noe masih kecil kenapa pinter banget sih ngomongnya?"
"Noe bukan anak kecil, Om ...."
"Oh, ya, lupa anak dewasa ya?" ledek Wisnu.
"Iya," jawab Noe membenarkan dan itu justru membuat Wisnu menahan tawanya. "Mana ada anak dewasa, Noe Noe ...."
Wisnu bersandar di tembok rumahnya yang berarti tembok rumah Noe juga. Jarak mereka hanya sejarak 2 jengkal saja dan di batasi tembok seleher Noe dan sebatas pinggang Wisnu. Karena Wisnu memang termasuk tinggi.
"Om ...."
"Ya?"
"Om mau punya anak ya?" Wisnu menoleh ke arah Noe dengan heran.
"Tau dari mana?"
"Istri Om muntah-muntah"
"Memang kalau muntah sudah pasti hamil?"
"Iya," jawab Noe cepat tanpa keraguan dan itu membuat Wisnu tidak kuat untuk tidak tergelak.
"Kok yakin banget?" tanya Wisnu setelah berhasil menguasai diri.
"Karena Tante ku setiap pulang muntah tapi tidak ada dedek bayi. Karena kata Tante tidak ada suami."
"Jadi menurutmu kalau istri Om muntah pasti hamil karena ada suami, yaitu Om?"
"Iya."
"Hahaha iya deh, kamu bener."
"Seneng nggak, Om?"
"Seneng Om bakal punya anak?"
"Iya."
"Ya, senenglah."
"Tapi kenapa muka Om suka sedih kalau keluar dari dalam rumah?" Wisnu tersentak mendengar itu. Ia mengalihkan perhatiannya dan melihat halaman rumahnya yang masih nampak kosong dan agak kotor karena banyak daun kering.
"Om?" Wisnu tersentak dan tersadar karena baru saja melamun.
"Hanya perasaan kamu aja."
"Kata Tante nggak boleh bohong, Om." Wisnu kembali menatap Noe dan tersenyum kecil. Ia usap kepala Noe dengan lembut.
"Tidur, gih. Udah malam, Om juga mau masuk ke dalam."
"Om."
"Apa?"
"Jangan sedih ya." Wisnu terdiam sesaat. Ia lalu tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya.
"SIAP!!" Noe tertawa seketika melihat Wisnu hormat sembari teriak siap. Wisnu ikut terkekeh dan menyuruh Noe untuk masuk ke dalam karena sudah larut malam. Noe pun menurut dan masuk ke dalam rumah.
Begitu Noe masuk Wisnu langsung merasa malu. Malu pada dirinya yang bahkan di nasehati oleh seorang bocah usia 8 tahun. Ia menatap pintu rumahnya yang tertutup rapat. Kenapa saat di luar rumah ia merasa tenang dan nyaman dan saat ia masuk ke dalam rumah justru merasa penat dan kesal?
Tidak, Wisnu tidak boleh berfikir jahat seperti ini. Ia pun masuk ke dalam rumah setelah melatih wajahnya untuk tersenyum seperti anjuran Noe tadi. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya sudah tidur dalam posisi miring.
Ia naik ke ranjang dan memeluk Santi.
"Aku sayang kamu, San maafkan aku ...." Wisnu mengecup pipi Santi dan tidur menghadap arah yang berlainan dengan Santi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku sayang, Om (Tamat)
RomanceTersedia di playstore dan KBM Noelia atau biasa di sapa Noe. Gadis mungil berusia 8 tahun kelas 2 Sd, hidup tanpa kedua orang tua dan hanya tinggal dengan Tante Novi yg berusia 30 tahun, single. Noe adalah anak yang ceria walau ia kekurangan kasih...
Part 2
Mulai dari awal