Catch Me If You Can : 2

433 57 4
                                    

Mina POV

Aku masih tertegun disana, menuangkan air minum ke dalam gelas yang masih ku pegang. Lamunanku malam ini dibawah temaram lampu dapur tempatku berdiri semakin menjadi-jadi. Teringat akan isi ancaman itu dan tentu saja si peneror juga. Rasa takut dan cemas sudah memenuhi pikiranku. Ku teguk air yang ada dalam gelas hingga membasahi seluruh kerongkonganku. Entah ini perasaan takut atau perasaan lainnya, aku merasa tidak nyaman sekarang. Lampu dapur mulai berkedip-kedip menambah kengerian. Aku masih berusaha berpikir positif namun kegelisahan ini semakin tak mampu ku kuasai lagi.

Glup.. Ku telan air ludahku sendiri. Seperti ada seseorang mengawasiku dibalik kegelapan. Apa dia sekarang disini?

Bulu tengkuk ku terasa merinding. Aku menoleh ke belakang, tidak ada siapa-siapa. Dan, praaaang!! Gelegar gelas pecah yang tergelincir dari peganganku. Pecahan gelas menghambur seperti kristal di lantai, air yang tersisa di dalam membanjirinya. Kakiku melemah, mulutku masih menganga. Sosok hantu Park Sung Jin menghantuiku. Dia ada disini di hadapanku baru saja.

Aku tersontak terbangun dari mimpi. Peluh membasahi seluruh tubuhku. Teriakan yang diikuti dengan nafas tersenggal-senggal berpacu dengan denting jarum jam. Ku lihat sekeliling. "Ahh,, hanya mimpi", legaku. Aku kembali bersiap menarik selimut untuk melanjutkan tidurku. Tiba-tiba selimut yang sebagian menutup tubuhku seolah tak mau ku tarik. Ini terasa berat.

"Arrrrrrgggggghhhhh!!! ", teriakku terbangun dari mimpi untuk kedua kali. Hantu Park Sung Jin benar-benar sudah menghantui pikiranku. Ini mimpi buruk yang paling mengerikan. Aku butuh kamu Son Chaeyoung.

****

Seminggu sebelum pernikahan Nayoen.

Akhirnya aku kembali. Seoul kota yang aku rindukan. Sudah sekitar empat tahun terakhir kali aku kesini. Aku bukanlah keturunan Korea Selatan, kedua orang tuaku adalah orang Jepang. Mereka adalah seorang pebisinis yang sering berpindah negara. Aku lahir di Amerika meski begitu masa kecilku dihabiskan di Jepang dan Korea. Ketika usiaku memasuki masa SMA mereka mengirim ku ke Los Angeles. Aku cukup mahir menggunakan bahasa Jepang - Korea. Sekarang aku adalah mahasiswa tingkat tiga.

Rasa jetlag membuatku sedikit pusing, aku masih duduk di area tunggu bandara Incheon. Ku letakkan koper disisi kanan dan membuka layar ponsel. Ku cari-cari nama kontak di ponselku. Tertera nama Kak Nayoen di layar ponselku kemudian ku pencet tombol memanggil. Terdengar dering di ujung telpon sana. Tak ada tanggapan. Ku coba memanggil ulang.

"Kak? ", sapaku ketika dia mengangkatnya.
" Aduh, Mina-ya maafin Kakak telat. Disini kakak kejebak macet. Ini kakak sudah masuk ke area bandara. Tunggu lima menit ya", terangnya terdengar buru-buru.
"Ya, Kak" , jawabku singkat.

Ku matikan sambungan telphone dengan Kak Nayoen. Kak Nayoen adalah kakakku yang paling tua, kami dua bersaudara. Aku sangat merindukan kakakku yang satu ini. Meski dia adalah kakak angkat, dia sangat menyayangiku seperti saudara kandung. Orang tuaku mengadopsinya ketika aku berusia empat tahun dan dia enam tahun. Ikatan antara kami sangat kuat, orang tak ada yang menyangka jika dia adalah kakak angkat ku.

Ku periksa di galeri ponsel, ada gambar kami berdua ketika aku masih duduk di SMP. Saat itu kami berdua berlibur di pantai bersama. Sejak aku pindah ke luar negeri Kak Nayoen sering sekali menghubungiku hanya sekedar bertukar cerita. Ah, Kak, aku sayang kamu.

Setelah lima menit menunggu, sosok Kak Nayoen sudah berdiri di hadapanku.
"Maafin Kakak ya, Mina-ya. Jangan bilang ke Mama dan Papa", ucapnya dengan senyuman khas miliknya. Giginya yang seperti kelinci memcuat membuatnya makin cantik. Ku dongakkan kepala dan menatap dirinya yang membungkuk ke arahku. Aku berdiri dan langsung melayangkan pelukan. " Aku kangen Kakak", seruku. Dia membalas dengan tawa kecil.

I LOVE YOU, THEN : MICHAENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang