Marah

4 0 0
                                    

Pernahkah kalian merasa sangat marah? Saya jamin kita semua pernah. Lalu bagaimana jika marah dengan Tuhan? Saya tak tahu dengan itu tapi saya pernah. Berkali-kali sampai saya sendiri lelah untuk marah pada Tuhan. Salah satunya akan saya ceritakan setelah ini. Sebelum itu ada baiknya bahwa ini adalah pemikiran pribadi saya sendiri.

Bayangan hidup kuliah pasti akan menyenangkan dan itu yang saya pikirkan dulu waktu saya SMA. Bayangan itu memang benar adanya. Saya bisa benar-benar bebas memilih apa yang akan lakukan apalagi saya kuliah di kota orang. Menyenangkan juga bisa bebas melakukan apapun pada awalnya.

Suatu saat saya mengikuti sebuah kegaitan yang berhubungan dengan isu-isu lingkungan, sosial, dan politik di kota itu. Saya mengenali orang yang sekarang menjadi teman saya. Sebut saja namanya Api. Saya beri nama itu karena dia orang yang seperti api. Tidak ada alasan tambahan untuk menjelaskan hal itu.

Seiring jalannya waktu saya menganli teman-teman baru. Bisa dibilang itu karena dia. Beruntung sekali bukan? Haha aku merasa beruntung. Tapi perlu pembaca ketahui saya mengenal teman-teman baru juga dengan hal yang tak masuk akal. Saya kenal mereka karena isu penggusuran sebelah kampus dan baru saya sadari bahwa sayapun tidak bisa berguna. Saya tidak bisa melakukan apa-apa.

Lalu apa hubungannya dengan saya marah dengan Tuhan? Itu karena dia membairkan warga penghuni di sebelah kampus digusur. Ia tidak memberikan suatu pertolongan apapun bagi mereka. Saya baru tahu jika Tuhan bisa setega itu. Gila! Pikirku waktu itu. Orang-orang baik ini tidak boleh tinggal di tanah ciptaan-Nya. Saya pun mempertanyakan itu. Tentang bagaimana bisa Tuhan memiarkan semuanya terjadi. Katanya Tuhan akan menghukum orang-orang yang bersalah seperti Tuhan menghukum orang-orang Sodom atau Firaun yang menentang Musa.

Apakah karena warga disana bersalah karena menempati tanah yang kosong? Tanah yang katanya dimiliki oleh sekelompok orang yang bahkan kami tidak pernah tahu dimana sertifikat ataupun apakah sertifikat itu asli atau palsu. Lalu saya bertanya kembali. Untuk apa Tuhan menciptakan alam dan isinya jika nantinya cuma dikuasai oleh sekelompok kecil orang? Itu semua karena kehendakNya kata orang-orang. Tai Kucing batinku sambal tersenyum karena perkataan bodoh itu.

Saya marah kepada Tuhan karena itu. Di sisi lain sekelompok kecil yang menguasai tadi Cuma memperbudak orang lain untuk keuntungannya sendiri. Mereka mempekerjakan orang banyak dengan upah yang sangat rendah untuk keuntungan. Lalu mereka dijaga oleh negara, hukum, dan aparatnya. Apa karena mereka sangat kaya lalu menjadi baik dan tidak bersalah di mata Tuhan? "Tapi mereka memberikan penghidupan orang banyak" kata orang-orang lagi.

Memang untuk sistem saat ini benar bahwa dengan uang orang-orang dapat hidup. Oleh karena itu diberi upah sama dengan bisa hidup. Sungguh baik ya penguasa itu. Tapi kalian lupa satu hal, para penguasa tidak dapat hidup dan tidak akan mendapat keuntungan dari apa yang mereka lakukan jika para pekerja mereka tidak ada. Bisa dibilang bahwa hidup para penguasa sebut saja pemodal itu bergantung pada pekerjanya.

Kejam sekali sistem sekaran ini, pikirku. Bagaimana mungkin tanah dan penghidupan di dunia dikuasai dan diatur oleh manusia itu sendiri? Dan jika ada orang yang menentang itu semua, orang itu dianggap sebagai pengganggu, pembuat onar dan lain-lain. Di mana Tuhan saat itu? Yang ada malah para pengikutnya bilang "Apa kamu mecoba menentang Tuhan? Ini semua kehendakNya dan kamu harus bersyukur hidupmu baik-baik saja." Lagi-lagi orang yang menentang itu disalahkan. Apa semua karena hak atas uang? Uang menjadi tumpuan kehidupan. Uang menjadi segalagalanya saat ini. Uang bisa digunakan membeli tanah, bersekolah, mendirikan pabrik, dan yang lainnya. Sedangkan orang yang tidak punya uang mereka makan tidak tentu, tidur tak tentu dimana, sekolah tidak bisa.

Orang-orang mempunyai uang bisa sekolah dengan lancer sedang orang miskin lebih mementingkan perutnya daripada sekolah. Lalu orang miskin dianggapnya tidak berpendidikan lalu dicap sebagai orang bodoh. Saat dia dicap orang bodoh dengan tidak mempuanyai ijazah itu bekerja apakah pemodal mau memberi upah layak padanya? Ia hanya diperas tenaga dan pikirannya untuk bekerja melayani tuannya. Gila sekali sistem ini, pikirku lagi. Lalu dimana Tuhan berada? Kenapa Tuhan tidak menguhukum para pemeras tenaga dan pikiran orang lain? Apa karena mereka kaya? Apa karena mereka memberi penghidupan kepada orang banyak yang sebenarnya itu omong kosong? Yang paling menyedihkan adalah saya tidak bisa melakukan apa-apa

Itulah mengapa saya marah kepada Tuhan berkalli-kali. Sejak saat itu pula saya percaya bahwa memang sebuah fakta Tuhan itu ada. Tapi agama semakin lama semakin mengaburkan hal itu. Agama menjadikan orang terpecah belah. Bisa kita lihat bahwa orang-orang beragama sekarang malah semakin menjauhi nilai-nilai kebaikan. Mencap salah kepada orang lain yang bertentangan itulah budaya kita sekarang. Kenapa Tuhan menjadikan manusia sebagai seperti ini?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dunia yang Menjadi GilaWhere stories live. Discover now