Vano kini menatap Githa tepat di matanya. Seperti bisa membaca kebingungan yang di alami Githa. Jawaban Vano sedikit mengejutkan bagi Githa.
"Hidup sebagai pujaan hati semua orang tuh gak semenarik itu." Jelas Vano.
Githa menghela napas lelah mulai tidak suka dengan pembahasan mereka. Merasa dirinya tidak seharusnya tau sisi lain dari kakak teman sebangkunya itu. Tiba-tiba saja Githa tersadar, kenapa juga dia jadi duduk di sini bersama Vano dan membahas hal pribadi? Mereka kan tidak sedekat itu...
Tapi tak ada yang tahu ke depannya bukan?
Mendadak suasana di antara keduanya menjadi canggung. Dan Vano yang sadar hal itu terlebih dahulu, berusaha mencairkan suasana kembali. Untuk kedua kalinya, Vano berdeham.
"Lo gak balik?" Tanya Vano.
Githa mengecek jam yang melingkar di tangannya sekilas. Kemudian menoleh dan menjawab, "Gak kayaknya. Gue ada janji sama Kea di kafe Lily setengah jam lagi."
"Oh... Gue juga mau ke sana, lo mau bareng gue?" Tawar Vano ragu-ragu.
Githa bangkit dari duduknya dan menatap Vano tersenyum. "Gak deh makasih. Nanti gue dikeroyok fans lo lagi gara-gara mereka liat cowok impiannya bareng cewek lain."
"Btw, makasih buat tablet vitamin c yang di perpus kak. Gue duluan!" Sambung Githa kemudian melangkah ke arah tangga yang menuju lantai 15 perpustakaan.
Tanpa mereka berdua ketahui, beberapa menit sebelum percakapan keduanya berakhir. Ada sepasang mata yang mengawasi keduanya. Orang tersebut pergi meninggalkan rooftop sore itu dengan tersenyum mencurigakan.
Bener dugaan gue, Vano tertarik sama maba Annabelle itu, Ucap orang itu dalam hati sambil memandangi punggung Vano dan Githa sebelum akhirnya berlalu.
Ya, orang itu adalah Rion, sahabat Vano.
***
Githa kini sedang dalam perjalanan menuju kafe tempatnya dan Kea akan bertemu. Saat ponsel di saku celananya bergetar. "Ya, Dhis?" sapa Githa sambil meneruskan kembali perjalanannya ke Kafe.
Dhisty di seberang sana baru saja sampai di kost-annya kemudian bertanya, "Lo dimana?"
"Gue lagi jalan mau ke Kafe Lily deket kost-an. Ada janji sama Kea, kenapa emangnya?" Tanya Githa penasaran karena tidak biasanya Dhisty akan bertanya tentang keberadaannya.
Benar saja ada sesuatu pastinya, sebab baru saja saat Dhisty masuk ke lingkungan kost-annya bersama Githa itu. Dhisty melihat seorang laki-laki yang dikenalinya sebagai sahabat kecil Githa berada di depan pintu gerbang kost.
"Ada Alistair, di depan kost-an. Pastinya dia nunggu mau ketemu lo kan, gamungkin gue," Jawab Dhisty.
Githa banyak mengerutkan kening karena bingung sepertinya untuk hari ini. Bagaimana tidak? Seingat dirinya, Alistair sahabatnya itu tinggal di Jogja. Lalu kenapa hari ini ia ada di depan gerbang kost-annya? Di Bandung dan tanpa mengabari Githa terlebih dahulu.
Githa berpikir sejenak, dirinya sudah janji dengan Kea tetapi juga penasaran ada apa sampai Alistair tiba-tiba menghampirinya di Bandung. "Halo, Gith?"
Githa tersadar harus memberikan jawaban pada Dhisty, "Lo sibuk gak Dhis? Kalo enggak, lo ajak Alistair ke Kafe Lily, okay? Udah dulu ya, gue udah sampe nih. Gue tunggu disini."
"E-eh, Gith!"
Tut! Tanpa menghiraukan apa yang ingin di ucapkan Dhisty setelahnya, Githa memutus sambungan dan masuk ke dalam Kafe.
Kafe di sore menjelang malam itu tampak sedikit ramai. Maklum saja, besok adalah hari Sabtu. Tandanya besok weekend telah tiba. Mata Githa terus menyusuri ruangan yang kebanyakan diisi oleh muda-mudi sepertinya yang mengerjakan tugas ataupun hanya sekedar berbincang.
YOU ARE READING
Si Vis Amari Ama
Teen FictionBenang yang mengikatmu lebih dari takdir ini, bagaimana akhir dari simpulnya? Akankah ada akhir bahagia, untuk dirimu yang pernah ditinggalkan dan takut ditinggalkan? Kisah ini terlalu rumit untuk hanya sekedar kisah cinta...
04- This Feeling (?)
Start from the beginning