23 The story

Mulai dari awal
                                    

"Percayalah, semua akan baik-baik saja seperti katamu."
Aku berbalik dan memeluknya, kata-kata semuanya akan baik-baik saja nya itu membuatku merasa sangat baik.

"Berjanjilah untuk tetap di sisiku walau apapun yang terjadi."
Aku mendongak menatap wajah nya.

"Aku janji."
Ucapnya mencium keningku.

Aku selalu suka berada di pelukan Satria yang kelewatan nyamannya.

"Oh ya soal tadi pagi itu, aku ingin tanya padamu bagaimana jika memang ada seseorang yang kau cintai di masa lalu dan saat ingatanmu pulih dia kembali, apa yang akan kau lakukan? tetap bersamaku atau pergi dengannya?."
Kali ini Satria benar-benar serius bertanya.

"Tentu saja aku akan tetap bersamamu."
Jawabku yakin sambil mendongakkan kepala menatap wajah nya.

"Kenapa?."

"Di luar dari aku mencintaimu atau aku mencintai nya, ini juga soal dia ada atau tidak disaat aku membutuhkannya, kalau dia memang mencintaiku kenapa dia tidak datang saat aku sakit padahal harusnya dia ada bersamaku, bukan salahku kalau aku jatuh cinta lagi."

"Kau benar-benar titisan Satria Bhaskara."
Satria mengacak rambutku dengan girang.

Aku memeluknya lagi dengan erat.

Setiap hari bersama Satria membuatku terpengaruh oleh sifat-sifatnya, Satria bilang bicara ku itu sangat mirip dengannya dan caraku menyelesaikan sebuah masalah itu sama seperti dirinya juga.

"Aku lapar."
Suara itu membuatku tersadar dari pelukan ternyaman itu.

"Maaf, kau tahu aku ini suka sekali di peluk."

"Sebenarnya aku juga ingin dipeluk sampai besok tapi perut ini sudah keroncongan."
Aku tertawa mendengar ucapan nya yang terdengar menggoda tapi sangat jujur.

Satria membeli makanan junk food, tadinya dia tidak suka makanan jenis ini tapi karena tertular dariku lama-lama dia suka, ternyata dia juga terpengaruh dengan gaya hidupku.

Selesai makan kami duduk di sofa sambil menatap langit sore yang indah lalu tiba-tiba ponsel Satria berbunyi dari dalam kantong jaketnya yang ia lepas sejak kami samlai, aku mengambilkan jaketnya yang ada di dekatku. Saat aku mengambil ponsel milik Satria yang ada di kantong jaket itu sesuatu jatuh ke bawah, sesuatu yang berasal dari jaket itu juga. Satria tidak memperhatikan itu dan langsung mengangkat panggilan yang sepertinya dari atasannya. Aku mencari keberadaan benda yang jatuh itu dan ternyata benda itu adalah buku harian Satria pernah aku baca waktu itu.

"Kau masih membawa ini kemana-mana?."
Tanyaku setelah Satria menutup teleponnya.

"Buku itu bagian dari hidupku walaupun kisah di dalamnya sudah aku kubur bersama semua kenangan masa laluku."

"Kalau aku ingin mendengar cerita ini boleh tidak?."

"Kau ku ingin aku menceritakannya? bukankah kau sudah pernah membacanya?."

"Kau salah,aku hanya membaca bagian depannya saja karena menurutku tidak sopan jika membaca keseluruhan."

"Tapi kau sudah membacanya bukan, jadi tetap saja kau tidak sopan."

"Kau mau bercerita tidak, kalau tidak ya sudah."
Ucapku sedikit merajuk.

"Sebenarnya aku tidak ingin mengungkit kisah ini lagi tapi baiklah aku akan menceritakannya untukmu karena aku ingin memulai hubungan kita dengan terbuka."
Dia mengambil buku hariannya dari tanganku.

"Baiklah,ayo cerita."

Satria sudah bersiap untuk bercerita.

****

Endless Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang