Pernah beberapa hari yang lalu Bella mendengar Nia tengah membicarakan rencana studi lanjut Daniel di luar negeri setelah program pertukaran pelajar ini usai. Bella tak membicarakan ini pada Daniel, ia tak ingin Daniel semakin membenci ibunya dan membuat hubungan ibu dan anak itu menjadi tak harmonis.
Harapan Bella akan memiliki momongan dalam waktu dekat juga harus ditutup rapat-rapat saat melihat Daniel justru akan lebih sibuk setelah ini.
Bella teringat akan nasihat Ibunya yang awalnya menentang rencana pernikahan Bella dengan laki-laki yang masih terhitung remaja itu. Namun keyakinan Bella akan Daniel mengalahkan rasa khawatir yang justru ia alami saat ini.
***
"Anjir, gue yakin banget nyokapnya Daniel ngomong sendiri kalo Daniel udah nikah." Ujar Adira berbicara dengan 3 orang temannya.
"Nikah sama siapa? Lo salah denger kali?"
"Kenapa lo nggak tunggu dulu sih sampai dapet informasi?"
"Ya gimana, gue keburu dipanggil cowok gue."
Adira dan teman-temannya melihat Bella yang tengah melewatinya berjalan beriringan dengan Bu Erna.
"Kira-kira Bu Bella tau nggak ya? Masalahnya kan nyokapnya Daniel dulu akrab banget tuh sama Bu Bella. Inget ngga waktu Daniel ngga naik kelas, dan nyokapnya mohon-mohon sama Bu Bella?" Selidik Karin, teman Adira.
"Bisa jadi sih kalau Bu Bella tau, ya lo paham lah gimana bandelnya Daniel sampai semua guru-guru lepas tanggung jawab ngurusin Daniel." Sahut Amanda.
"Atau jangan-jangan Daniel nikah sama Bu Bella." Celetuk Aurel tiba-tiba.
"Hah? Ngaco." Ujar Adira.
"Tau lo, ngaco. Mana mungkin sih Bu Bella mau sama brondong."
Aurel menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia pernah melihat Daniel dan Bella berboncengan, tetapi tidak mungkin kalau wanitanya Daniel adalah guru mereka sendiri. Aurel pun cengengesan, sorakan dari teman-temannya pun bersahutan.
***
"Bel, bareng yuk." Sapa Mario yang tiba-tiba menghampiri meja kerja Bella.
"Pak Mario bukannya mau ke Rumah Sakit?"
"Iya sih, tapi nanti kok. Sekalian temenin makan ya, belum makan kan abis rapat tadi?" tanya Mario dan segera dijawab cepat oleh Bella.
Mereka pun bergegas menuju restoran yang dituju.
***
Bella dan Mario saling memuji keahlian berpikir memecahkan jawaban pada soal matematika yang terdapat dalam soal ujian test pertukaran pelajar beberapa hari yang lalu.
"Daniel hebat juga Bel bisa memecahkan ini sendirian." Puji Mario.
"Siapa dulu gurunya?" Ujar Bella memuji dirinya sendiri.
"Hahaha, baik saya percaya bahwa kamu bisa menjadi tutor yang baik untuk Daniel."
"Tapi memang semangatnya Daniel patut diacungi jempol, dia benar-benar ingin membuktikan pada Mama dan Papa bahwa ia bisa berhasil." Papar Bella setelah menyeruput milkshake coklatnya.
"Kamu mendukung penuh karir dan pendidikan Daniel, Bel?"
Bella mengangguk, "Pasti, Mas."
"Kamu bahagia lihat Daniel sukses meski harus mengorbankan rumah tangganya?" Tanya Mario kembali.
Bella terdiam. Ia menghela nafas kemudian tersenyum getir.
"Anyway, kamu pasti sudah tau rencana Mama. Mama ingin Daniel melanjutkan studinya disana. Dan Mama juga mengajukan proposal agar Daniel bisa Ujian Sekolah via online. Artinya, dia..."
Ucapan Mario terhenti saat Bella mengangguk keras. Air matanya berkumpul di pelupuk matanya, ia menghela nafas berkali-kali.
"Itu yang aku takutkan Mas, tapi aku nggak boleh egois untuk kebahagian Daniel, Mama dan Papa. Aku hanya bisa mensupport Daniel, itu saja."
Mario mengangguk mengerti, ia dapat merasakan apa yang dirasakan adik iparnya itu. Andai ia menemukan Bella dengan cepat, ia yakin Bella tak akan terluka sedemikian hebat.
***
Mario mengantarkan Bella pulang ke rumahnya sebelum ia pergi ke Rumah Sakit untuk dinas malam.
Disepanjang perjalanan, Mario memperhatikan Bella mengusap leher belakangnya berkali-kali. Ia melihat juga Bella mengusapkan minyak kayu putih pada tengkuk lehernya.
"Bel, kamu masuk angin?" Tanya Mario.
"Sepertinya iya, aku agak mual juga." Jawab Bella.
"Kapan terakhir kamu haid?"
Bella tersudut. Ada satu hal yang terlupakan selama ini,
Siklus menstruasinya.
Bella segera mengecek kalender wanita di ponselnya, ia bahkan lupa memperbarui jadwal menstruasinya. Setelah menikah, ia justru tak lagi memperhatikan hal-hal rutin seperti ini. Ia juga merasa aman, karena ia dan Daniel tak pernah ceroboh dalam melepaskan sperma di dalam rahimnya.
Bella menggigit kukunya sendiri, ia menjadi gusar.
"Aku sepertinya sudah telat 1 bulan, Mas."
Mario tercengang.
***
Tbc.
15/04/2020
21.00 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adorable Teacher
RomancePunya pacar seorang guru tampan? Ah, sudah biasa. Kalau punya istri seorang guru cantik dan cerdas, baru luar biasa. Sebuah kisah seorang siswa laki-laki bernama Daniel yang berusia sembilan belas tahun, jatuh hati pada guru ekonominya yang berusia...
Part 9
Mulai dari awal