"Sam..."

Sam berjalan sedikit cepat meninggalkan aku yang masih berdiam. Aku segera menyusulnya masuk kedalam mobil., sambil berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak bisa aku kendalikan.

"Sam.." kutangkap sebelah tangannya.

"Ra, kamu 2 bulan ini anggep aku apa?"

"Pacar, kita kan pacaran Sam. Please jangan marah"

"iya status aku memang pacar kamu, tapi dalam hatimu adanya Nuca kan Ra? Iya kan?"

Oke aku mulai takut, nada bicara Sam masih rendah tetapi terdapat penekanan disetiap katanya.

"kenapa kamu paksa Ra kalau kamu masih suka Nuca? Aku jadi ngerasa bersalah udah buat kamu terlibat dalam suatu hubungan yang bahkan nggak kamu inginkan"

"Sam.. harusnya aku yang minta maaf. Ini semua bukan salah kamu, sama sekali bukan"

Tidak ada kata lain lagi yang bis amenjadi pembelaanku, karena memang aku tidak bisa membela diriku sendiri. Semua yang dikatakan Sam tidak ada yang salah, barang satupun.

***

Disinilah aku sekarang, dibalkon kamarku. Menikmati pagi ku yang terasa berbeda. Aku bahkan belum melihat cermin sedari pagi. Tanpa bercermin pun aku tau, sekarang aku pasti sedang berantakan. Aku rasa kantong dibawah mata ku mempunyai kantong baru.

Semalaman aku menangis, entah mengapa hati ku sakit mengetahui bahwa aku sudah menyakiti Sam. Banyak rasa yang memenuhi hatiku, tetapi rasa bersalah mendominasi.

Semalam, setelah perdebatan itu Sam langsung mengantarku pulang. Sam memintaku untuk berfikir apa yang sebaiknya aku ambil. Aku bahkan sekarang sedang tidak bisa berfikir, apalagi harus mengambil keputusan yang entah seperti apa keputusan yang dimaksud Sam itu.

Aku takut jika menuruti isi hatiku akan membuat Sam kecewa. Orang sebaik itu tidak pantas dikecewakan. Bahkan, semalam hampir pukul tengah malam, Sam masih sempat mengantaran makanan kepadaku lewat ojek online, katanya takut aku sakit karena tadi tidak jadi makan. Kan, dia masih bisa baik seperti itu setelah aku menyakitinya?

Ting

Samuel

Ra, lusa aku tetap nganter kamu ke bandara

Iya Sam


Lusa aku akan pulang ke Jakarta, menghabiskan hari libur semester ku disana. Memang sebelumnya Sam berjanji akan mengantarkan aku ke bandara. Dia masih menepati janjinya itu.

Aku berdiri, masuk kedalam kamarku, aku bahkan melupakan kalau aku akan pulang Jakarta jika saja Sam tidak mengabariku.

Aku mengambil koperku yang tidak terlalu besar itu diatas lemari. Kumasukkan beberapa baju dan barang yang sekiranya aku perlukan di Jakarta. Tidak banyak, hanya beberapa baju dan peralatan lain. Aku hanya akan menghabiskan liburan semester, bukan pulang dan meninggalkan Kota Solo. Saat aku sedang memilah baju-baju yang akan aku masukkan koper, aku mendapati jaket Nuca yang sedari dulu belum aku kembalikan. Jaket itu masih tergantung dilemari, yang bahkan belum aku cuci. Ku angkat jaket itu dari gantunga, bau parfum Nuca masih menempel!

Mungkin aku harus ngembaliin jaketnya ke Nuca

Aku mencoba menghubungi Nuca lewat chatting. Dia membalas pesanku cukup cepat. Katanya, aku boleh menyimpan jaketnya. Tapi aku tolak, aku hanya tidak enak hati jika barang yang aku pinjam tidak aku kembalikan.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Nuca mau menerima jaketnya untuk aku balikin. Nuca mengajakku ketemuan besok di Starbucks Solo Paragon Mall.

MelodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang