26. Rasa Takut dan Keyakinan

Mulai dari awal
                                    

"Dan atas dasar apa itu? Gue bahkan pernah kelepasan nyakitin lo waktu kita ketemu lagi, gak ada hal yang menjamin kalo gue gak bakal nyakitin dia."

Jaemin tersenyum lebar, dia nepuk pipi Jisung keras, "karena lo masih cinta sama Chenle."

Udah tiga hari Renjun ngurung diri dikamar, gak keluar sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah tiga hari Renjun ngurung diri dikamar, gak keluar sama sekali. Gak sekolah, gak main, bahkan buat ke meja makan aja engga, tapi untungnya ada pembantu yang sering nganterin makanan sama cemilan ke kamarnya, gini-gitu juga kan Renjun laper.

Tiga harian itu yang Renjun lakukan cuma keliling kamar; ke meja belajar, balkon, kasur, kamar mandi yang untungnya ada didalam kamarnya. Orang tuanya marah? Engga, karena untungnya kedua manusia itu sibuk sama pekerjaannya masing-masing selama semingguan ini. Dan selama tiga harian itu Renjun gak nyentuh hapenya sama sekali, dimatiin gitu aja tergeletak dimeja belajar.

Dan apa alasan kenapa Renjun mendekam dikamar selama tiga hari?

Dia lagi merenung. Yap, Renjun merenung, banyak hal yang dia pikirkan, dia merenung untuk membuat sebuah keputusan yang semoga aja gak bakal dia sesali nanti. Lalu keputusan apakah itu?

Semua akan terjawab didepannya.

Err didepannya cuma ada pintu doang sih.

Tapi bukan itu intinya.

Jari telunjuk nekan bel lagi dengan ogah-ogahan, sedikit gugup juga. Malam ini cuacanya terasa dingin banget padahal Renjun udah pake kaos dipadu hoodie, ya wajar sih ini jam 1 malam dan dia dengan nekat malah keluar rumah.

Dan begitu pintu terbuka sosok yang selalu ada dipikirannya selama beberapa waktu ini langsung menyapa penglihatan. Renjun menahan nafas, bukan karena wajah baru bangun Jeno yang terlihat lucu, bukan karena cowok itu cuma pake kaus oblong yang nampilin bicepsnya, bukan juga karena tatapan Jeno yang terkejut, Renjun nahan nafas karena gugup, kedua tangannya ngeremat sisi hoodie  yang dia pake.

"Renjun?" Suara Jeno lebih serak dan berat dari biasanya, dan itu sukses bikin Renjun tambah gugup.

Mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, Renjun mendongak dan tersenyum kecil, dadanya berdetak kencang. Dia harus nuntasin semuanya hari ini juga, Renjun gak mau semakin menderita karena kebodohannya. Perkataan Guanlin beberapa hari lalu terngiang-ngiang dikepala dan itu sukses mempengaruhinya. Kedua matanya natap Jeno cukup lama, yang ditatap hanya angkat sebelah alis.

"Gue takut."

Lirihan itu akhirnya mengalun, sebuah perasaan yang beberapa waktu belakangan ini membuatnya kacau.

"Hah?"

"Gue takut, Jeno," Renjun mengulang, dia mengabaikan raut bingung lelaki didepannya, helaan napas terdengar kasar, rematan di hoodie semakin kencang, "gue takut jatuh cinta, gue takut hancur, gue takut berantakan, gue takut menyesal, gue takut sama pandangan orang-orang, gue takut kehilangan diri gue, gue takut hidup gue berubah, gue takut sakit, gue takut."

AnimalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang